Menanggapi Permintaan Pengungsi, Pemko Segera Cari Solusi

PALANGKA RAYA-Warga terdampak kebakaran di Flamboyan Bawah dapat bernapas lega di tenda pengungsian. Sebab kebutuhan sandang dan pangan mereka tercukupi saat ini. Namun rasa waswas selalu ada. Memikirkan tempat tinggal ke depannya. Mereka sangat mendambakan adanya bantuan rumah layak huni.
Adiyanur sedang mengantar penumpang ke Pangkalan Bun saat mendapat kabar bahwa rumah tinggalnya telah ludes dilahap api. Peristiwa kebakaran di Flamboyan Bawah pada Selasa petang (1/8) menjelang azan Magrib, membuatnya kaget bukan kepalang. Saat tiba di Palangka Raya pada tengah malam usai kejadian, ayah beranak tiga itu hanya bisa menatap nanar bangunan rumahnya yang telah luluh lantak.
“Saya hanya bisa menatap puing-puing rumah, bersama tetangga yang rumahnya juga terbakar, saya sampai di Palangka Raya 12 jam setelah kejadian, hari itu saya antar penumpang ke Pangkalan Bun,” ungkap Adiyanur saat berbincang dengan wartawan di lokasi pengungsian, Gor KONI Kota Palangka Raya, Minggu pagi (6/8).
Rumah yang ditempatinya sejak 2004 lalu itu ludes dilalap api beserta seluruh isinya. Beruntung istri dan ketiga anaknya bisa menyelamatkan diri sembari membawa berkas-berkas penting.
“Rumah saya berada di seberang rumah yang disebut-sebut menjadi sumber kebakaran, api menjalar ke tiga arah,” ungkap pria yang akrab disapa Adi itu.
Beberapa jam usai kebakaran, Adiyanur bersama istri dan ketiga anaknya sempat gamang memikirkan tempat tinggal. Beruntung, pemerintah kota sudah menyediakan lokasi pengungsian di Gor KONI Kota Palangka Raya, yang letaknya di seberang lokasi permukiman yang terbakar. Selain itu, tak sedikit uluran tangan dari donatur berupa pakaian dan makanan.
“Kami sudah mengungsi di sini sejak Selasa malam, beberapa jam setelah kebakaran. Sampai saat ini, alhamdulillah kebutuhan pokok kami terjamin, pakaian dan makanan tersedia, bahkan cenderung lebih dari cukup,” tutur suami Halidah itu.
Istri dan ketiga anaknya tampak riang selama berada di pengungsian bersama pengungsi lainnya.
“Alhamdulillah, semua anggota keluarga saya selamat. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran itu,” ungkapnya.
Ditanya bakal ke mana jika masa pengungsian berakhir, pria berusia 40 tahun itu menjawab belum tahu.
“Tidak tahu lagi setelah ini mau ke mana,” ucapnya dengan tatapan kosong.
Meski demikian, Adi berharap ada pihak yang bisa mengganti kerugian material bencana kebakaran tersebut. “Atau bisa juga dibangun rumah di lokasi-lokasi tertentu, karena lokasi itu (lokasi kebakaran, red) jalur hijau,” tambahnya.
Tikar berlogokan BNPB terbentang memenuhi setengah lapangan Gor KONI. Tiap blok untuk satu keluarga. Tak sedikit yang berdekatan. Terutama yang sebelumnya merupakan tetangga.
Lokasi pengungsian begitu ramai pagi itu. Bising suara anak-anak bermain. Anak laki-laki bermain bola, memanfaatkan setengah lapangan indoor. Anak perempuan bernyanyi, menari, dan bertepuk tangan. Tak sedikit donatur yang datang menghibur anak-anak maupun menyemangati para orang tua.
Tangisan bayi menambah kebisingan. Sumiati segera menenangkan cucunya yang berusia 10 bulan itu. Hanya berselang lima menit, sang bayi sudah terlelap. Tak lama kemudian, sejumlah donatur masuk ke tengah lapak pengungsian. Membawa serta makanan, pakaian, dan mainan anak-anak dalam plastik berukuran besar.
Ketika ikatan plastik dilepas oleh donatur, Sumiarti bersama pengungsi lain langsung menyerbu untuk mengambil makanan apa saja yang bisa diambil dan dibutuhkan. Berdesak-desakan.
“Kalau tidak cepat, tidak akan dapat, tetapi kalau ada lebihan, tidak salah juga berbagi dengan lapak sebelah,” tutur Sumiarti yang kedua tangannya sudah memegang sejumlah makanan ringan dan boneka beruang berwarna merah.
Di lokasi pengungsian itu, ia ditemani suami, dua anaknya yang sudah dewasa, satu anak bungsu yang masih kecil, serta satu cucu dari anak pertamanya. Meski harus berebutan untuk mendapatkan makanan dari donatur, wanita asal Banjarmasin itu tidak merasa kekurangan pangan. Karena tiap jam ada saja yang mengantar kebutuhan mereka.
Wanita kelahiran 1978 itu mengaku tidak terkejut dengan peristiwa kebakaran yang terjadi di permukiman tempatnya tinggal, karena sudah berulang kali terjadi.
“Aku sudah tinggal di situ sejak 2001, saat itu sudah rancak (sering) terjadi kebakaran, aku umpat melihat (turut menyaksikan) banyak peristiwa kebakaran besar, kada kehitungan jari (tidak terhitung),” tutur wanita itu dengan aksen Banjar yang kental.
Tak ada satu benda pun yang sempat diselamatkan saat kebakaran terjadi. Hanya pakaian di badan. Sama seperti pengungsi lainnya, istri dari Jumbriansyah itu mengaku bingung jika pengungsian dibubarkan. Ia berharap ada kepastian dari pemerintah daerah terkait tempat tinggal mereka ke depannya.
“Kalau kawa (bisa) kami dibikinkan rumah oleh pemerintah, tapi jakanya (jika) kawa. Kalau kada (enggak), bingung juga nanti ke depannya di mana kami tinggal, rumah sudah kadada (tidak ada) lagi,” tuturnya.
Berdasarkan data yang terpampang pada pintu gerbang lokasi pengungsian, ada 54 kepala keluarga (KK) terdampak dengan total 180 jiwa. Di antara ratusan jiwa itu, ada 10 orang yang merupakan lanjut usia (lansia). Selain itu bangunan yang terdampak sebanyak 44 unit.
Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palangka Raya, Sahdin Hasan mengatakan, Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya telah memfasilitasi para warga terdampak kebakaran dengan menyediakan wadah pengungsian beserta kelengkapan.
“Mulai dari pengadaan dapur umum hingga distribusi bantuan dari donatur, Pak Wali Kota berkomitmen bahwa pemerintah peduli terhadap masyarakat yang terdampak kebakaran,” ungkap Sahdin kepada wartawan di lokasi pengungsian, kemarin pagi.
Mengenai permintaan warga terdampak terkait bantuan tempat tinggal, Sahdin menyebut pemerintah akan segera melakukan evaluasi terkait pelayanan pengungsian dan berdiskusi mengenai rencana ke depan.
“Pemerintah akan mendiskusikan lebih lanjut tentang ini, tetapi lagi-lagi tergantung dari masyarakat, Pemko Palangka Raya di tengah keterbatasan yang ada tidak bisa merealisasikan secara penuh permintaan masyarakat, besok (hari ini, red) kami akan evaluasi lagi,” tuturnya.
Pria berkacamata itu mengatakan, pihaknya bersama dinas sosial, BPBD, jajaran perangkat daerah terkait, serta masyarakat terdampak akan duduk bersama untuk menemukan jalan keluar ke depan.
“Pemerintah akan melakukan evaluasi, mudah-mudahan besok (hari ini, red) bisa mendapatkan solusi,” tandasnya. (dan/ce/ala/kpfm)