Awal Ramadan Berpotensi Berbeda

Kakanwil Kemenag Ajak Umat Jaga Ukhuwah Sikapi Perbedaan

H Noor Fahmi

PALANGKA RAYA – Penentuan awal Ramadan 1445 Hijriah bisa jatuh pada hari yang berbeda. Sebab, Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan 1445 H jatuh pada tanggal 11 Maret 2024. Sementara, pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) diketahui masih menunggu hasil rukyatul hilal untuk menentukan awal Ramadan.

Pemerintah akan menggelar sidang isbat awal Ramadan 1445 H pada 10 Maret. Sidang akan memutuskan apakah puasa Ramadan tahun ini akan dimulai tanggal 11 atau 12 Maret.

Oleh karena itu, Kakanwil Kementerian Agama Kalteng H Noor Fahmi mengimbau umat Islam tetap menjaga ukhuwah dan toleransi dalam menyikapi potensi beda awal puasa. “Umat Islam harus saling menghargai perbedaan dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan,” kata Noor Fahmi di Palangka Raya, Rabu (6/3).

Meneruskan edaran penyelenggaraan ibadah Ramadan dan Idulfitri 1445 H yang ditandatangani Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 26 Februari 2024, Kakanwil berharap umat Islam melaksanakan ibadah Ramadan dan merayakan Idulfitri sesuai syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi.

Edaran itu disampaikan kepada pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam, pengurus Badan Kesejahteraan Masjid, pengurus Majelis Dai Kebangsaan, pengurus dan pengelola masjid/musala, panitia Hari Besar Islam tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta masyarakat muslim se-Indonesia.

Berikut ketentuan lengkap Surat Edaran Menag Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi. Pertama, umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah islamiah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Kedua, umat Islam melaksanakan ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi. Ketiga, Umat Islam dianjurkan untuk mengisi dan meningkatkan syiar pada bulan Ramadan dengan tetap memedomani Surat Edaran Menag Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.

Kemudian, umat Islam dimbau untuk melaksanakan berbagai kegiatan di masjid, musala, dan tempat lain dalam rangka syiar Ramadan dan menyampaikan pesan-pesan takwa serta mempererat persaudaraan sesama anak bangsa.

Imbauan berikutnya, takbiran Idulfitri dilaksanakan di masjid, musala, dan tempat lain dengan ketentuan mengikuti Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Kemudian Takbir keliling dilakukan mengikuti ketentuan pemerintah setempat dan aparat keamanan, dengan tetap menjaga ketertiban, menjunjung nilai-nilai toleransi, dan menjaga ukhuwah islamiah. Salat Idulfitri 1 Syawal 1445 Hijriah/2024 Masehi dapat diadakan di masjid, musala, dan lapangan.

Selain itu, materi ceramah Ramadan dan khobah Idulfitri disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah islamiah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak bermuatan politik praktis, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.

Berikutnya, mengimbau umat Islam untuk lebih mengoptimalkan zakat, infak, wakaf, dan sedekah di bulan Ramadan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat.

Adapun Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, antaran lain volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan dan paling besar 100 dB (seratus desibel).

Khusus terkait syiar Ramadan, edaran ini mengatur agar penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan pengeras suara dalam. Sementara untuk takbir Idulfitri di masjid/musala dapat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara luar sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dan dapat dilanjutkan dengan pengeras suara dalam. (hms/sma/ce/ala/kpfm)

336 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.