Destinasi Wisata Religi Luar Biasa, Serasa di Masjid Nabawi

Mengunjungi Masjid Raya Sheikh Zayed Solo

WISATA RELIGI: Ketua Tanfidziyah PWNU Kalteng Dr HM Wahyudie F Dirun bersama Rois Syuriah KH Chairudin Halim di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah.

Dalam rangkaian halalbihalal PBNU di UIN Wali Songo, Jawa Tengah (Jateng) hari Ahad (14/5) lalu, saya (penulis) dan Rois Syuriah KH Chairudin Halim menyempati mengunjungi Masjid Sheikh Zayed di Solo, yang jarak tempuhnya sekitar dua jam dari Semarang.

HM WAHYUDIE F DIRUN, Solo

SEJAK dibuka tanggal 28 Februari 2023 lalu, masjid yang merupakan replika dari Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi ini tidak pernah sepi dari kunjungan masyarakat untuk merasakan salat maupun sekadar melihat keindahan masjidnya.

“Utamanya hari Jumat, Sabtu, dan Ahad, pasti masjid dan kawasan masjid penuh sesak warga yang berkunjung,” kata Parto, tukang ojek yang mengantar kami dari lokasi parkir mobil ke halaman depan Masjid Zayed.

Masjid Zayed berdiri di tengah Kota Surakarta atau Solo yang padat. Bersebelahan dengan rel kereta api. Bisa dibayangkan betapa padatnya jalan dari dan menuju masjid yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Solo ini.  

Namun kondisi ini justru membawa berkah. Hampir di sekeliling masjid menjadi unit-unit usaha masyarakat, yang membuka warung makan dan minuman maupun dagangan lain untuk pengunjung.

Masjid Zayed menjadi salah satu destinasi wisata religi yang luar biasa di Pulau Jawa, termasuk di luar Jawa. Hampir semua warga yang datang ke masjid ini, sebagian besar dari Jawa dan luar Jawa.

Karena pengunjungnya membeludak, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, di gerbang masuk masjid, pengurus masjid memasang empat alat detector X-ray sama seperti di bandara. Sehingga semua barang, termasuk jemaah sendiri wajib lewati itu. Kami datang persis ketika masuk waktu Salat Asar.

“Alhamdulillah, kita sempat Salat Asar berjemaah di Masjid Zayed,” kata saya kepada Rois Syuriah.

Yang membuat saya kagum, toilet dan tempat wudunya sangat nyaman. Ratusan toilet disiapkan. Ada toilet berdiri dan ada pula toilet jongkok di kamar kecil. Tempat wudu sangat nyaman digunakan. Ketika membuka keran wudu, yang saya rasakan sama seperti wudu di Masjid Nabawi Madinah.

Sepertinya memang sudah diantisipasi. Sehingga seberapa banyak pun jemaah masjid, tidak ada istilah antre di toilet dan antre berwudu.

Menikmati fasilitas Masjid Zayed ini betul-betul berbeda dengan masjid-masjid besar di Indonesia yang pernah saya kunjungi untuk salat. Masjid Raya Istiqlal Jakarta misalnya, berbeda. Masjid Agung Al Akbar di Surabaya pun berbeda. Apalagi masjid Raya Baiturahman di Semarang. Terasa berbeda nikmatnya dengan fasilitas yang ada di Masjid Zayed ini.

Ada satu yang membedakannya dengan kenikmatan fasilitas di Masjidil Haram Mekkah. Keramik lantai di Masjid Zayed masih berasa panas saat cuaca lagi panas. Kalau di Masjidil Haram, sepanas apa pun cuaca, saat kita berinjak di lantai keramik masjid, terasa dingin di telapak kaki. (bersambung/ce/ala/kpfm)

262 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.