Dikira Mau Di-Rapid Test, Warga Memilih Kabur

Ketua KPU Kota Palangka Raya Ngismatul Choiriyah bersama PPS dan PPDP menerjang banjir untuk mendatangi rumah warga di Jalan Bengaris V, kemarin (20/7).

SEJAK 15 Juli lalu Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai melaksanakan tahapan pencocokan dan penelitian (coklit). Petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP) menemui calon pemilih secara langsung. Semua itu tak mudah. Ada saja halangan di lapangan.

Ketua KPU Palangka Raya Ngismatul Choiriyah turut mendampingi Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan PPDB menyatroni satu per satu rumah warga untuk melakukan coklit. Bahkan harus menerjang genangan air yang tingginya hampir setinggi perut orang dewasa. Kemarin pagi (20/7), mereka menyisir rumah warga yang menjadi calon pemilih di tempat pemungutan suara (TPS) 08, Jalan Bengaris V, Kelurahan Tanjung Pinang.

Rombongan mengenakan seragam putih dilengkapi alat pengaman diri seperti masker dan face shield. Warga yang melihat tampak kebingungan. Bahkan ada yang mengira mereka adalah petugas kesehatan. Warga pun memilih kabur. Meninggalkan rumahnya. Bahkan ada yang menghidupkan kelotok.

Tak hanya itu, ada juga warga yang segera menutup pintu rumah. Dikunci. Petugas mencoba mengetuk pintu. Tak ada yang peduli. Bahkan ada yang menangis. Mengira akan dilakukan rapid test massal. Padahal, ketua RT setempat turut mendampingi rombongan.

“Petugas memang menggunakan face shield. Sudah kami lepas pas berjalan, agar tak dikira petugas medis. Meski dilepas, ternyata mereka (warga) tetap saja tidak ingin membuka pintu. Mereka takut” tutur Ngismatul.

Sebelumnya pihaknya sudah mengumumkan bahwa petugas KPU akan datang untuk urusan coklit. Dikatakan Ngismatul, ada kendala yang ditemui pihaknya dalam proses coklit ini. Sebab, warga yang berdomisili di beberapa wilayah pinggiran menolak kedatangan petugas karena mengira sebagai petugas kesehatan. Pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak RT, bahwa TPS akan dibangun di halaman rumah ketua RT.

“Masyarakat ada yang menyampaikan aspirasi ke wali kota supaya jalan itu ditimbun, agar kendaraan bisa lewat. Sebab, mata pencaharian mereka pertanian,” pungkasnya. (kaltengpos/KPFM-101)

396 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.