“Sudah jelas tingginya angka kematian berhubungan dengan besarnya jumlah kasus yang ada. Kalau angka penularan di masyarakat masih amat tinggi maka kasus akan terus bertambah, dan secara proporsional kasus yang berat dan meninggal juga akan terus bertambah pula,” paparnya.
Penularan di masyarakat ditandai dengan angka kepositifan (positivity rate). Di Indonesia angka totalnya adalah sekitar 25 persen. Sementara berdasar tes PCR saja angkanya bahkan lebih dari 40 persen.
“Angka ini harus ditekan dengan pembatasan sosial yang ketat, mulai dari pelaksaan 3M, 5M, sampai ke berbagai jenis PPKM,” ujarnya.
Ia mendorong pemerintah melakukan peningkatkan tes dan telusur juga merupakan upaya yang amat penting. Menurutnya hanya dengan tes dan telusur yang massif maka kita dapat menemukan kasus di masyarakat, segera memberi penanganan kepada mereka sebelum terlambat dan mengisolasi mereka yang positif sehingga rantai penularan dapat dihentikan.
“Apalagi varian Delta makin jadi ancaman. Untuk ini maka jumlah pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) di negara kita harus ditingkatkan agar kita tahu persis varian-varian apa saja yang ada dan di antisipasi penanganannya dengan lebih baik,” katanya.
Vaksinasi juga harus terus ditingkatkan. Target yang 1 atau 2 juta perhari harus dapat terlaksana secara konsisten.
“Juga cakupan vaksinasi pada lansia yang masih belum optimal harus dimaksimalkan,” tegasnya.(jpc/kpfm101)