Perlu Keseriusan Wujudkan Ponton Bersinar

Polisi yang Terbunuh Sempat Ambil Jatah Uang dan Sabu

KEMBALI MENANGKAP PELAKU: Polresta Palangka Raya menangkap lagi dua pelaku kasus penganiayaan yang berujung tewasnya anggota polisi.

PALANGKA RAYA-Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Budi Santosa menyebut bahwa beberapa instansi dan pihak terkait sudah mengikuti rapat koordinasi untuk menemukan solusi dalam upaya mengubah perwajahan kompleks Ponton agar benar-benar bersih dari narkoba (Bersinar).

Rapat tersebut dilaksanakan di Mapolda Kalteng, Selasa (6/12). Langkah jangka pendek yang akan diambil adalah merutinkan patroli petugas gabungan. Sementara untuk jangka menengah dan panjang adalah dengan mengubah pandangan warga sekitar bahwa bisnis narkoba bukanlah satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Tadi bersama instansi terkait kami mengadakan rapat, salah satu solusi yang diangkat, ke depan warga di kompleks itu akan diberi peluang usaha lain sesuai minat masing-masing,” ujar Budi kepada awak media, kemarin.

Sementara itu, Ketua Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) Kota Palangka Raya Wenteng Asang mengatakan perlu ada keseriusan dari aparat penegak hukum maupun pemerintah, disertai peran serta tokoh agama, tokoh masyarakat, serta tokoh adat dalam upaya mewujudkan Ponton Bersinar.

“Menurut saya, jika memang semua pihak serius ingin memberantas peredaran narkoba di wilayah Ponton, pasti bisa,” ucap Wenteng saat dihubungi Kalteng Pos melalui sambungan telepon.

Wenteng menduga sulitnya memberantas narkoba di wilayah Ponton tak lepas dari adanya keterlibatan oknum kepolisian. Karena itu, Wenteng berpendapat bahwa dalam upaya penindakan hukum dan pemberantasan narkoba, kepolisian perlu melakukan penindakan tegas terhadap oknum-oknum penegak hukum termasuk polisi yang terbukti bermain dalam bisnis peredaran narkoba.

“Kepolisian mesti tegas jika ada oknum anggota yang ikut terlibat melindungi bisnis peredaran narkoba,” seru Wenteng.

Selama tidak adanya ketegasan menindak oknum polisi atau aparat hukum yang diduga terlibat dalam peredaran narkoba di kompleks Ponton, maka upaya pemberantasan narkoba akan sulit dan sia-sia dilakukan.

Wenteng meyakini pihak kepolisian dalam hal ini Polda Kalteng, memiliki kemampuan dan sarana untuk upaya pemberantasan bisnis narkoba di kompleks Ponton.

“Polisi punya kemampuan dan juga perlengkapan untuk melakukan pemberantasan narkoba di kompleks Ponton,” kata Wenteng.

Sebagai langkah antisipasi atau pencegahan, Wenteng mengusulkan adanya edukasi secara kontinyu kepada seluruh lapisan masyarakat di wilayah tersebut terkait bahaya penyalahgunaan narkoba.  Pemerintah daerah melalui ketua RT/RW, kelurahan, maupun tokoh-tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh agama harus terus-menerus memberi edukasi kepada masyarakat.

“Saya menilai bahwa sekelompok warga di wilayah tersebut melihat bahwa bisnis sabu telah menjadi usaha yang bersifat sistematis dan menjanjikan, karena keuntungannya cukup menggiurkan,” tuturnya.

Terkait kasus terbunuhnya anggota polisi bernama Aipda Andre Wibisono, Kapolresta Palangka Raya menyebut bahwa anggotanya telah menangkap lagi dua orang pelaku berinisial AM dan AK. Sejauh ini sudah ada delapan orang yang ditetapkan sebagai tersangka kasus penganiayaan yang berujung tewasnya anggota kepolisian tersebut.

Dari hasil pendalaman, lanjut Budi, diketahui motif pembunuhan itu berawal dari cekcok mulut yang terjadi antara korban dan salah satu pelaku setelah korban mendapatkan jatah sabu dan uang, sebelum akhirnya terjadi pengeroyokan.

“Dari keterangan pelaku dan saksi-saksi, kami selaku penyidik mendapatkan kronologi kasus ini. Awalnya korban bernama Andre Wibisono mendatangi lokasi untuk meminta uang dan sabu,” tambahnya.

Selanjutnya, tutur perwira menengah itu,korban yang merupakan anggota Biddokkes Polda Kalteng itu diberi sabu seberat 0,5 gram disertai uang Rp500 ribu yang diduga merupakan jatah. Namun sempat terjadi cekcok Antara korban dan pelaku.

Kemudian korban beranjak dari pos pertama menuju pos kedua. Akan tetapi cekcok mulut itu belum berakhir. Kemudian terjadilah perkelahian korban dan pelaku. Tak berselang lama perkelahian satu lawan satu itu berubah jadi pengeroyokan. Korban dikeroyok oleh rekan-rekan penjaga pos yang disebut-sebut sebagai loket pembelian sabu. Alhasil korban mengalami luka bekas benda tajam, luka tembak, dan luka akibat hantaman benda tumpul.

“Sebelum terjun ke rawa, korban dipukul menggunakan kayu dan palu, lalu ditembak menggunakan airsoft gun,” beber Budi. (*rid/sja/ce/ram/kpfm)

363 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.