PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda Taman Nasional Sebangau (TNS). Karhutla menghanguskan ratusan hektare lahan di kawasan konservasi alam tersebut. Kejadian itu disinyalir dapat mengancam habitat satwa dilindungi yang hidup di kawasan tersebut. Pihak TNS pun terus menggencarkan langkah preventif guna mencegah makin meluasnya lahan yang terbakar.
Kepala Balai TNS Ruswanto mengungkapkan, kebakaran di kawasan TNS terjadi sejak Jumat (1/9), dan baru bisa dipadamkan pada Senin (4/9). Saat ini petugas tengah membersihkan sisa-sisa bara usai kebakaran.
“Kami mendapat dukungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk pemadaman menggunakan water bombing sebanyak dua kali. Kalau personel darat dari kami, yakni staf dan Manggala Agni, didukung Manggala Agni Balai PPI. Selain itu, BPBD Pulpis juga turun ke lokasi,” ungkap Ruswanto kepada awak media, Rabu (6/9).
Kurang lebih seluas 300 hektare (ha) lahan di TNS yang terbakar kali ini. Kebakaran tersebut terjadi di kedalaman gambut kategori rendah. Untuk mengantisipasi karhutla yang lebih luas, pihaknya menyiagakan sejumlah personel darat untuk melakukan pemadaman dan patroli.
“Di setiap resort ada 15 personel MPA. Kami sendiri memiliki 8 MPA. Tinggal kalikan saja. Berarti ada 120 personel, tetapi tidak semuanya produktif, hanya yang berusia 20-40 tahun yang masih bisa diajak,” bebernya.
Untuk mengantisipasi kebakaran, patroli rutin dijalankan petugas Balai TNS, mengingatkan nelayan di sekitar kawasan TNS agar tidak membakar bumbungan untuk mengumpulkan ikan. Pihaknya juga gencar melakukan patroli dan menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat setempat.
“Selain langkah preventif itu, kami juga mengambil langkah penegakan hukum. Kemarin kami koordinasi dengan Polres Pulpis. Ada orang yang diduga masih nekat masuk kawasan,” ujarnya.
Selain berkoordinasi dengan pihak kepolisian pihaknya juga memiliki bagian penegakkan hukum (gakkum) sendiri yang berkantor di daerah Kereng. Jika terlalu jauh pihaknya berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum yang masuk wilayah bersangkutan.
Disinggung apakah karhutla yang membakar ratusan hektare lahan itu berdampak terhadap kehidupan satwa-satwa di lokasi, Ruswanto menyebut pihaknya belum dapat memastikan.
“Setelah ini kami akan melakukan deliniasi dahulu untuk memastikan luas yang terbakar memang 300 hektare atau kurang lebih, di situ satwanya apa aja, dan kantong-kantong satwanya ada atau tidak,” terangnya.
Ruswanto memastikan bahwa dalam area lahan terbakar itu terdapat kantong orang utan. Pihaknya khawatir orang utan yang terdampak akan terusir keluar dari habitat, lalu berkonflik dengan masyarakat.
“300 hektare itu pasti mengganggu satwa di dalamnya, entah orang utan, bekantan, mungkin juga buaya yang sudah punya rumah di situ, pasti ada yang terdampak,” tandasnya. (dan/ce/ala/kpfm)