Senang Bisa Membantu Pasangan Suami Istri Rujuk

Kisah Ainur Rofiq Menjadi Penghulu Pernikahan

Ainur Rofiq

Menikahkan dua orang insan merupakan beban moral yang dirasakan oleh seorang penghulu. Beban tersebut juga dirasakan Ainur Ropiq, penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jekan Raya. Berikut kisahnya selama bertugas menjadi penghulu.

IRPAN JURAYZ, Palangka Raya

AINUR Rofiq hijrah dari Kudus, Jawa Tengah ke Palangka Rata tahun 2002. Pria kelahiran 1974 itu pernah mengenyam pendidikan jurusan Tarbiyah di Sekolah Tinggi  Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya, yang kini telah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Rofiq bercerita, selama masa kuliah ia aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Namun pendidikannya sempat tertunda pada semester lima (V), karena ia diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Gunung Mas.

“Saat semester lima saya diterima sebagai PNS di Kabupaten Gunung Mas dengan menggunakan ijazah SMA sebagai staf pelaksana biasa,” ungkap Rofiq saat diwawancara Kalteng Pos di KUA Jekan Raya, Senin (2/10).

Pekerjaannya sebagai staf terus ditekuninya. Bahkan berpindah-pindah tempat tugas. Mulai dari KUA, bidang keuangan di sekolah-sekolah, dan berbagai divisi lain. Hingga akhirnya ia dimutasi ke Kota Palangka Raya tahun 2011.

Setelah pindah tugas ke ibu kota provinsi, pria dengan empat orang putra itu melanjutkan kembali kuliahnya di STAIN hingga menyandang gelar sarjana.

“Setelah tiga tahun kerja di pendidikan madrasah, saya dimutasi ke lagi MAN Model di bagian keuangan,” tuturnya.

Saat bekerja di MAN Model Kota Palangka Raya, pemikirannya mulai berubah. Ia ingin keluar dari zona aman. Tahun 2016 ia memutuskan untuk mengikuti asesmen penghulu.

“Waktu itu saya diuji bacaan ngaji, ditanyain soal hukum Islam, pokoknya macam-macam. Yang mengetes adalah orang dari Jakarta. Alhamdulillah, saya lulus,” bebernya.

Setelah lulus, Rofiq tak langsung bekerja sebagai pengulu. Terlebih dahulu ia mengikuti diklat kepenghuluan selama 10 hari hingga lulus. Kemudian tahun 2017 ia diangkat menjadi penghulu dan mendapat penugasan di KAU Bukit Batu.

“Awal-awal menjadi penghulu, saya tidak langsung menikahkan orang. Saya amati dulu bagaimana rekan penghulu menikahkan orang. Selama tahun 2017, saya hanya menikahkan satu pasang pengantin. Meski begitu, karena menjadi penghulu adalah cita-cita saya, saya begitu senang,” ungkapnya.

“Kalau menikahkan orang, dalam bahasanya kehidupan itu berawal dari pernikahan adanya anak kecil, adanya bayi berawal pernikahan. Dengan semangat spiritual yang luar biasa, saya begitu senang. Dengan mengucap bismillah, saya menikahkan orang,” tambahnya.

Rofiq bertugas di KUA Bukit Batu selama dua tahun. Kemudian ia mendapat kepercayaan untuk menjadi penghulu di KUA Pahandut. Sejak itulah ia aktif menikahkan pengantin.

Menurutnya, tugas utama penghulu adalah menikahkan orang. Meski demikian, ada juga tugas-tugas lain yang dipikul seorang penghulu.

“Tugas penghulu tidak semata-mata menikahkan lalu meninggalkan. Ketika saya menikahkan sepasang insan, saya memikul beban moral yakni bagaimana membuat pernikahan pasangan itu bisa bertahan,” tegasnya.

Ia pernah berhasil memperbaiki bahtera pernikahan yang hampir tenggelam karena badai kehidupan rumah tangga. Padahal pernikahan pasangan itu beru seumur jagung.

“Pernikahan baru tiga bulan, tetapi dalam rumah itu sudah seperti kapal pecah. Bahkan sudah ke tahap meja hijau untuk bercerai. Tapi saya katakan gini, beri saya waktu 2×24 jam. Kalau ingin berbaikan, ayo. Kalau tidak, saya bantu di pengadilan. Alhamdulillah, belum sampai 2×24 jam, permasalahan mereka bisa diselesaikan, dan akhirnya rujuk. Bagi saya, kalau bisa bantu mempertahankan bahtera pernikahan pasangan, senangnya luar biasa,” ucapnya.

Dalam kacamatanya sebagai penghulu, pernikahan hanyalah sebuah seremonial. Namun, seorang penghulu harus bisa memiliki iktikad mengawal pernikahan pasangan yang dinikahkan itu. Itulah tantangan yang tak mudah dihadapi.

Rofiq juga mengaku pernah menyelamatkan pernikahan pria berusia 60 tahun dan wanita berusia 50 tahun. Selama satu tahun ia menasihati kedua orang itu untuk tetap mempertahankan pernikahan. Dan upayanya itu ternyata berhasil.

“Memang dalam sebuah hubungan, kalau ego sama tinggi, maka ketika terjadi pertengkaran atau perselisihan, susah untuk saling meminta maaf,” tuturnya.

Beranjak dari pengalaman-pengalamannya menjadi seorang penghulu, Rofiq makin memantapkan tekad dan prinsipnya untuk selalu mengawal pernikahan pasangan yang pernah dinikahkannya. (*/ce/ala/kpfm)

292 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.