Banyak Diburu Warga, Berkah bagi Pedagang  

Ketika Kalteng Sedang Musim Buah Rimba

BUAH LOKAL: Pedagang membuka lapak untuk menjajakan buah-buahan hutan di Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya. Foto: AGUS JAYA/KALTENG POS

Akhir-akhir ini hasil hutan sedang bagus. Bahkan aneka buah yang dipanen dari rimba Kalimantan itu dijual ke perkotaan. Tak heran banyak ditemui lapak penjual buah lokal di sejumlah jalan di Kota Palangka Raya.

AGUS JAYA, Palangka Raya

JIKA ingin mencoba mencicipi aneka buah-buahan khas Kalimantan, datanglah ke kawasan Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya. Di tempat itu, aneka buah khas Kalteng dapat dijumpai. Jenis buah-buahan lokal khas Kalteng yang sudah jarang ditemui, seperti buah kapul, rambai, papaken, tongkoi atau dalam bahasa Dayak Barito disebut buah karantungen, buah mentawa atau papuan, hingga buah ketiau dijual oleh para pedagang.

Bagi warga yang ingin mencoba sensasi rasa buah-buahan hutan seperti buah manamun, tenggaring, dan karamu atau disebut juga buah kemayau (sejenis buah yang sebelum dimakan, harus diolah dahulu dengan cara direndam dalam air panas). Beraneka buah lokal dijajakan para pedagang. Termasuk durian katingan, cempedak, langsat, dan manggis.

Menurut keterangan salah satu pedagang buah lokal bernama Tari, saat ini memang sedang musim buah hutan.

“Ini buah-buahan dari hutan, kebetulan di hutan itu (tanamanan buah) dipelihara orang,” terang pria yang mengaku sudah lebih dari 10 tahun berjualan buah lokal.

Ia mengatakan, buah-buahan lokal yang dijualnya itu kebanyakan didatangkan dari wilayah Barito dan Katingan.

“Pokoknya dari tempat yang kira-kira masih ada hutannya,” ujar pria warga Jalan Tinggang XVII yang juga mengajak serta istri dan anaknya berjualan di tempat itu.

Menurutnya, baru bulan-bulan belakangan ini saja buah-buahan lokal ramai di pasaran, seiring dengan datangnya musim buah tahun ini. Tari menyebut, hampir tiga tahun belakangan tidak banyak buah-buahan lokal yang dijual di pasar-pasar yang ada di Kota Palangka Raya. Itu karena belum ada musim buah untuk buah-buahan lokal selama tiga tahun terakhir.

“Dari tahun 2020 tidak ada musim buah seperti ini, baru sekarang ada musim buah lagi,” tuturnya.

Harga jual buah-buahan hutan bervariasi, tergantung jenis buah. “Rata-rata di sekitar Rp40 ribu lah,” ungkap Tari.

Mengenai penjualan, menurut Tari, tak sedikit warga yang memburu buah-buahan lokal. “Banyak, apa lagi yang belum pernah coba buah kapul, manamun, atau ketiau,” ujarnya.

Sementara itu, tak jauh dari lapak tempat Tari berjualan, penjual lainnya bernama Ila tampak melayani beberapa pembeli. Ila mengaku cukup banyak warga yang tertarik untuk membeli buah-buahan hutan. Yang paling sering membeli justru bukan warga lokal alias berasal dari luar Kalteng atau Kalimantan.

“Mungkin karena penasaran dan belum pernah lihat buah-buahan seperti itu,” kata perempuan yang berjualan berbagai buah lokal seperti buah ketiau, kapul, tongkoi, mentawa, durian katingan, langsat, dan manggis.

Sama seperti Tari, Ila menjual buah-buahan lokal itu dengan kisaran harga Rp30 ribu hingga Rp40 ribu. Buahan-buahan yang dijualnya itu dipasok oleh para penjual buah lokal yang datang langsung ke lapaknya.

“Tergantung modalnya, kalau modal kami beli buahnya besar (mahal), terpaksa dijual agak tinggi harganya,” kata perempuan yang mengaku sudah lebih 6 tahun berjualan buah lokal.

Ila berharap penjualan buah-buahan lokal pada musim buah seperti saat ini bisa mendatangkan omzet yang besar. Dia juga berharap musim buah lokal bisa berulang lagi tahun depan.

“Semoga minat masyarakat terhadap buah-buahan lokal juga seperti yang sekarang ini,” tutupnya. (*/ce/ala)

231 Views