Pengalaman Paling Berkesan, Bertugas di Nusakambangan

KANAN: Dr Niken Dwi Astuti Desmawati

PALANGKA RAYA-Denga nmengenakan baju bermotif batik berwarna maron, berhijab Coksu dengan sneakers berwarna putih, Dr Niken Dwi Astuti Desmawati Hendra Ekaputra, istri dari Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Kalteng Dr Hendra Ekaputra, menceritakan pengalaman 24 tahun silam saat menemani sang suami bertugas di Nusakambangan.

Menjadi seorang istri dari pegawai negeri sipil (PNS), tentu harus siap mengikuti ke mana pun suami ditugaskan. Hal tersebut diungkapkan Niken, sapaan akrab Dr Niken Dwi Astuti Desmawati, saat bercerita santai di perahu susur sungai Objek Wisata Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Palangka Raya, Jumat (5/5).

Wanita kelahiran 16 Desember 1977 ini menceritakan perjalanan karier sang suami. Berawal dari ikut seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) hingga sekarang ini diamanahkan menjadi Kakanwil Kemenkumham Kalteng.

“Kami meniti karier, benar-benar dari bawah. Sampai dengan sekarang bukan sesuatu hal yang mudah untuk dilewati. Namun saya yakin semua itu terlewati berkat doa orang tua dan usaha bersama. Seperti halnya menempuh pendidikan S-2 bersama, bahkan sampai dengan selesai S-3 bersama pada 2020 lalu,” ucap Niken.

Dengan berpegang teguh pada komitmen untuk saling support satu sama lain, baik dalam perkerjaan maupun di rumah tangga, menjadi salah satu kunci keberhasilan melewati liku-liku perjalanan hidup. Di sisi lain, juga mengawasi anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang.

Melewati perjalanan yang panjang tersebut, tentu ada suka dan duka yang dialami. Meski demikian, kehidupan yang dikemas dengan tertata, benar-benar membuahkan hasil tak terduga.

“Mulai dari ditempatkan di pelosok sampai di kota, semua ada porsi cerita masing-masing,” ucap wanita yang memiliki jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan berjudul Application of Disciplinary Punishment Against Prisoners Who Violare Orders Study at Clas IIA Prisons in Bekasi.

Ibu dari empat anak ini memiliki pengalaman yang berkesan semasa menemani suami (Hendra Ekaputra) bertugas di Nusakambangan. Saat itu Niken bertugas di Lapas Cilacap. Beberapa kali ia harus bolak-balik Cilacap-Nusakambangan.

Suatu hari, dengan menggunakan motor trail, Niken berkunjung ke Nusakambangan. Pada malam sebelumnya, turun hujan deras. Otomatis jalanan jadi licin.

“Waktu itu kendaraan roda empat parkir di kapal penyeberangan, jadi saya berangkat ke Nusakambangan menggunakan motor trail, di tengah jalan, saya dengar suara pohon tumbang, lantas saya segera lihat ke arah atas, hampir saja tertimpa, demi menghindari itu, saya terjatuh ke aspal,” kenangnya.

Walaupun hanya berupa dahan yang patah, lanjutnya, tapi umumnya usia pohon di daerah Nusakambangan sudah ratusan tahun. Otomatis dahan-dahannya cukup besar.

Setelah sadar dan merasa nyaman, Niken memutuskan berdiri kembali untuk melanjutkan perjalanan. Sendiri saja. Tidak ada yang bantu. Karena tidak ada satu pun orang yang lewat saat itu. Niken pun melanjutkan perjalanan dengan kondisi luka-luka dan lutut berdarah.

“Jadi saya mencoba menghindar dan terjatuh di aspal. Bangun sendiri, kemudian jalan sendiri. Mau menelepon tidak ada sinyal. Setelah bangun dan berkendara, sesampai di sana orang pada kaget karena saya berdarah-darah. Bapak pun langsung datang setelah dapat kabar,” ungkapnya.

Dijelaskannya, perjalanan yang ditempuh saat menaiki kapal sekitar 30 menit. Kemudian dari pelabuhan menuju kawasan Nusakambangan sekitar 30 menit. Namun perjalanan dari pelabuhan harus melewati hutan yang dihuni banyak hewan buas.

“Saya juga pernah tertabrak monyet, hal yang sama juga terjadi dengan teman saya, lebih parah lagi, dia tertabrak harimau, dia kaget dan harimaunya pun kaget, sampai-sampai harus dilarikan ke rumah sakit dan diopname,” kenangnya.

“Kebetulan saya senang mengendarai motor trail, makanya saya menggunakan motor trail ke Nusakambangan, tetapi setelah kejadian itu, bapak tidak izinkan lagi, demi keselamatan saya,” ungkap Niken yang kala itu masih memiliki dua anak.

Sesuai jadwal kapal penyebrangan, memiliki waktu tertentu pukul 06.00 Pagi , tujuan dari Nusakambangan ke Cilacap, Sebaliknya pukul 09.00 Pagi, Pukul 11.00 siang, dan Pukul 13.00 siang dan 17.00 Sore.

Selama bapak bertugas diakui Niken, dirinya sudah berpindah-pindah rumah sebanyak 25 kali, dengan menemukan berbagai budaya dan bahasanya di setiap tempat tinggal. “Alhamdulilah, saya dan keluarga bisa menyesuaikan,” terangnya.

Namun baginya, Nusakambangan punya cerita perjuangan yang tak terlupakan. Walaupun kadang kala, keperluan rumah tangga tidak sepenuhnya lengkap terpenuhi.

“Namun saat bertolak ke Cilacap dan pulang ke Nusakambangan, kami berbelanja keperluan yang dibutuhkan,” tukasnya.

Ada pula cerita menarik saat sang suami (Hendra Ekaputra, red) ditugaskan di Lapas Putussibau, kawasan terpencil di perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

“Dengan keadaan listrik terbatas, akses jalan pun demikian, kalau mau ke Kota Pontianak harus menempuh perjalanan darat selama 18 jam. Kalau jalur udara, keberangkatan hanya ada 1 minggu sekali, dengan biaya tiket Rp1 juta, sementara gaji kami waktu itu hanya Rp400 ribu, belum ada tunjangan kinerja. Sementara gaji bapak dan saya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sembako harga begitu luar biasa,” ucapnya.

Untuk mengatasi rasa jenuh selama tinggal di Putussibau, Niken bersama ibu-ibu dharmawanita lainnya memancing di kolam sekitar rumah dan bermain voli.

“Bersosialisasi, bercerita untuk saling berbagi pengalaman, sehingga tidak jenuh menemani suami bertugas,” katanya.

“Di mana pun ditugaskan, apapun yang diamanahkan, saya senantiasa bersyukur, Bapak juga mengingatkan untuk bersyukur tiada henti dan ringan tangan dalam membantu orang yang kesusahan, tidak ada yang perlu disombongkan,” tandas Niken yang juga merupakan penasihat Paguyuban Pengayoman Kanwil Kemenkumham Kalteng.

Adapun sederet riwayat tugas dan jabatan yang pernah dipangku Niken. Tahun 2000-2006 bertugas di Lapas Kelas IIA Purwokerto, Rupbasan Kelas II Cilacap, Rutan Kelas IIB Putussibau, LPKA Kelas I Palembang, LPKA Kelas I Blitar, Bapas Kelas II Bojonegoro, dan Lapas Kelas IIB Cilacap, dan mulai menjabat di Lapas Kelas IIB Cilacap hingga tahun 2017, di Bapas Kelas I Jakarta Selatan tahun 2018, dan menjabat Kasubbag Tata Usaha Lapas Kelas IIA Bekasi sejak 2019 hingga sekarang ini.

Niken telah banyak mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan jabatan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Mulai dari ADUM/DIKLATPIM IV tahun 2006, pelatihan fungsional pembimbing kemasyarakatan tahun 2014, pelatihan cognitive behaviour theory untuk narapidana pengguna narkotika tahun 2018, serta pelatihan teknis lainnya.

Niken juga memiliki jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan dengan judul Application of Disciplinary Punishment Against Prisoners Who Violare Orders (Study at Clas IIA Prisons in Bekasi pada tanggal 30 Oktober 2021 yang dipublikasikan oleh Nusantara Training and Research dan Jurnal Internasional dengan judul Juridical Review of The Goods Decision Evidence For Destroyed yang dipublikasikan pada 16 April 2022, serta mengikuti seminar internasional The Second International Conference Law and Human Rights dengan judul Restructuring Law and Human Rights in New Normal Society pada bulan Mei 2021. (nur/ce/ala/kpfm)

273 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.