70 Markaz Akan Layani 229 Ribu Jemaah Haji Indonesia
PALANGKA RAYA-Secara umum hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji asal Palangka Raya cukup baik. Namun ada beberapa jemaah yang diketahui memiliki risiko tinggi, seperti jemaah lanjut usia (lansia) yang disertai komorbid alias penyakit bawaan seperti hipertensi, DM, hiperkolesterol, gout arthritis, bahkan penyakit menular seperti TB paru. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Andjar Hari Purnomo.
Dikatakannya, hasil pemeriksaan tersebut menjadi fokus perhatian tim kesehatan (timkes) selama pemeriksaan kesehatan tahap dua bagi calon jemaah haji, sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk dikonsultasikan dengan dokter spesialis kesehatan haji.
“Jemaah lansia umumnya memiliki penyakit komorbid sehingga masuk kategori risiko tinggi, seperti hipertensi, DM/kencing manis, post stroke, dan memang faktor usia lanjut,” bebernya kepada Kalteng Pos via pesan WhatsApp, Minggu (21/5).
Andjar membeberkan, hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji Palangka Raya tahun ini, penyakit yang paling banyak diderita jemaah adalah hipertensi, kencing manis (DM) dan dislipidemia/kolesterol, dan gout artritis. Yang jadi perhatian khusus adalah penyakit TB paru yang masih aktif serta pengobatannya yang belum tuntas.
“Untuk kategori lansia, penyakit paling banyak adalah hipertensi dan DM, kelemahan tungkai akibat usia lanjut yang memerlukan bantuan kursi roda,” imbuhnya.
Adapun untuk penyakit yang membuat calon jemaah haji asal Kota Palangka Raya tidak bisa diistitaahkan atau tidak bisa berangkat, lanjut Andjar, adalah jemaah haji yang menderita penyakit menular TB paru aktif disertai hasil pemeriksaan lab dan penunjang lainnya menyatakan pasien masih plus TB paru aktif.
“Disarankan kepada jemaah untuk tetap menjaga kesehatan dan melakukan kontrol berkala ke pusat kesehatan, rumah sakit, dan dokter praktek, agar jemaah haji yang memiliki penyakit, khususnya comorbid bisa diobservasi dan rutin diterapi dengan baik untuk menghindari kekambuhan,” jelasnya.
Ia juga mengimbau kepada semua jemaah haji, khususnya lansia, untuk menyiapkan mental, mengelola stres, selalu menjaga kesehatan agar tidak beraktivitas berlebihan, berolahraga ringan, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, tidur teratur, dan rutin minum obat-obatan yang disarankan dokter, khususnya yang memiliki riwayat penyakit komorbid. Apabila ada keluhan, segeralah memeriksakan diri ke dokter, puskesmas, atau rumah sakit terdekat.
Para jemaah haji diimbau menerapkan pola hidup sehat, menjaga kesehatan fisik dan psikis, serta memperbanyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi. Apabila ada penyakit bawaan, sangat dianjutkan untuk rutin mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
“Jangan sampai mengalami kelelahan fisik atau sakit sebelum keberangkatan, karena masih ada pemeriksaan kesehatan tahap ketiga di embarkasi, karena kalau tidak lolos pemeriksaan ini, maka jemaah haji tidak laik terbang (tertunda keberangkatan, red),” tandasnya.
Sementara itu, segala persiapan terus dimatangkan jelang pemberangkatan jemaah haji gelombang pertama pada Rabu (24/5). Salah satunya, kesiapan maktab/markaz yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan layanan akomodasi, transportasi, dan katering, khususnya makanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan, jemaah haji Indonesia gelombang pertama akan mendarat di Madinah pada 24 Mei 2023. Setelah menjalani ibadah Arbain (salat wajib berjamaah selama 40 waktu di Masjid Nabawi), mereka akan berangkat ke Makkah.
”Jemaah kloter pertama diperkirakan masuk ke Makkah pada 2 Juni 2023,” ujarnya dalam keterangan resmi kemarin (21/3).
Karenanya, pihaknya terus melakukan pengecekan kesiapan maktab dalam memberikan layanan sebelum jemaah tiba di Makkah nantinya. Maktab sendiri merupakan kantor yang diberi kewenangan Pemerintah Saudi untuk mengurus penyiapan layanan jemaah haji, termasuk asal Indonesia.
”Ada 70 maktab atau markaz yang akan melayani 229 ribu jemaah haji Indonesia. Mereka tergabung dalam Kantor Layanan Asia Tenggara,” jelasnya.
Menurut Subhan, maktab tak hanya berfungsi dalam menyiapkan layanan akomodasi, transportasi, dan konsumsi saja. Maktab juga bertanggung jawab dalam menyimpan paspor jemaah. Nantinya, saat tiba di Makkah, paspor jemaah akan disimpan oleh maktab masing-masing. Hal ini untuk menghindari insiden paspor hilang saat jemaah sedang melaksanakan rangkaian ibadah haji. Oleh sebab itu, setiap maktab harus menyiapkan tempat khusus untuk memastikan paspor jemaah tersimpan dengan aman.
”Sebagai pengganti identitas, jemaah telah diberikan gelang,” sambungnya. Paspor jemaah, imbuh dia, akan dikembalikan lagi jelang kepulangan mereka ke Tanah Air bagi gelombang pertama atau saat akan menuju Madinah bagi rombongan gelombang kedua.
Pada bagian lain, Kementerian Agama (Kemenag) bekerjasama dengan Konjen RI di Jeddah menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi tenaga pendukung PPIH Arab Saudi. Bimtek yang berlangsung tiga hari, 21-23 Mei 2023, itu diikuti 768 orang tenaga pendukung PPIH Arab Saudi. Mereka terdiri dari para WNI yang tinggal di Saudi (mukimin) dan pelajar/mahasiswa yang kuliah di Timur Tengah. Mereka akan bergabung bersama petugas non kloter PPIH Arab Saudi untuk membantu melayani jemaah haji. Mulai dari layanan akomodasi, transportasi, katering, kesehatan, serta layanan umum lainnya.
Dalam bimtek yang berlangsung, Konjen RI di Jeddah Eko Hartono meminta para tenaga pendukung benar-benar belajar untuk memahami tugas dan fungsinya. Apalagi, ada sejumlah perkembangan signifikan dalam operasional haji, termasuk terkait banyaknya jemaah lanjut usia (lansia).
”Menjadi petugas bukan untuk bisa beribadah haji, tapi untuk memberikan pelayanan kepada jemaah. Jadi fokus pada pelayanan, bukan fokus untuk berhaji,” tegasnya.
Ia juga berpesan agar tenaga pembagu menyiapkan fisiknya. Menurutnya, petugas harus lebih sehat dan kuat dibanding jemaah. ”Jangan sampai justru petugas yang membutuhkan bantuan. Petugas juga harus solutif,” sambungnya.
Para petugas juga diwanti-wari untuk menjaga nama baik bangsa. Mengingat, mereka bertugas di negara orang. ”Jangan lalukan tindakan yang memalukan. Wajib bawa nama baik bangsa kita. Ini di negeri orang,” pungkasnya.
Subhan turut megamini pesan-pesan yang disampaikan Konjen Eko. Dia mengungkapkan, bahwa tahun ini, para petugas akan dihadapkan pada tugas berat untuk melayani jemaah haji lansia yang jumlahnya sangat besar. Apalagi, haji adalah ibadah fisik yang secara praktik tidak ramah lansia. Ditambah lagi, cuaca di Saudi juga sedang tidak ramah.
”Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menunjukkan sikap ramah dan empati ke seluruh jemaah. Tidak boleh ada petugas bertengkar apalagi marah ke jemaah haji,” ungkap Subhan.
Pada pemberangkatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1444H/2023M pertama, ada 129 orang PLIH bidang kesehatan. Mereka diberangkatkan mulai Sabtu lalu (20/5). PPIH gelombang selanjutnya direncanakan akan diberangkatkan pada 26 Mei nanti.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Milik Marhaendro Susilo, PPIH bidang kesehatan yang berangkat pada gelombang pertama adalah personel yang akan ditugaskan di daerah kerja (Daker) bandara, Daker Madinah, Tim Promosi Kesehatan, dan Emergency Medical Team (EMT). Petugas ini akan melakukan persiapan fasilitas kesehatan di Daker masing-masing. Sehingga diharapkan jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal saat tiba di Tanah Suci .
“PPIH yang diberangkatkan paling awal harus mempersiapkan fasilitas kesehatan terlebih dahulu,” ucapnya kemarin.
Liliek juga menegaskan khususnya pada tim promosi kesehatan untuk menentukan waktu yang tepat untuk memberikan edukasi kesehatan kepada jemaah haji. Diharapkan juga tim promkes lebih dini memberikan edukasi kepada jemaah, agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh jemaah. “Jangan sampai jemaah haji yang kondisinya masih lelah pasca perjalanan diberikan penjelasan,” ucap Liliek.
Dia berpesan bahwa PPIH bidang kesehatan untuk tetap menerapkan prinsip hidup sehat, menjaga kebugaran, dan istirahat yang cukup. PPIH bidang kesehatan harus dalam kondisi yang lebih sehat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada jemaah haji. “PPIH bidang kesehatan harus empat kali lebih sehat daripada jemaah. Tuntutan pekerjaan pasti sangat banyak, namun petugas harus tetap menjaga kebugaran dan istirahat yang cukup,” ujar Liliek. (dan/ce/lyn/mia/jpg/ala/kpfm)