Mengenal HM Sanusi, Pejuang dari Bumi Handep Hapakat

Pedagang Tikar yang Tak Gentar Berjuang, Menyuarakan Kemerdekaan, Menentang Kekejaman Penjajah

MAKAM PAHLAWAN: Petugas dari Dinas Sosial Kabupaten Pulang Pisau membersihkan makam HM Sanusi, salah satu Pahlawan Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan dari Kabupaten Pulang Pisau, Rabu (9/11).

PULANG PISAU-Nama Haji Muhammad Sanusi atau HM Sanusi tidak asing bagi masyarakat Kabupaten Pulang Pisau. Pria kelahiran 1898 itu tercatat sebagai pahlawan perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No.Pol.162/X/1975/PK, tanggal 29 November 1975, yang saat itu dijabat HM S Mintaredja SH.

Bahkan nama HM Sanusi telah diabadikan menjadi nama stadion kebanggaan masyarakat Kabupaten Pulang Pisau, yang diresmikan pada 2017 lalu oleh H Edy Pratowo yang saat itu menjabat Bupati Pulang Pisau.

HM Sanusi merupakan putra dari pasangan H Abdul Gafoer-Adung. HM Sanusi meninggal dunia pada usia 79 tahun, tepatnya pada 24 April 1977. HM Sanusi dimakamkan di Kelurahan Bereng, Kecamatan Kahayan Hilir, tak jauh dari rumah mertuanya Matal Uning. HM Sanusi menikahi anak ke-2 Matal Uning bernama Hamsiah.

HM SANUSI

Rumah Tua Matal Uning yang diperkirakan berumur ratusan tahun itu, dahulu merupakan tempat tinggal HM Sanusi. Rumah tua tersebut menjadi saksi bisu perjuangan HM Sanusi.

“Pada zaman penjajahan Belanda, Rumah Tua Matal Uning sering digunakan sebagai tempat rapat para tokoh perintis kemerdekaan Pulang Pisau dalam hal mempersiapkan sekaligus mempererat persatuan dan kesatuan para pejuang perintis kemerdekaan,” ungkap Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pulang Pisau Renhas Atrilus.

Dari penelusuran Kalteng Pos, HM Sanusi memiliki perawakan tinggi dan memiliki kebiasaan menyisir rambut. Ke mana-mana selalu berpakaian rapi. Dalam keseharian, HM Sanusi dikenal sebagai seorang muslim yang taat pada ajaran agama.

Peran HM Sanusi dalam kemerdekaan Indonesia cukup sentral, yakni menjadi penghubung antara pejuang Kalimantan dan pejuang wilayah Jawa. Salah satu yang dilakukan HM Sanusi adalah ikut serta dalam organisasi Sarekat Islam pimpinan Haji Omar Said Tjokroaminoto yang dikenal sebagai guru Soekarno di tahun 1924.

Semasa muda, HM Sanusi bekerja sebagai pedagang tikar dengan menggunakan kapal dagang. Karena zaman itu transportasi antarwilayah di Kalimantan didominasi jalur sungai. Di sela-sela aktivitas berdagang, melalui organisasi Sarekat Islam HM Sanusi mulai menyuarakan kemerdekaan, menentang kekejaman penjajahan Belanda dan Jepang. HM Sanusi bersama pejuang lainnya tak gentar dan terus berjuang.

Dalam karya ilmiah Nolla Ressa Putrianty tahun 2018 berjudul; HM Sanusi Pejuang Perintis Kemerdekaan di Bumi Handep Hapakat, ditulis bahwa sosok Sanusi muda merupakan pedagang tikar yang begitu aktif dalam organisasi Sarekat Islam pimpinan Haji Omar Said atau H.O.S Tjoktominoto.

Bahkan kiprahnya dalam Organisasi Sarekat Islam makin dikuatkan ketika tanggal 6-8 Februari 1926, saat berusia 28 tahun, HM Sanusi muda sudah nekat berangkat ke Bandung mewakili seluruh anggota Partai Sarekat Islam Kuala Kapuas dalam Persidangan Congres Al-Islam Hindia V. Dari penelusuran sejarah, kongres tersebut merupakan prakongres sebelum Kongres Dunia Islam yang akan diadakan di Makkah.

Profesinya sebagai pedagang besar kala itu memudahkan ruang gerak Sanusi dalam mendukung perjuangan kemerdekaan. Ia sering bepergian ke Banjarmasin bahkan hingga ke Pulau Jawa dengan alasan perniagaan. Padahal secara terselubung ia mengikuti pergerakan para pejuang saat itu. Sepulangnya ke Banjarmasin dan Kalteng, Hanusi tidak kesulitan masuk ke berbagai tempat untuk menyebarkan pesan-pesan kemerdekaan kepada para pejuang lokal. Para polisi Belanda saat itu sama sekali tidak membaca sepak terjang HM Sanusi.(kaltengpos/101kpfm)

219 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.