
JawaPos.com – Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Gerinda Himmatul Aliyah menyebut, Indonesia sendiri masih dalam kategori tingkat partisipasi yang rendah tentang keterwakilan perempuan di dunia politik. Bahkan, di kawasan ASEAN Indonesia belum pada tahap yang sempurna.
“Di Indonesia sendiri (keterwakilan perempuan) skornya di dunia masih agak rendah, dalam kersetaraan gender. Sedangkan di ASEAN untuk skor itu kita sebut dengan GII memang masih kurang,” kata Himmatul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/8).
Menurutnya, perlu peningkatan pengaturan perempuan untuk masuk ke dalam dunia politik. Sebab, perempuan yang masuk dunia politik, biasanya dari kalangan aktivis, kalangan orang yang hanya istri-istri pejabat ataupun mereka yang mempunyai modal yang cukup kuat.
Ia meyakini, banyak perempuan-perempuan di Indonesia memiliki kualitas untuk masuk ke dunia politik. Namun, itu tidak diimbangi dengan sistem atau aturan yang menyebabkan biaya politik terlalu tinggi. Sehingga menjadikan perempuan sulit atau tidak mau masuk ke dunia politik. “Jadi perempuan-perempuan yang mungkin banyak berkualitas di dunia sana yang mau masuk dunia politik jadi ngeri duluan karena memang dengan sistem yang sekarang memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk masuk keduania politik,” jelas Himma.
Menurut Himma, upaya pemerintah Indonesia untuk mengadopi keterwakilan perempuan di parlemen dan di partai politik sebesar 30 persen sudah baik. Namun, pada faktanya masih jauh dari harapan.
“Ternyata meskipun kita sudah 30 persen keterpilihan kita belum mencapai maksimum itu masih sekitar 21 persen implementasinya. Karena Indonesia termasuk negara yang berada di 110 posisinya di antara 193 negara yang masih 21 persen keterwakilan perempuan dalam politik,” pungkasnya. (jpc/kpfm)