jpnn.com, JAKARTA – Kualitas udara Ibu Kota Jakarta terburuk keempat di dunia pada Senin (7/10) pagi. Berdasarkan data dari laman AirVisual.com pada pukul 08.20 WIB, kualitas udara Jakarta mencapai angka 155 berdasarkan AQI atau indeks kualitas udara dengan status udara tidak sehat.
AirVisual juga mencatatkan udara Jakarta secara keseluruhan mengandung polutan PM2.5 dengan kepadatan 63,1 µg/m³.
Sedangkan pada Senin pagi ini Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum merilis hasil pengukuran polutan PM2.5 di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kota dengan kualitas udara terburuk pertama ditempati oleh Dhaka di Bangladesh dengan nilai AQI 231 dengan PM2.5 sebesar 94,1 µg/m³.
Pada posisi kedua ditempati Hanoi di Vietnam dengan status udara tidak sehat. Bangkok memiliki kualitas udara dengan indeks 163 berdasarkan indeks AQI
Kota Delhi di India menjadi kota ketiga dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan AQI 157. Shenyang di Tiongkok menempati urutan kelima untuk kualitas terburuk di dunia dengan nilai AQI 152.
Kemudian di posisi keenam ditempati oleh Taskent di Uzbekistan dengan AQI 127, Poznan di Polandia di posisi ketujuh dengan AQI 125. Lalu Kolkata di India di posisi delapan dengan AQI 110, Kabul di Afghanistan di posisi sembilan dengan AQI 108 dan Hangzhou di Tiongkok di posisi 10 dengab AQI 107.
Sejak Agustus 2019, masyarakat Jakarta terpaksa menghirup udara dengan kualitas udara yang tidak baik berdasarkan laporan kualitas udara di situs AirVisual.com.
Untuk meminimalisir efek negatif polusi udara terhadap kesehatan, masyarakat dianjurkan mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan masker bagi yang akan beraktivitas di luar ruangan. Masyarakat juga disarankan untuk menutup jendela rumah dan menggunakan pemurni udara di dalam ruangan.
Mereka yang bepergian juga diharapkan bisa beralih ke transportasi massal atau menggunakan kendaraan listrik yang ramah lingkungan. (antara/jpnn)