Lestarikan Cerita Rakyat, Dimainkan Lintas Usia

Menyaksikan Teater Anak Bumi Taman Baca Laskar Pelangi di Pentas Raya

KESENIAN: Pemain Teater Anak Bumi Taman Baca Laskar Pelangi saat tampil dalam Pentas Raya yang digelar di Aula UPT Museum Balanga, Minggu (17/12). Foto: DOKUMEN PRIBADI UNTUK KALTENG POS

Pentas Raya baru saja selesai digelar. Kegiatan kesenian sukses memukau penonton. Sejumlah pelaku seni ikut ambil bagian pada pagelaran tersebut. Salah satunya dari teater Anak Bumi Taman Baca Laskar Pelangi yang mengangkat cerita rakyat berjudul Tontin Tantawaja.  

MUTOH, Palangka Raya

ISNA Indriati bersama anak-anak dari Teater Anak Bumi Taman Baca Laskar Pelangi mempersembahkan teater berjudul Tontin Tantawaja, cerita rakyat khas Kalteng yang aman untuk anak dan punya makna mendalam. Teater itu ditampilkan pada Pentas Raya di Aula UPT Museum Balanga, Palangka Raya, Minggu (17/12). 

Tontin Tantawaja menceritakan sepasang suami istri, Manadatu dan Umay, yang hidup bersama kucing piaraan yang dinamai Belang Tiga. Sembari memangku Belang Tiga, Umay mengeluh soal ketidakhadiran seorang anak dalam pernikahan mereka.

Madatu yang mendengar kesedihan sang istri hanya dapat menguatkan diri, sembari berdoa kepada Sang Kuasa agar mereka segera dikarunia anak. Suatu hari, Belang Tiga menghilang, Umay dan Madatu pun segera mencari hingga ke sekitaran desa. Tanpa terasa, bulan pun berganti. Namun Belang Tiga seakan ditelan bumi.

Namun suatu ketika, tak disangka-sangka Belang Tiga muncul kembali dalam kondisi perut membesar. Madatu yang diperankan oleh Haekal sedang tertidur lelap hingga bermimpi seorang dewa berjubah putih mendatanginya dan berkata bahwa Belang Tiga akan melahirkan seorang anak manusia.

“Suatu hari Belang Tiga akan melahirkan seorang anak manusia, jagalah anak itu,” ucap sang dewa yang diperankan oleh Erlang.

Cerita pun berlanjut memperlihatkan anak laki-laki yang tengah bermain petak umpet bersama teman-temannya. Anak laki-laki itu bernama Tontin Tantawaja (diperankan Alif). Ia sangat mahir dalam bermain sehingga selalu menang dalam setiap permainan yang dimainkan. Hal itu membuat Tontin tidak terlalu disukai oleh teman-temannya. Karena dijauhkan teman-teman, Tontin pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia menyadari wajahnya memiliki kumis layaknya kucing.

Tontin pun segera memanggil orang tuanya untuk mendapatkan penjelasan. Dengan sedih Umay pun mengatakan kebenaran kepada Tontin, bahwa ia adalah anak yang lahir dari kucing mereka, Belang Tiga. Merasa tak terima, Tontin memilih pergi, mencari orang tua yang layak untuknya.

Pencarian Tontin berlanjut hingga ke kayangan. Namun tiap dewi yang ditemuinya selalu memiliki kekurangan dan kelemahan untuk menjadi ibunya. Ia pun menyadari bahwa tiap makhluk memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhirnya Tontin pun menerima kenyataan bahwa dirinya adalah anak dari seekor kucing.

Ketua Taman Buku Laskar Pelangi, Isna Indriati menceritakan, pementasan teater dimulai sejak 2021 lalu. Jadi ini bukan yang pertama kali. Cerita Tontin merupakan salah satu dari banyak cerita rakyat Kalimantan Tengah khusunya suku Dayak Lawang. Pernah ditampilkan di Dinas Perpustakaan Kota Palangka Raya pada 2022 lalu. Namun saat itu masih berupa narasi pendek.

Ibu empat anak itu mengatakan, kemungkinan penampilan itu menjadi penampilan terakhir untuk cerita Tontin ini. Karena itu mereka ingin menampilkan yang terbaik. Penampilan teater dengan cerita Tontin Tantawaja ini merupakan hasil pengembangan dari cerita Tontin sebelumnya. Taman Buku Laskar Pelangi yang berlokasi di Jalan Mahir Mahar Pal 8 ingin menyajikan cerita yang lebih apik (bagus) dalam bentuk seni pementasan yang ramah dan aman untuk anak-anak, sekaligus melestarikan cerita rakyat Kalteng.

“Kami ingin, sembari mengenalkan cerita asli masyarakat Kalteng kepada anak-anak, mereka juga bisa mengenal kebudayaan tempat asal mereka. Cerita Tontin ini memang salah satu cerita rakyat Kalteng suku Dayak Lawangan yang diambil dari buku cerita rakyat 356 yang dimiliki oleh Riethma Yustiningtyas, sekaligus sebagai penulis naskah dari cerita Tontin,” jelasnya.

Cerita Tontin Tantawaja dimainkan oleh 13 anak dari jenjang sekolah sasar (SD) hingga pelajar sekolah menengah pertama (smp). Bagi Isna, melatih anak-anak SD bermain teater merupakan tantangan tersendiri. Menurutnya, berlatih itu tidak perlu lama. Cukup sebentar, tetapi serius. Karena itu, jadwal latihan ditetapkan hanya seminggu sekali sesuai waktu yang sudah disepakati.

Dari pementasan seni teater ini, Taman Buku Laskar Pelangi yang sudah berdiri sejak 2019 itu ingin bukan sekadar menjadi tempat berkumpulnya anak-anak, tetapi juga ingin mengajak mereka untuk dapat menjadi seorang yang memiliki karakter dan tidak malu dalam bersikap.

“Anak-anak ini bisa saya bilang lintas usia, karena ada yang kelas satu SD, ada juga yang SMP. Kesulitan mengajar anak-anak itu pasti ada. Namun kami berusaha untuk ajarkan mereka disiplin. Kami sepakati mau latihan hari apa dan jam berapa. Yang kami sampaikan ke mereka bukan ayo latihan, tetapi ayo kita mau punya projek, nanti kita tampil. Kalau sudah berhubungan dengan tampil, anak-anak pasti suka dan mau. Yang kami tekankan pada seni teater kali ini ada karakter yang diperankan, sehingga kami ingin mereka tahu karakter bulan yang lembut seperti apa atau dewi matahari yang baik tapi sedikit sombong itu seperti apa. Sedikit banyak mereka sudah mulai meresapi karakter-karakter itu,” ungkapnya sembari menyebut pihaknya ingin bisa menampilkan lagi seni teater dengan cerita rakyat lain yang lebih menarik. (*/ce/ala/kpfm)

503 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.