
BI Sebut Butuh Waktu untuk Edarkan Uang Baru
PALANGKA RAYA-Dua bulan lalu atau tepatnya bulan Agustus, Bank Indonesia telah merilis uang rupiah baru tahun emisi 2022. Ada tujuh uang baru yang dikeluarkan BI, yang terdiri atas pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp 2.000, dan Rp1.000. Sejauh ini lembar uang cetakan edisi terbaru sudah ramai beredar dan digunakan sebagai alat transaksi. Sayangnya, sebagian warga di Kalimantan Tengah (Kalteng) masih ragu untuk bertransaksi menggunakan uang baru tersebut.
Berdasarkan penelusuran Kalteng Pos pada pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Palangka Raya, rata-rata pedagang dan konsumen yang dijumpai mengaku pernah menggunakan uang edisi baru untuk bertransaksi. Namun sebagiannya masih ragu-ragu untuk menyimpan uang cetakan terbaru itu. Sehingga ketiga mendapatkan, langsung digunakan lagi untuk transaksi lain. Seperti yang diungkapkan Aris. Pedagang telur di Pasar Kahayan itu mengaku sering menerima lembar uang edisi baru dari konsumen kala transaksi jual beli.
“Sering sih dapat uang edisi baru, tapi setelah itu langsung saya gunakan lagi untuk transaksi, karena memang tidak bisa untuk setor tunai melalui ATM,” ucap Aris kepada wartawan, Kamis (6/10).
Masih di Pasar Kahayan, pedagang sembako bernama Mama Nabila mengaku belum mengetahui bagaimana membedakan uang edisi baru dengan edisi lama, walaupun ia sering menerimanya dalam transaksi jual beli. “Belum tahu seperti apa membedakan, cuman sering sekali transaksi menggunakan uang tersebut,” ucap Mama Nabila.
Kekhawatiran masyarakat ini mendapat atansi serius dari wakil rakyat. Anggota Komisi I DPRD Kalteng Kuwu Senilawati meminta kepada perbankan dan pemerintah untuk lebih gencar lagi menyosialisasikan kepada masyarakat perihal uang edisi baru, sehingga masyarakat tidak ragu dalam bertransaksi menggunakan uang baru tersebut. “Saya pikir perlu digencarkan lagi sosialisasi terkait uang edisi baru itu,” kata Kuwu kepada wartawan, Kamis (6/10).
Menurut Kuwu hal itu penting dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan terjadi, seperti penipuan dan lainnya. Kuwu mencontohkan kasus peredaran uang palsu di Kabupaten Lamandau yang membuat agen perbankan tertipu. “Kejadian yang di Lamandau itu saja uang edisi lama, bahkan agen perbankan saja bisa ketipu, apalagi uang edisi baru yang sebagian besar orang belum tahu detail fisiknya,” ucap Kuwu.
Kuwu juga meminta agar pihak BI perwakilan Kalteng lebih gencar mengadakan sosialisasi. Bukan hanya terkait uang edisi baru, tapi juga mengedukasi masyarakat agar mampu membedakan uang asli dan palsu. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh oknum-oknum yang berniat jahat mengedarkan uang palsu.
“Ditambah lagi saat ini antusias masyarakat terhadap uang baru itu masih kurang, padahal lambat laun uang yang lama akan ditarik sedangkan uang baru akan digunakan sepenuhnya, jadi seharusnya pihak terkait lebih proaktif dalam menyosialisasikan,” tambah Kuwu.
Terpisah, Kepala Deputi Perwakilan BI Magfur menjelaskan bahwa pihaknya telah gencar melakukan sosialisasi. Dengan menggunakan mobil kas keliling, pihaknya telah mendatangi beberapa lokasi untuk sosialisasi dan penukaran edisi baru. Menurutnya perlu waktu bagi masyarakat untuk bisa menerima kahadiran uang edisi terbaru ini.
“Yang namanya masih baru, jadi perlu waktu untuk pemerataan dan sosialisasi, kami juga sudah meminta kepada perbankan untuk melakukan penyesuaian mesin ATM agar bisa dilakukan transaksi penarikan dan penyetoran untuk uang edisi baru, kalau itu sudah berjalan, mungkin akan lebih cepat dalam melakukan penyebaran uang edisi baru ini,” ucap Magfur.
Lebih lanjut dikatakannya, dalam rangka sosialisasi pihaknya juga mengirim tim mengikuti kegiatan yang sifatnya menghadirkan banyak orang. Contohnya, giat pasar murah yang saat ini gencar dilaksanakan pemerintah provinsi. Ditegaskannya bahwa proses pemerataan ini tidak instan. Perlu waktu agar uang baru ini bisa dikenal dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi resmi.
Magfur menambahkan, saat Pemerintah Kota Palangka Raya menggelar pasar murah di wilayah Kelurahan Pahandut Seberang, pihaknya menyediakan mobil kas keliling untuk melayani penukaran uang lama dengan uang baru maupun penukaran uang yang rusak. Ada pula warga yang menukar uang pecahan kecil sehingga memudahkan pengembalian kepada pembeli saat bertransaksi. Seperti yang dilakukan Ibu Dia. Ia menukar uangnya ke pecahan Rp1.000, Rp2.000, dan Rp5.000 dengan jumlah Rp800.000. “Saya tukar uang untuk keperluan berdagang, karena susah cari uang pecahan kecil untuk kembalian pembeli,” ucapnya.
Beda lagi dengan Norjanah yang melakukan penukaran karena uang yang ia miliki tak layak digunakan lagi. Karena itulah ia mendatangi mobil kas keliling. Hal yang perlu dicatat, sebelum melakukan penukaran uang, nasabah terlebih dahulu mendaftar melalui website BI pintar. (irj/ce/ala/kpfm101)