PALANGKA RAYA-Perbedaan hari lebaran antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) berpotensi terjadi pada Idulfitri 1444 Hijriah tahun ini. Warga Muhammadiyah memastikan lebaran jatuh pada tanggal 21 April, sedangkan pemerintah bersama NU baru mengumumkan 1 Syawal setelah melaksanakan rukyatul hilal yang akan dilaksanakan besok, Kamis (20/4).
“Kami melaksanakan rukyatul hilal bersama dengan ormas Muhammadiyah, NU, LDII, dan yang lain juga, hasilnya nanti akan dilaporkan ke pusat,” kata Kepala Kanwil Kemenag Kalteng Noor Fahmi, Selasa (18/4).
Noor Fahmi tidak memungkiri bahwa 1 Syawal tahun ini berpotensi mengalami perbedaan. Meski demikian, ia berharap masyarakat (umat Islam) tetap tenang dan bisa menghargai perbedaan itu.
“Tidak apa-apa tahun ini misalkan terjadi perbedaan dalam pelaksanaan ibadah Salat Id, meski demikian kita harus bisa saling menghormati, karena masing-masing punya keyakinan dasar,” ucapnya.
Sementara itu, Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) telah mempersiapkan agenda Salat Id. Sebagaimana diketahui, PP Muhammadiyah telah menentukan 1 Syawal tahun ini jatuh pada tanggal 21 April.
Ketua PW Muhammadiyah Kalteng Prof Ahmad Syar’i menjelaskan, pihaknya akan menggelar Salat Id berjemaah di Lapangan Sanaman Mantikei. Hal ini dilakukan karena mengikuti anjuran Rasul bahwa Salat Idulfitri lebih utama dilakukan di lapangan terbuka daripada dalam masjid.
“Iya, kami telah mengagendakan Salat Id kali di Lapangan Sanaman Mantikei sesuai anjuran Rasul, kami juga merencanakan lokasi satunya lagi di kampus dua UMPR yang terletak di Jalan Lingkar Luar, tapi masih perlu kami survei lagi,” bebernya kepada media, Selasa (18/4).
Ia menjelaskan bahwa semua kabupaten di Kalteng juga telah mempersiapkan teknis pelaksanaan Salat Id tahun ini. Seperti di Kuala Kapuas yang akan dilaksanakan di Lapangan Sampuraka. Sementara di Lamandau, Salat Id berjemaah akan digelar di halaman kantor Bapedda Lamandau.
Pelaksanaan Salat Id tahun ini berpotensi berbeda, karena pada rukyah hilal masih di posisi dua derajat. Sedangkan warga Muhammadiyah melakukan penghitungan menggunakan hisab. Karena adanya perbedaan pelaksanaan ibadah tahun ini, Ahmad Syar’i berharap masyarakat Kalteng khususnya Kota Palangka Raya tetap saling menghargai.
“Karena memang dalam Islam kemungkinan ada perbedaan dalam hal-hal kecil, itu pasti terjadi, tapi saya yakin umat Islam memahami kondisi tersebut, perbedaan (Salat Id, red) kali ini juga karena masing-masing memiliki dasar, pemerintah dan NU menggunakan metode rukyah dan itu ada hadist nabi, sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab, itu juga ada rujukannya, jadi karena perbedaan ini sama-sama memiliki dasar yang kuat, maka kita hanya perlu saling menghargai dan menghormati saja,” ucapnya. (irj/ce/ala/kpfm)