Sudah Melintasi 21 Provinsi, Dirikan Tenda saat Jauh dari Permukiman

Kisah Ipan, Berjalan Kaki Keliling Indonesia

TIBA DI KOTA CANTIK: Ipan melintasi Kota Palangka Raya dalam misinya berjalan kaki mengelilingi Indonesia. Foto: ILHAM/KALTENG POS

Lebih dari setahun Ipan menjalankan misi berjalan kaki keliling Indonesia. Pria berusia 48 tahun asal Aceh itu baru saja melintasi Kota Palangka Raya, Kalteng. Melalui misinya itu, ia mengeksplor dan memperkenalkan budaya, objek wisata, dan apa pun yang menarik melalui karya tulis yang diunggah pada laman media sosial Facebook miliknya.

ILHAM, Palangka Raya

SEJAK 1 Juni 2023 Ipan memulai perjalanan mengelilingi Indonesia. Menggunakan konsep hitchhiking, sejauh ini ia sudah mengunjungi 21 provinsi. Sebagai informasi, hitchhiking itu tidak murni jalan kaki terus-menerus. Taka jarang ia menumpang kendaraan seperti pikap atau truk.

“Tetapi kalau sepeda dan motor, saya enggak menumpang,” ucapnya saat ditemui Kalteng Pos, beberapa waktu lalu.

Tujuan lelaki berotot itu menjelajahi Nusantara ialah untuk mengangkat dan mengeksplorasi potensi-potensi wisata di tempat yang ia singgahi. Kerap kali ia mengunjungi event wonderfull Indonesia.

“Saya kalau ke daerah‐daerah itu, pasti mengunjugi suatu event alam maupun budaya. Jadi sebelum berkunjung, saya cari dulu info di Google ada event apa saja, lalu bikin list, yang paling atas menjadi tujuan saya selanjutnya,” tuturnya.

Ipan memulai petualangannya pada 1 Juni 2022. Saat itu masih dilanda pandemi Covid-19. Usaha dagangnta berupa nasi goreng dan mi aceh bangkrut. Alhasil, banyak barang dan perabotan dijual. Ia pun bingung mau ngapain.

Kerjaan sehari‐hari hanya scroll TikTok dan Instagram. Di TikTok dan Instagram banyak berseliweran kegiatan yang keliling Indonesia dengan 0 rupiah. “Dari situlah saya tertarik untuk mencoba keliling Indonesia, daripada nganggur di rumah. Sebelumnya saya enggak pernah punya rencana untuk keliling Indonesia,” bebernya.

Ayah dari empat orang anak itu punya cara tersendiri untuk bisa tetap mengikuti event tanpa dipungut biaya. Caranya dengan menjadi relawan. Ada banyak kisah. Mulai dari jadi relawan di Bukit Kelam, relawan di Danau Sentarum, hingga relawan di Dieng Culture Festival.

“Apabila ada event-event itu, cara saya agar bisa ikut tanpa dipungut biaya yakni dengan mendaftar sebagai relawan. Baik itu mendaftar sebagai tukang bersih-bersih atau tukang parkir,” tuturnya.

Menjadi relawan kemanusiaan pun sering dilakoninya. Sebut saja relawan Al-Qur’an dan relawan kemanusiaan gempa di Cianjur.

“Untuk relawan Al‐Qur’an, itu relawan kemanusiaan, jadi kami mengumpulkan Al‐Qur’an di berbagai pelosok Jawa. Banyak juga yang mengirim dari Sumatera. Setelah terkumpul, barulah diserahkan ke Lombok,” tuturnya.

Selama perjalanan mengelilingi Indonesia, ia juga berteman dengan komunitas‐komunitas alam dan mapala yang dienalnya lewat sosial media.

“Terkadang mereka mengadakan penanaman secara bersama‐sama. Ya udah, saya ikut menanam bareng. Tentunya ada kerja sama dengan Karang Taruna maupun petani desa. Dan bibitnya itu disupport sama BPDAS setempat,” tambahnya.

Ketika hari mulai gelap dan posisinya masih jauh dari pemukiman warga, Ipan memutuskan untuk mendirikan tenda. Sering juga ia menginap di mapala ataupun di tempat komunitas. Untuk makan sehari-hari, ia berdagang barang apa saja. Misalkan ada membawa bekal kopi, dan kopinya itu ada kemasan berlebih. Ia juga sering menjual bako gayo ke masyarakat.

“Semisal saya membeli tisu beberapa pack dari warung, terus saya jual lagi di lampu merah atau alun‐alun. Penghasilannya memang di luar dugaan. Dijual seharga Rp10.000. Namun tak sedikit yang bayar dengan lembaran Rp50.000 tanpa meminta kembalian. Mungkin juga sebagai bentuk dukungan mereka. Penghasilan dari jualan itulah yang saya gunakan untuk kebutuhan makan sehari‐hari,” sebutnya.

Cara Ipan memperkenalkan wisata suatu daerah adalah dengan mengunggah foto ke sosial media Instagram. Ia juga menulis cerita singkat dan mengunggahnya ke komunitas Facebook, seperti grup Backpacker Jakarta dan Backpacker Indonesia.

“Saya suka mengulas potensi yang menarik, tidak melulu soal objek wisata. Seperti mengulas Bukit Kelam Sintang, batu monolit terbesar di dunia yang berada di Kalbar. Jadi fakta-faktanya saya eksplorasi melalui tulisan,” ungkapnya.

Sejauh ini, ada dua tempat favorit eksplorasi Ipan, yakni Lombok dan Ketapang. Menurutnya, selama berada di Ketapang, ia merasa seperti tinggal di kampung halaman sendiri. Ada banyak warung kopinya. Feel yang didapatkan begitu luar biasa.

“Kalau di Lombok, tarif masuk ke objek wisata murah dan wisatanya lengkap, mulai dari gunung hingga pantai. Kearifan lokalnya pun masih terjaga dengan sangat baik,” katanya sambil tersenyum.

Setelah dari Kalimantan Tengah, Ipan berencana melanjutkan perjalanan menuju Kalimantan Timur. Sebab, pada 23 November 2023 nanti ada event Jazz and Dive Fiesta di Maratua, Berau, Pulau Derawan.

“Lagi dan lagi, untuk mengikuti event itu saya mendaftar menjadi relawan. Kalau tidak seperti itu, maka saya harus keluar uang untuk bayar seperti turis maupun pengujung lain,” bebernya.

Setelah puas mengelilingi Nusantara, Ipan punya rencana menjadi relawan di Papua. Ia berkeinginan untuk mengabdi di sana dan mengekplor kebudayaan suku pedalaman Papua yang masih kental dengan adat dan budaya. Ia berencana mengabdi di puskesmas atau rumah sakit di pedalaman Papua selama enam bulan.

“Opsinya ada tiga tempat, yakni Jayapura, Manokwari, dan Asmat,” ucapnya.

Setelah enam bulan itu, Ipan berencana merayakan hari kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Utara. Ia ingin mengeksplor lebih jauh kebudayaan masyarakat di perbatasan utara Indonesia itu. Dan misi lain yang akan dijalankannya ke depan adalah gowes menggunakan sepeda ke Tanah Suci, Makkah. Ia hendak mencari tantangan yang lebih memacu adrenalin, sembari meluruskan niatnya menunaikan ibadah haji maupun umrah.

“Itu merupakan cita‐cita saya sejak lama,” ungkapnya.

Kepada orang‐orang yang ingin mengikuti jejaknya, Ipan berpesan untul tidak takut gagal. Harus berani mencoba. Sekalipun pasti, tetap ada ilmu yang didapatkan menuju keberhasilan. “Kita baru bisa tahu hasilnya kalau kita berani untuk memulai,” pungkasnya. (*/ce/ala/kpfm)

314 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.