Beras Masih Bergantung dari Luar

PANGAN

PALANGKA RAYA – Produksi beras di Kalimantan Tengah (Kalteng) sempat mengalami penurunan pada tahun 2023 karena faktor alam. Hal itu sedikit banyak turut berkontribusi terhadap kenaikan harga beras pada tahun 2024. Tahun ini produksi beras diprediksi meningkat kembali. Produksi beras di Kalteng penting dipastikan, mengingat 70 persen kebutuhan beras sudah disuplai dari dalam daerah. Kendati masih banyak juga gabah petani lokal yang dipasarkan ke luar.

Statistisi Ahli Madya Bidang Pertanian pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Dzikronah mengatakan, berdasarkan data luas panen padi di Kalteng tahun 2023, ada penurunan dibandingkan tahun 2022. Hal ini berbanding lurus dengan produksi beras yang juga menurun.

“Produksi itu kan luas panen dikalikan dengan produktivitasnya, itu untuk mendapatkan luas produksi,” bebernya kepada Kalteng Pos saat ditemui di kantornya, Kamis (21/3).

Dzikronah mengatakan, menurunnya produksi beras tahun 2023 akibat kondisi cuaca dan serangan hama. Dua faktor alam itu berdampak terhadap penurunan produksi beras. Kemudian tahun itu, bencana banjir dan kemarau melanda sejumlah daerah di Kalteng.

“Dari pertengahan tahun kan sudah kemarau panjang, karena musim kering itu ada banyak hama ulat gerayak di sawah sehingga menghambat proses pertanian,” bebernya.

Menurunnya produksi beras itu menyebabkan suplai beras pun menurun. Begitu pun dengan stok beras. Menurutnya, bisa saja penurunan produksi beras bersumbangsih pada kenaikan harga beras yang terjadi di Kalteng akhir-akhir ini.

“Tapi itu bukan faktor tunggal, karena harga beras kan juga dipengaruhi oleh pemerintahan, stok, dan ekspektasi masyarakat. Kalaupun suplainya banyak, tetapi demandnya juga banyak, bisa juga membuat harga naik,” jelasnya.

Dzikronah menyebut, berdasarkan hasil survei kerangka sampel area (KSA), dengan asumsi bahwa kondisi pertanian normal tanpa ada gangguan bencana alam dan lainnya, maka luas panen Januari-April tahun ini diperkirakan naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Produksi beras berpotensi naik, tetapi asumsinya harus normal, tidak ada gangguan bencana alam atau faktor lain,” tuturnya.

Saat ini, lanjutnya, stok beras di Kalteng masih bergantung dari luar daerah. Belum 100 persen meng-cover kebutuhan beras daerah. Kebutuhan konsumsi beras di Kalteng diperkirakan 274 ribu ton beras. Karena itu, Kalteng masih defisit 78 ribu ton beras. Produksi beras di Kalteng terpenuhi sekitar 70 persen. Sementara 30 persennya masih bergantung dari luar daerah. Itu berdasarkan data tahun 2023.

“Dengan asumsi, berasnya masih beredar di dalam daerah, tetapi pada praktiknya gabah dari petani kita lebih banyak dibawa ke luar daerah, hitungan ini masih dengan asumsi bahwa tidak ada gabah yang keluar,” ujarnya.

Untuk mengoptimalkan agar gabah tidak keluar daerah, maka infrastruktur penggilingan padi di daerah perlu dimaksimalkan. “Kalau produksi padi Kalteng sih sudah bisa memenuhi sekitar 70 persen kebutuhan konsumsi beras masyarakat Kalteng, dengan asumsi tidak ada gabah yang keluar,” pungkasnya. (dan/ce/ala/kpfm)

287 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.