Hilirisasi Industri Sawit Belum Maksimal

Pengolahan Produk Masih Bergantung dengan Pulau Jawa

PALANGKA RAYA-Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA), khususnya sektor perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki), produksi kelapa sawit Bumi Tambun Bungai menempati posisi 3 se-Indonesia. Meski demikian, potensi SDA itu belum dimanfaatkan secara maksimal, karena hilirisasi industri kelapa sawit masih bergantung dengan daerah luar.

“Produksi sawit dari Kalteng menempati urutan ketiga secara nasional. Produksi sawit Kalteng berada di bawah Sumatera Utara dan Riau,” ungkap Ketua Umum Gapki Pusat Eddy Martono, usai menghadiri Musyawarah V Gapki Cabang Kalteng Tahun 2023 di Swiss-Bellhotel Danum, Palangka Raya, Kamis (15/6).

Dilihat secara nasional, ekspor sawit di Indonesia memang sudah didominasi oleh produk jadi. Eddy menjelaskan, berdasarkan nilai ekspor empat tahun belakangan, produk-produk ekspor kelapa sawit dari Indonesia sudah didominasi oleh produk hilir.

“Produk bahan mentah, terakhir ekspor itu hanya 3 juta ton dari total 36 juta ton kelapa sawit yang keluar, artinya 33 juta ton yang diekspor itu produk jadi,” beber Eddy. 

Produksi produk-produk hilir itu masih didominasi dari daerah-daerah di Pulau Jawa. Sementara daerah-daerah lain di luar Jawa masih harus bergantung dengan Pulau Jawa dalam hal hilirisasi produk kelapa sawit.

“Terus terang saya akui, hilirisasi industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia masih berpusat di Jawa, ini masih menjadi tantangan bagi kita,” tuturnya.

Eddy tidak menampik hilirisasi industri dalam hal pengolahan bahan mentah kelapa sawit di luar Pulau Jawa memang masih terkendala. Belum maksimalnya hilirisasi industri pengolahan kelapa sawit, lanjut Eddy, terjadi karena minimnya infrastruktur pengolahan produk mentah kelapa sawit di daerah-daerah luar Pulau Jawa, seperti Sumatera Utara, Riau, dan Kalteng.

“Karena keterbatasan infrastruktur, patut diakui bahwa daerah-daerah lain masih terkendala dengan hilirisasi, sejauh ini hanya Pulau Jawa yang lebih siap,” ujarnya.

Oleh karena itu, Presiden RI Joko Widodo telah mencanangkan pemerataan pembangunan dalam upaya mewujudkan hilirisasi industri kelapa sawit.

“Bapak Presiden mulai fokus menggencarkan pembangunan di daerah-daerah luar Pulau Jawa, seperti IKN dan lainnya,” tandas Eddy.

Sementara itu, Wakil Gubernur Kalteng H Edy Pratowo mengakui bahwa hilirisasi industri pengolahan kelapa sawit di Kalteng sejauh ini belum maksimal.

“Selama ini kita menjual bahan mentahnya sebelum diolah, makanya visi hilirisasi ini akan kami selaraskan dengan kebijakan presiden terkait hilirisasi itu, mesinnya harus dibuat agar bisa memproduksi produk turunan kelapa sawit,” ungkap Edy di hadapan awak media, kemarin.

Dikatakan Edy, pemprov akan berupaya agar ke depannya Kalteng bisa memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menajdi produk turunannya, seperti sabun, makanan, dan lainnya.

“Tentu harus dibangun industrinya. Saya pikir bisa bertahap dilakukan, sehingga bisa menyerap tenaga kerja masyarakat lokal,” jelas Edy.

Mantan Bupati Pulang Pisau itu tidak menampik bahwa persiapan infrastruktur hilirisasi masih menjadi kendala bagi industri sawit di Kalteng saat ini.

“Untuk mewujudkan itu, saya pikir bisa dijalankan bersamaan dengan program-program lain yang berkaitan, baik oleh pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota, berkolaborasi dengan para pengusaha atau investor,” tambahnya.

Menurut Edy perlu ada upaya untuk merumuskan uapaya-upaya yang bisa dilakukan, didukung, dan dibangun dalam rangka mewujudkan hilirisasi produk kelapa sawit di wilayah Kalteng.

“Saya kira ini perlu kearifan dan kerja sama yang baik, harapan kami semua pihak terkait mau berkolaborasi untuk mewujudkan misi ini,” tandasnya. (dan/ce/ala/kpfm)

250 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.