Puluhan Buruh dari Kalbar Terlantar di Palangka Raya

ARIEF PRATAMA/KALTENG POS

PALANGKA RAYA – 47 warga pendatang dari Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar) nyaris terlantar di Kota Palangka Raya. Para warga yang yang mengaku berprofesi sebagai buruh perkebunan kelapa sawit merasa kebingungan karena pekerjaan yang dijanjikan seseorang kepada mereka di wilayah Kalteng ternyata tidak ada. Padahal para buruh ini sendiri sudah membawa serta seluruh keluarga beserta seluruh harta benda mereka untuk ikut pindah ke wilayah Kalteng.

Seluruh buruh yang terlantar ini sendiri ditemukan oleh petugas kepolisian saat mereka berkumpul di Simpang Jalan Rajawali Ujung- Mahir Mahar, Kelurahan Bukit Tunggal, Palangka Raya. Setelah berkoordinasi dengan pihak kecamatan, para warga yang terdiri atas 30 orang dewasa dan 17 anak-anak ini dibawa ke Kantor Kelurahan Bukit Tunggal untuk ditampung sementara.

Salah seorang buruh, Vincent, mengatakan, sebelum berangkat ke Kalteng ,para buruh ini merupakan pekerja di sebuah perusahaan sawit yang berada di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalbar. Kemudian mereka mendapatkan informasi dari seseorang yang bernama Aji yang mengatakan ada sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di wilayah Sampit, Kabupaten Kotim yang mencari tenaga kerja tukang pemanenan buah sawit.

Perkenalan antara Vincent dengan Aji sendiri berawal dari hubungan telepon antara keduanya.

“Dia bilang di sana ada (pohon) sawit sudah tinggi di perusahaan di Sampit,” kata Vincent di Kantor Kelurahan Bukit Tunggal, Selasa (20/12).

Dikatakannya, Aji juga menyebutkan kalau gaji yang akan diberikan pihak perusahaan di Sampit lebih besar dari yang Vincent terima saat ini. “Dia bilang hitungan HK-nya lebih tinggi. Kalau HK-nya 133 dapatnya  Rp 123 ribu dan kalau kami dapatnya lebih dari 120 janjang untuk  kelebihan itu dapat premi Rp 1000 per janjang,” kata Vincent.

Jumlah itu diakui Vincent lebih besar dari gaji yang mereka terima dari tempat perusahaannya bekerja saat itu yang hanya memberikan upah Rp 110.000.

Vincent yang percaya dengan perkataan Aji tersebut kemudian mengajak teman temannya untuk pindah kerja ke perusahaan yang dijanjikan Aji ini. Bahkan Aji juga yang mengatur seluruh perjalanan mereka dari Ketapang ke wilayah Kalteng. Dengan menggunakan empat mobil travel dan satu buah truk untuk mengangkut seluruh harta benda milik mereka. Mereka pun berangkat ke wilayah Kalteng.

Dikatakan Vincent, awalnya mereka dibawa aji ke wilayah simpang runtu Pangkalan Bun. Namun sesampainya di sana, Aji mengatakan bahwa mereka harus melanjutkan perjalanan ke wilayah Sampit.

“Dia bilang di Sampit ada Dodos pull tetapi nyatanya bukan ke Sampit tapi malah sampai ke Palangka Raya sini,’” ujar Vincent dengan wajah kebingungan.

Vincent sendiri mengaku dirinya belum tahu apa langkah selanjutnya setelah mengetahui pekerjaan yang dijanjikan Aji tersebut tidak ada.

Namun dirinya berharap bisa secepatnya mendapat pekerjaan baru di wilayah Kalteng.

“Kami mengharapkan supaya bisa dapat pekerjaan aja,” katanya.

Sementara saat di tanyakan keberadaan aji sendiri, Vincent mengatakan bahwa yang bersangkutan baru saja keluar dari kantor kelurahan bukit tunggal.

“Dia baru saja pergi dengan mobilnya tadi,” kata Vincent yang dibenarkan oleh beberapa orang anggota rombongan.

Sementara itu Lurah Bukit Tunggal Subhan Noor, mengatakan, pihak kelurahan mendapatkan laporan awal dari petugas kepolisian terkait masalah ini. “Tadi malam informasi nya ada dari teman teman kepolisian melaporkan ke saya ada kerumunan di daerah Rajawali Ujung dan setelah saya kesana dan setelah saya tanyakan,  ternyata memang benar mereka adalah para pekerja dari Kalimantan Barat yang berasal dari provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),” katanya.

Kedatangan mereka ke Palangka Raya sendiri adalah untuk menunggu jemputan dari orang yang mengaku dari pihak perusahaan PT SS.

“Salah satu sopir travel yang membawa mereka mengaku mendapat share location pertemuannya itu di jalan Rajawali situ tepat di depan kantor perusahaan sawit,” terangnya.

Namun setelah di telusuri lagi ternyata kantor perusahaan sawit yang dituju oleh para buruh ini sendiri ternyata tidak memiliki hubungan dengan pihak perusahaan yang menjanjikan pekerjaan kepada para warga tersebut.

“Hampir terjadi keributan disitu karena para mereka merasa ditelantarkan,” ucapnya.

Kemudian atas dasar rasa nilai kemanusiaan, karena alam rombongan tersebut terdapat banyak wanita dan anak-anak dirinya memutuskan membawa dan menampung para warga tersebut untuk tinggal di Pendopo Basarah Kantor Kelurahan Bukit Tunggal.

Subhan Noor juga mengatakan untuk tindak lanjutterkait kejadian ini, pihak kelurahan telah melaporkan hal ini ke sejumlah pihak mulai dari pihak kantor dinas tenaga kerja, baik di tingkat provinsi maupun kota, kantor dinas sosial, Camat Jekan Raya hingga paguyuban warga NTT (Flobamora) yang ada di Kota Palangka Raya.

“Pengurus Paguyuban Warga NTT itu tadi juga sudah hadir ke sini untuk memberikan arahan seperti apa nantinya dan apa maunya mereka,” ujar Subhan.

Dari hasil pertemuan antara pihak paguyuban dengan para warga  tersebut disebutkan bahwa ada perusahaan perkebunan yang berasal dari wilayah Sampit yang bersedia menampung dan mempekerjakan para warga tersebut.

“Tetapi sebagian dari pekerjan itu ada yang mengaku mau mencari pekerjaan sendiri,” ujarnya.

Kemudian Lurah Bukit Tunggal mengingatkan agar warga Kota Palangka Raya tidak mudah percaya bila memperoleh informasi pekerjaan dengan iming-iming gaji besar. Terlebih janji pekerjaan tersebut disampaikan dari sumber yang tidak jelas seperti dari media sosial yang tidak jelas identitas sumber tersebut.

Nasib para warga NTT yang terlantar di Kota Palangka Raya ini mendapat banyak perhatian dari paguyuban masyarakat NTT yakni Paguyuban Flobamora. Ketua Paguyuban Flobamora Kota Palangka Raya Gregorius Donie yang datang ke kantor Kelurahan Bukit Tunggal untuk memberikan bantuan kepada para warga tersebut.

“Kami prihatin dengan nasib yang dialami saudara-saudara kami ini,” ujar Gorie.

Gorie sendiri mengucapkan rasa terima kasih atas bantuan dan perhatian yang diberikan pihak Kelurahan Bukit Tunggal kepada para warga yang terlantar ini. Terkait masalah yang sedang dihadapi Warga NTT ini sendiri Ketua flobamora ini juga membenarkan bahwa para warga tersebut diduga menjadi korban dari kasus penipuan dengan modus menjanjikan pekerjaan kepada mereka.

“Dari Facebook awalnya mereka dijanjikan kerja itu,” kata Gorie lagi.

Gorie menjelaskan dari keterangan para buruh ini, pemilik akun Facebook tersebut diketahui bernama Bambang. Bambang inilah yang awalnya menjanjikan adanya pekerjaan di perusahaan perkebunan kelapa sawit di wilayah Sampit kepada para pekerja.

“Orang perusahaan yang bernama Bambang inilah yang menjanjikan adanya pekerjaan dengan gaji lebih besar kepada para pekerja ini di perusahaan yang katanya ada di Sampit” terangnya lagi.

Ditambahkan nya bahwa Bambang ini pulalah  yang kemudian menghubungi pihak perusahaan travel untuk berkomunikasi dengan para buruh tersebut untuk membawa mereka ke wilayah Kalteng.

Namun dikatakan nya pula bahwa seiring berjalannya waktu belakangan akun Facebook Bambang ini berubah nama menjadi atas nama Raman.

“Raman ini dari profil Facebooknya sama dengan Bambang itu dan dia  posisinya disampit tapi sekarang nomor telepon orang ini waktu di hubungi sudah tidak aktif,” terang Gorie lagi .

Atas kejadian ini Gorie memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat terutama para buruh ini sendiri untuk tidak mudah percaya dengan janji pekerjaan yang diberikan oleh pihak yang tidak jelas identitasnya.

“Kalau mau mencari kerja lewat prosedur yang benar dan ikuti mekanisme itu sehingga ada orang yang betul-betul bertanggung jawab terkait perekrutan itu,” pungkasnya.(sja/uni/kpfm)

272 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.