Menghafal Al-Qur’an sejak Kelas 5 SD, Bercita-cita Menjadi Dokter  

Kisah Hana Assyifa, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an yang Penuh Inspirasi (18)

Hana Assyifa

Hana Assyifa berhasil menjadi penghafal Al-Qur’an saat usianya masih muda, tepatnya pada usia 14. Gadis asal Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas (Gumas) itu mulai menghafal Al-Qur’an sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Ia menyelesaikan hafalan ketika masuk pondok pesantren (ponpes).

MUTOHAROH, Palangka Raya

HANA Assyifa mulai menghafal Al-Qur’an sejak duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar (SD). Ia termotivasi karena menonton acara tahfiz yang disiarkan pada salah satu kanal televisi.

“Awalnya karena nonton acara tahfiz di televisi, lalu termotivasi untuk bisa menghafal juga, cuman karena dulu bukan dari sekolah Islam atau Madrasah, jadi hafalnya pas sekolah sore atau pas sekolah ngaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), mulainya dari juz 30,” ucapnya ketika ditemui Kalteng Pos.

Perempuan kelahiran 29 Mei 2008 itu mulai intens dan fokus menghafal saat masuk Pondok Pesantren Tahfiz Putri Bani Ibrahim. Baginya, lingkungan merupakan pemicu utama bagi dirinya untuk semangat menghafal. Melihat begitu banyak santri yang giat menghafal, dirinya pun terpacu untuk menghafal dan mengejar target hafalan.

“Selain motivasi dari diri sendiri, faktor lingkungan juga berpengaruh, kalau di sekitar kita banyak yang menghafal, pasti lama-lama terpacu juga, awal menghafal cukup susah, tapi pas ngeliat teman yang lain, jadi ikut termotivasi buat menghafal, alhamdulillah selesai juga,” tutur Hana.

Menurut Hana, salah satu yang mendasarinya untuk meninggalkan orang tua di Kabupaten Gunung Mas dan memilih untuk melanjutkan pendidikan di Palangka Raya, karena termotivasi dari sang kakak yang juga merupakan seorang hafiz dan kini masih mengabdi di ponpes. Meski keduanya tidak terlalu akrab, tetapi bagi Hana sang kakak merupakan panutan baginya dalam proses menghafal.

“Kebetulan abang juga penghafal, dulu abang mondok dan menghafal juga, jadi termotivasi buat mondok dan ikut jejak abang, memang kami enggak terlalu dekat, tapi kalau ketemu, pengen bisa jadi seperti abang, bisa menghafal dan selesai sampai khatam,” ungkapnya.

Lebih lanjut Hana mengatakan, menghafal bukanlah perkara sulit atau mudah, melainkan tergantung pada fokus seseorang. Ketika menghafal, harus dalam kondisi fokus. Karena itulah Hana lebih memilih waktu selesai salat Subuh untuk menghafal Al-Qur’an. Subuh merupakan waktu yang tepat untuk menghafal, karena tubuh dalam kondisi siap. Otak pun masih segar. Menghafal dalam keadaan fokus menjadi kunci bagi Hana untuk dapat menyelesaikan hafalan. Kini, anak kedua dari pasangan Selamet Pribadi dan Rafikae itu fokus memperkuat dan mempertajam hafalan.

Ada impian masa kecil yang hingga kini ingin dicapai Hana. Yakni menjadi seorang dokter yang bisa membantu sesama. Profesi dokter kerap dianggap menjadi perpanjangan tangan Allah Swt dalam menyelamatkan nyawa manusia.

“Dulu pas masih kecil pernah pengen mau jadi dokter, karena dokter itu tugasnya selain mengobati, juga berusaha untuk bisa menyelamatkan pasien, jadi pengen juga bisa bantu orang lain, cuman kalau bidangnya apa atau mau ke arah mana sih belum tahu, masih dipikirkan, karena saat ini fokus aku menyelesaikan hafalan, memperdalam, dan bisa lulus dari pondok, mungkin nanti kalau sudah mendekati akhir sekolah, baru mempertimbangkan lagi ke arah mana melanjutkan pendidikan,” jelas Hana.

Bagi Hana, yang terpenting saat ini adalah memperkuat hafalan. Ia percaya bahwa orang tua akan selalu mendukungnya, jika apa yang dilakukan itu merupakan hal yang baik dan mulia. (*bersambung/ce/ala/kpfm)

348 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.