
PALANGKA RAYA– Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Kriya Kerajinan Tradisional (SK-KT) Bahalap Universitas Palangka Raya (UPR), menggelar Bahalap Competitions lomba melukis tingkat sekolah dasar (SD) se-Kota Palangka Raya di Dekranasda Kalteng, Sabtu (25/2). Giat itu digelar untuk mengembangkan keterampilan seni dan kreativitas anak-anak dengan cara menyenangkan dan interaktif, juga meningkatkan minat dan motivasi anak-anak untuk belajar seni rupa, dan memperkenalkan purun sebagai salah satu khas lokal dari Kalimantan Tengah (Kalteng) yang digunakan untuk media lukis.
Ketua Panitia Bahalap Competitions, Rudianus Laia, menjelaskan, ada 8 SD yang ikut dari 10 SD yang diundang. “Karena ada kendala, 2 SD nggak hadir. Jadi yang berpartisipasi 8 SD,” ujarnya, Sabtu (25/2).
Ia menambahkan, seperti yang diketahui zaman sudah modern. Banyak generasi-generasi yang mulai melupakan seni budaya dan melupakan karya-karya tradisional. Tujuan kegiatan ini, sedari kecil anak-anak SD ini nantinya bisa mengembangkan dan tidak melupakan seni budaya daerah.
“Terutama di Kalteng, khususnya di Palangka Raya, ke depannya anak-anak SD ini bisa mengembangkan dan memajukan seni budaya dari karya-karya tradisional yang mereka buat. kenapa kami mengambil tempat pelaksanaannya di Dekranasda karena ingin menjalin kerja sama dan juga adanya keterkaitan tentang kreativitas karya-karya tradisional,”ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum UKM SK-KT Bahalap UPR, Alfiandy, mengatakan, kegiatan ini salah satu program kerja dari organisasi mahasiswa (Ormawa) UKM SK-KT Bahalap. Dalam kegiatan ini ada dua lomba pertama lomba design poster tingkatan mahasiswa dimulai sejak 6 Februari, kedua lomba melukis purun tingkatan SD se-Kota Palangka Raya lanjutan dari kegiatan sebelumnya.
“Ini kegiatan perdana, merupakan awal tahun di 2023. Semoga kedepannya proker-proker yang kami laksanakan akan bisa melibatkan khalayak umum yang ada di lingkup Palangka Raya, Kalimantan Tengah,”harapnya.
Sementara itu, Demisioner Ketua Umum UKM SK-KT Bahalap, Nur Baiti, juga mengatakan, ia berharap anak-anak yang mengikuti kegiatan ini, budaya imajinasinya semakin berkembang terutama mengkreasikan olahan purun. Menurutnya, purun tidak hanya lagi sebatas dibikin tas atau menjadi barang yang biasa saja.
“Ke depan nilai purun ini semakin tinggi, dimulai dari anak-anak yang mengikuti perlombaan mempunyai pikiran kedepan purun ini dapat di kreasikan olahan apa saja. Termasuk menjadi salah satu media untuk melukis,”jelasnya.
Sementara itu, Marzhia Tesalonika (11), selaku juara 1, menuturkan, dulu pernah kursus di Sanggar Padepokan Pare Pak Eko sama Sanggar Lukis Warna Palangka Rayadi. Anak yang duduk di kelas 6 SDN 4 Menteng ini mengaku sering menjuarai berbagai lomba baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
“Sering juara 1, juara tingkat nasional MLDSM mewakili Kalteng tahun ini. Lomba di taman budaya, lomba di luar sekolah, di dalam sekolah sering,”ujarnya.
Marzhia mengatakan, suka melukis sejak kelas 4, pada saat duduk di bangku TK juga senang mewarnai, tadi melukis orang menari sama main sate. Perasaan ikut lomba, merasa senang dan tertantang lagi akan ikut dilomba berikutnya.
“Ini adalah media baru yaitu purun, biasanya kertas, dan nyiru. Terima kasih panitia karena sudah memberi kesempatan untuk bisa menunjukkan karya terbaik dalam ajang lomba melukis purun,”ucap Marzhia.
Salah satu juri, Purnama Julia Utami, juga mengungkapkan, dalam penilaian ada lima variabel kerapian, keindahan, keunikan/kekreatifan, bentuk dan komposisi warna, sebenarnya ada 4 lukisan yang memang nominasi valisasi yang terbaik.
“Dari komposisinya pas sekali ditambah dengan tema pemuda pewaris budaya. Kami bertiga jurinya mba Yul, Jaya, sama saya masing-masing itu mempunyai point penilaian yang berbeda-beda, jadi nilai itu dijumlahkan diakumulasi sedemikian rupa baru kami bagi tiga ya jatuhnya seperti itu, nilai tertinggi 42, 41, 40, selisihnya cuma satu angka,”kata Purnama.(*rid/uni/kpfm)