Waspada DBD saat Musim Hujan

KESEHATAN

Oleh: dr Rusin Dwi Septiana SpA MBiomed

KASUS demam berdarah dengue (DBD) fluktuatif. Saat musim hujan, kasus penyakit DBD biasanya meningkat. Pada musim hujan, populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat, karena telur yang belum menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk jenis ini, sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit DBD. Kelangsungan hidup nyamuk Aedes aegypti akan lebih lama bila tingkat kelembaban tinggi selama musim hujan. Karena itu masyarakat harus lebih waspada selama musim hujan.

DBD merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes Spp. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Dinkes) tahun 2019, kasus DBD di provinsi ini berjumlah 1.786 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 44 orang. Kasus DBD di Kota Palangka Raya menunjukkan angka kesakitan mencapai 34,2 per 100.000 penduduk. Di Indonesia, teridentifikasi ada 3 jenis nyamuk yang bisa menularkan virus dengue, yaitu Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris. Nyamuk Aedes aegypti betina merupakan vektor utama penyebab DBD.

Gejala DBD ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual, dan manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah, serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh penderita. Pada umumnya penderita DBD akan mengalami fase demam selama 2-7 hari. Pada fase pertama (hari pertama sampai hari ketiga) penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi, 40 derajat Celcius. Kemudian pada fase kedua (hari keempat sampai hari kelima) merupakan fase kritis. Pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 37 derajat Celcius. Penderita akan merasa bisa beraktivitas kembali (merasa sudah sembuh). Pada fase kedua ini, jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, maka bisa terjadi keadaan fatal. Akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Selanjutnya fase ketiga (hari keenam sampai hari ketujuh). Pada fase ini penderita akan merasakan kembali demam. Fase ini dinamakan fase pemulihan. Pada fase inilah trombosit akan perlahan naik atau normal kembali.

Karena penyakit malaria cukup berbahaya, maka perlu adanya peran serta masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian kasus DBD. Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara “3 M PLUS” melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). Kegiatan 3M meliputi; 1) Menguras tempat penampungan air minimal sekali dalam seminggu, 2) Menutup tempat penampungan air, 3) Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Selain itu ditambah dengan cara lainnya (PLUS), yakni; 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, 2) Menggunakan kelambu saat tidur, 3) Menggunakan obat nyamuk atau antinyamuk, 4) Menanam tanaman pengusir   nyamuk di sekitar rumah,  5) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam rumah.

Pemberantasan sarang nyamuk perlu ditingkatkan terutama pada musim hujan dan pancaroba. Sebab, peningkatan curah hujan dapat menambah jumlah tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Dengan bertambahnya jumlah tempat atau sarang perkembangbiakan nyamuk penular DBD, dikhawatirkan jumlah kasus DBD turut meningkat dan dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. (*/kpfm)

Penulis adalah dokter di RSUD dr Doris Sylvanus

333 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.