Barang Bekas Disulap Jadi Ornamen Rumah Betang

Aji Patria Anjas Maulana, Remaja Tuna Rungu Jago Berkreasi

Aji Patria Anjas Maulana

Aji Patria Anjas Maulana merupakan salah satu siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Palangka Raya yang berprestasi. Meski memiliki kekurangan, jari-jarinya tak pernah berhenti dalam berkreasi.

MUTOHAROH, Palangka Raya

PAGI itu, SLB Negeri 1 Kota Palangka Raya terlihat sangat ramai. Banyak orang tua mengantar anaknya di depan sekolah. Sapaan selamat pagi pun sempat beberapa kali terdengar dari beberapa siswa yang menyapa satpam. Saya bertemu dengan guru bernama Isti Komsiyah. Guru yang kerap disapa Isti ini merupakan wali kelas dari Aji Patria Anjas Maulana, siswa yang ingin saya temui.

Sesampai di kelas, para siswa sedang makan pagi bersama. Kebiasaan itu dilakukan agar para siswa akrab satu sama lain. Isti pun memanggil Aji, sapaan akrab Aji Patria Anjas Maulana.

Aji merupakan siswa berprestasi. Berhasil meraih juara tiga dalam Lomba Keterampilan Siswa Nasional (LKSN) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kalteng, tingkat SMPLB/SMALB pada 3 Juli 2023 lalu.

Anak pertama dari dua bersaudara ini mengikuti kategori lomba membuat kreasi barang bekas. Peserta diharuskan membuat ornamen rumah betang.

Dengan semangat dan tekun dalam berusaha, siswa kelahiran 31 Maret 2006 itu berhasil memberikan karya terbaiknya.

Meski hanya mendapat juara tiga, tidak lantas membuatnya bersedih. Isti mengatakan pada Aji untuk tetap semangat dan coba lagi di tahun depan. Menanggapi itu, siswa yang juga suka menggambar itu mengatakan dengan bahasa isyarat, bahwa dia ingin ikut lagi dengan cabang lomba yang berbeda.

“Aji sangat senang bisa menampilkan karya hasil jerih payahnya. Dia juga ingin mengikuti lagi lomba dengan kategori berbeda nantinya,”ucap Isti yang membantu menerjemahkan kepada penulis.

Melihat semangatnya saya pun mencoba bertanya pada Aji secara langsung, dengan perlahan saya bertanya lomba apa yang ingin diikutinya. Melihat saya bertanya, siswa yang saat ini berumur 17 tahun itu menjawab ingin mencoba lomba kriya kayu.

Isti berkata bahwa Aji merupakan salah satu siswa yang cepat belajar salah satunya dalam membaca gerak bibir, itulah alasan mengapa Aji dapat menjawab pertanyaan saya hanya dengan membaca gerakan bibir saja.

Aji merupakan anak pertama dari pasangan suami istri bernama Pairin dan Triyaningsih, sang ayah Pairin bekerja di bidang bangunan. Dalam perlombaan kreasi barang bekas juga belajar bersama sang ayah, hal ini diungkapkan oleh guru pembimbingnya Erwansyah.

Erwansyah tidak terlalu sering secara langsung membimbing Aji, meski begitu guru yang juga mengajar mata pelajaran agama Islam selalu berusaha membimbing meski secara jarak jauh atau secara online. Erwansyah menjelaskan membimbing Aji bukanlah hal yang sulit, menurutnya meski memiliki kekurangan dalam mendengar dan berbicara, putra dari Triyaningsih merupakan anak yang pintar dan cepat tanggap.

“Ngajarin Aji itu tidak terlalu sulit, dia anak yang pintar dan cepat tangkap, di samping itu ayah juga bekerja di bidang bangunan, jadi sedikit banyak cukup membantu, hanya saja kemarin itu pada saat lomba, yang kurangnya hanya di bagian pewarna saja, yang masih kurang sempurna, namun secara umum bentuk rumah pemotongan pola dan penataan serta merangkai Aji cukup bisalah,”jelas Erwansyah sembari melihat miniatur rumah betang buatan Aji pada tahap percobaan kedua.

Cita-cita siswa yang juga berbakat dalam seni kayu itu tidaklah rumit, dirinya hanya bercita-cita untuk dapat bekerja seperti ayahnya. Isti berkata saat ini anak-anaknya cenderung hanya melihat sekitar, sama halnya dengan Aji yang saat ini bercita-cita ingin seperti Ayahnya.

Namun, Isti berharap Aji ataupun anak yang lain dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mengingat banyak dari siswanya, Aji memiliki kemampuan yang lebih. Selain itu beberapa kali alumni yang sudah berhasil dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sesekali diminta untuk datang sekedar untuk memotivasi.

“Cita-cita ingin kerja kayak bapak, karena yang lain belum bisa, belum ada niat juga untuk kuliah,” ucap siswa yang tinggal di Jalan Simpei Karuhei dengan bahasa isyaratnya. (ram/kpfm)

334 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.