Gubernur Kalteng Tetapkan Tanggap Darurat Karhutla

PALANGKA RAYA-Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seakan tak pernah ada habisnya. Kondisi itu menyebabkan Kota Palangka Raya dikepung kabut asap pekat. Kualitas udara makin buruk dan telah masuk dalam kategori berbahaya. Berdasarkan data indeks standar pencemaran udara (ISPU), mutu udara di ibu kota provinsi ini pada Kamis (5/10) pukul 09.00 WIB berwarna hitam.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng Merty Ilona menerangkan, berdasarkan data ISPU yang tersaji di web KLHK dari stasiun AQMS Buntok, Sampit, Pangkalan Bun, dan Palangka Raya, tercatat kualitas udara di sejumlah wilayah di Kalteng sedang tidak baik.
“Kualitas udara di Palangka Raya kategori berbahaya, Buntok dan Sampit sangat tidak sehat, dan Pangkalan Bun kategori sedang,” terangnya.
ISPU (nilai parameter pencemar kritis) untuk Palangka Raya 378 (PM 25), Buntok 205 (PM 25), Sampit 232 (PM 25), dan Pangkalan Bun 61 (Hidrokarbon). Keadaan sekarang ini tentunya berdampak ke semua sektor, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, ekosistem, hingga transportasi.
“Kami imbau masyarakat untuk melindungi diri ketika beraktivitas di luar ruangan, mengingat kabut asap tidak baik untuk kesehatan,” tegasnya.
Dalam situasi seperti sekarang ini, pemerintah terus berupaya agar karhutla dapat diminimalkan. Merty menyebut, satu-satunya cara adalah mengatasi sumber pencemaran. “Udara buruk di Kalteng terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan. Karena itu, teknologi modifikasi cuaca (TMC) dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas hujan,” sebutnya.
“Namun, itu (TMC) tidak bisa diterapkan kalau tidak ada awan produktif,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo menyarankan agar masyarakat senantiasa memantau kualitas udara. Salah satunya melalui aplikasi ISPU.net. Apabila kualitas udara kurang bagus, dianjurkan untuk membatasi aktivitas di luar ruangan. Jika terpaksa beraktivitas di luar ruangan, maka wajib memakai masker. Anak-anak disarankan bermain dalam rumah atau ruangan, karena rentan terkena gangguan pernapasan atau ISPA.
Masyarakat juga diimbau untuk istirahat yang cukup agar kondisi tubuh tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Dalam sehari manusia dianjurkan untuk memiliki waktu tidur 7–8 jam. Selain itu, sangat disarankan untuk mengkonsumsi air putih yang cukup, terutama air putih hangat.
“Konsumsi cairan dalam jumlah cukup, pada kondisi kasus kabut asap akibat karhutla, mengonsumsi air putih hangat adalah langkah yang baik,” ucap Andjar sembari mengingatkan pentingnya mengonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.
Dengan maraknya karhutla dan makin parah kabut asap, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran mengambil langkah tegas dengan menetapkan status tanggap darurat bencana karhutla. “Kotim, Palangka Raya, Pulang Pisau, Kapuas, dan Katingan sudah menetapkan status tanggap darurat,” kata Sugianto, kemarin.
Dengan adanya penetapan status itu, maka pemprov dapat mengeluarkan anggaran untuk penanganan bencana karhutla. Anggaran Rp110 miliar bisa digunakan secara maksimal untuk pemadaman api, membuat pos lapangan, hingga urusan kesehatan. Karena menurut laporan, sudah 3.000 lebih warga yang terkena ISPA dan diare.
Pada Selasa (3/10), mutu udara mencapai level berbahaya. Sementara jarak pandang sehari sebelumnya kurang dari 1.500 meter.
“Status tanggap darurat ditetapkan dan berlaku selama 10 hari, terhitung sejak tanggal 6 Oktober sampai dengan tanggal 15 Oktober 2023,” lanjutnya.
Status tanggap darurat tersebut dapat diperpanjang atau dipersingkat menyesuaikan kebutuhan penanganan darurat bencana di lapangan.
Saat menghadiri upacara peringatan HUT ke-78 TNI, gubernur mengingatkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab agar segera berhenti membakar lahan, karena dampak negatifnya dirasakan masyarakat dan menyangkut kehidupan serta kesehatan orang banyak.
Dikatakan Sugianto, pemprov telah berkoordinasi dengan penegak hukum agar menindak tegas oknum yang terbukti melakukan pembakaran hutan dan lahan dengan sengaja.
“Upaya pemadaman dari berbagai pihak, termasuk helikopter water boombing tidaklah cukup jika melihat luas lahan dan hutan yang terbakar selama ini. Paling tidak Kalteng harus punya minimal 15 helikopter water boombing untuk pembasahan gambut pada musim kemarau,” tegasnya.
Karhutla yang terjadi selama ini akibat ulah pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan tertentu. Diperparah lagi dengan adanya fenomena el nino pada musim kemarau tahun ini.
Sugianto menyarankan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menambah peralatan untuk pemadaman, karena yang dibutuhkan saat ini adalah sarana dan prasarana darat maupun udara.
Pada sisi lain, obat-obatan, pelayanan kesehatan, serta rumah oksigen telah disediakan pemprov dan diharapkan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, Ahmad Toyib mengatakan, selama masa tanggap darurat bencana karhutla, pemprov akan mengalokasikan anggaran yang bersumber dari Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk keperluan penanganan bencana.
“Selama ini upaya terus dimaksimalkan, ketika status naik jadi tanggap darurat, maka akan ada upaya tambahan, baik personel maupun sarpras. Koordinasi di lapangan akan lebih intens lagi. Tentu saja akan melibatkan juga beberapa instansi yang selama ini belum ikut serta,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya, Anton Budiyono menyampaikan, saat ini Kalteng dalam kondisi el nino moderate, dengan indeks siaga 1,68.
“Sudah dekat dengan el nino kuat seperti yang terjadi tahun 2015 lalu. Prediksi kami, Desember hingga Februari kita masih akan mengalami el nino moderate, barulah pada Februari sampai April terjadi el nino lemah,” jelasnya.
Anton menyebut, dampak el nino akan berkurang seiring datangnya musim hujan. Diperkirakan wilayah Kalteng akan memasuki musim hujan pada akhir Oktober.
“Seluruh Kalteng masuk musim hujan pertengahan November. Normalnya pada akhir Oktober Kalteng sudah masuk musim hujan. Jadi tahun ini mundur dari biasanya,” ungkapnya.
Karhutla di Kalteng Sebagian Besar Terjadi di Wilayah Gambut
Karhutla yang terjadi di Kalteng disinyalir banyak terjadi di lahan gambut. Kondisi ini menyebabkan kabut asap menyelimuti sejumlah wilayah. Diperparah lagi oleh arah angin di sekitar wilayah perbatasan Kalteng.
“Secara umum kebakaran di Kalteng terjadi di wilayah gambut. Itu menyebabkan adanya potensi asap lintas provinsi. Tergantung arah angin di sekitar perbatasan Kalteng,” kata Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Karhutla Wilayah Kalimantan Yudo Mustiko, Rabu (5/10).
Ia menjelaskan, lahan gambut berkaitan erat dengan tingkat kebasahan. Makin basah gambut, maka ancaman terhadap karhutla makin kecil. Jika makin kering gambut, maka ancaman karhutla makin besar. Gambut yang terbakar dalam kondisi kering akan menyebabkan kebakaran di permukaan dan di bawahnya. Dalam penanganan, kata Yudo, kebakaran lahan yang terjadi di bawah permukaan akan lebih sulit dipadamkan dan perlu waktu relatif lama.
“Dalam kondisi kemarau panjang, lahan gambut di Kalteng menjadi wilayah yang perlu diawasi ketat, karena mudah terbakar,” ucapnya.
Karhutla di lahan gambut sangat berbahaya, karena gambut menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Jika terbakar, akan menghasilkan emisi gas atau asap berupa karbondioksida dalam jumlah besar.
“Emisi gas atau asap itu secara langsung akan berbahaya bagi manusia yang menghirup, dan secara tidak langsung akan menjadi salah satu pemicu pemanasan global,” ujarnya.
Belakangan ini, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menjadi sorotan karena maraknya karhutla. Kabut asap dengan kategori berbahaya menyelimuti daerah tersebut.
Yudo mengatakan, karhutla di Kotim sebagian besar terjadi di kawasan gambut. Paling banyak terjadi di lahan-lahan tidur yang notabene tidak tergarap.
“Kebakaran di lahan tidur itu kemudian merambat ke wilayah lain, bahkan sampai mendekati permukiman warga,” tuturnya.
Yudo menyebut, lahan gambut di wilayah Kotim seluas 270.184,885 hektare (ha). Sementara luas lahan gambut yang terbakar selama periode Januari-Agustus 2023 adalah 1.443,76 ha atau 0,53 persen dari total luas gambut. Data itu bersumber dari Direktorat PKHL KLHK.
Langkah ke depan yang dapat diambil adalah pemulihan. Upaya pemulihan menjadi tanggung jawab banyak pihak. Menurut Yudo, upaya yang perlu dilakukan adalah mengembalikan tingkat kebasahan gambut.
“Caranya dengan mengatur tata kelola air di wilayah gambut melalui sekat kanal, penanaman di gambut menggunakan vegetasi yang sesuai, dan pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah gambut,” tandasnya.
Terpisah, Plt Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya, Alman P Pakpahan menyebut karhutla di Palangka Raya masih masif terjadi. Masih banyak titik api yang terdekteksi. Per 5 Oktober 2023, terdeteksi ada sepuluh titik api. Yakni di Marta Awat, Sinar Kahayan, Dulin Kandang, Danau Sari, Pemandu Raya 4-6, Ketimpun Permai, Pramuka Sabaru, Buluh Merindu, Tingang XVII, dan Riwut Tarung.
Menurut Alman, sejauh ini api sudah dapat dikendalikan. Namun ada beberapa lokasi yang belum tuntas. Karena itu, pengawasan terus dilakukan petugas.
“Kami masih berupaya untuk memadamkan. Betul kata Bapak Gubernur, harus tembak ke bawah,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalteng melalui Kepala Bidang Perlindungan dan KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem), Fritno menjelaskan, instansinya mengelola anggaran sebesar Rp18 miliar. Dana tersebut sebagian disalurkan ke Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
”Dinas kehutanan menaungi 18 KPH. Selain KPH, ada MPA. Jadi, dana itu dibagi per KPH Rp2,5 M. Kami juga menyalurkan sarana prasarana untuk KPH dan MPA,” beber Fritno.
Pihaknya juga telah mendapat bantuan dari Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong berupa 25 mesin pompa air untuk mempermudah proses pemadaman.
Ditutup Asap, Petani Kesulitan Memanen
Produksi komoditas hortikultura di Kalteng terhambat oleh kemarau yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Kesulitan produksi juga dialami oleh para petani hortikultura akibat kabut asap. Dampaknya, semakin tinggi harga jual sebagian besar komoditas hortikultura di pasaran.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kalteng, Hj Sunarti mengatakan, komoditas hortikultura sangat terdampak akibat musim kemarau. Berbeda dengan komoditas pangan seperti beras yang sudah memasuki masa panen.
“Komoditas hortikultura seperti kangkung, bayam, sawi, timun, dan kacang panjang terkena dampak. Kabut asap mengakibatkan fotosintesis tanaman terganggu, di bawahnya juga tidak ada air, makanya harga di pasar naik,” beber Sunarti kepada wartawan, Kamis (5/10).
Disebutkan Sunarti, kacang panjang di pasaran kini tembus Rp30 ribu/kilo. Pada musim-musim panen, harga normalnya tak mencapai Rp10 ribu/kilo.
“Komoditas hortikultura terdampak sejak pertengahan September lalu. Saat ini penanaman masih terus dilakukan, tetapi butuh energi ekstra, seperti memompa air untuk menyirami tanaman,” jelasnya.
Meski produksi komoditas hortikultura terganggu karena kemarau panjang dan bencana kabut asap karhutla, Sunarti memastikan stok atau ketersediaan mencukupi kebutuhan masyarakat. Pihaknya berupaya agar modifikasi cuaca bisa diterapkan, karena dengan turunnya hujan aka n sangat membantu para petani.
“Demand and supply tidak terganggu di pasaran. Kalau ada barangnya, berapa pun harga, pasti tetap akan ada yang beli,” tandasnya. (zia/ovi/mut/irj/ham/dan/ce/ala/kpfm)