Kisah Hana Ramadhani Tsania Hadesa, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an yang Penuh Inspirasi (15)

Adalah suatu kebanggaan bagi seorang anak ketika berhasil membahagiakan orang tua. Salah satunya adalah dengan menghafal Al-Qur’an. Itulah yang dirasakan Hana Ramadhani Tsania Hadesa, hafiz yang berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an.
DHEA UMILATI, Palangka Raya
SEJAK kecil, Hana Ramadhani Tsania Hadesa telah dibiasakan untuk menghafal Al-Qur’an. Kebiasaan baik itu memberikan pengaruh besar pada kehidupannya. Itulah yang dirasakan gadis yang akrab disapa Hana itu saat berbincang dengan Kalteng Pos, Senin (18/3).
Hana mengaku, sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, ia sudah mulai menghafal Al-Qur’an. “Waktu itu sepertinya masih usia 10 tahun, dari saat itu mulai menghafal Al-Qur’an, sedikit demi sedikit,” ucap anak kedua dari pasangan Harmain dan Desi Erawati
Berawal dengan menghafal juz 30, lalu berlanjut ke juz 1 dan seterusnya. Karena di sekolah ada program tahfiz, ia pun mulai menekuni untuk menghafal Al-Quran.
“Awal mulanya itu karena orang tua yang menyarankan saya untuk menghafal. Karena waktu itu masih kecil, saya ikut saja, tetapi tidak terpaksa, jadi saya menjalaninya saja tanpa merasa jadi beban,” ungkapnya. Alhasil, ketika menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, ia telah menghafal 5 juz.
Gadis kelahiran 2009 itu mengaku, pertama kali disarankan untuk menghafal Al-Qur’an, ia mau-mau saja. “Saat itu belum ada kepikiran apa-apa, hanya menjalani saja, tapi tetap ingin membanggakan orang tua,” kekehnya.
Karena itu, selama proses menghafal, ia tidak terlalu mengalami kesulitan, karena memang telah terbiasa sejak kecil.
Namun kadang kala Hana cukup kesulitan menghafal ayat-ayat yang cukup mirip. “Ada ayat yang cukup sulit untuk dibaca, lalu ada juga ayat yang mirip, berulang-ulang, dan cukup asing sehingga terkadang perlu dibaca beberapa kali untuk memudahkan mengingat, karena sering tertukar,” terangnya.
Jika sudah mengalami hal itu, biasnaya Hana akan membaca per ayat secara berulang, kemudian ditambah lagi satu ayat jika yang sebelumnya telah dihafal. “Kalau dalam keadaan tenang, biasanya cepat saja menghafal, karena akan terasa lebih mudah mengingat. Jadi saya sukanya menghafal pada malam hari atau setelah salat Subuh,” tuturnya.
Dikatakan Hana, terkadang ketika sedang memiliki mood bagus dan ayat yang dibaca mudah untuk dihafal, dalam sehari ia bisa menyetorkan lebih dari satu halaman. Namun, jika suasana hati sedang tidak baik, maka ia hanya menyetor satu halaman per hari.
Hana bercerita, selain untuk membanggakan orang tua, ada banyak manfaat yang didapatkannya dengan menjadi penghafal Al-Qur’an.
“Manfaatnya tidak hanya untuk di dunia, tetapi juga akhirat. Ini juga bisa membawa orang tua ke surga,” ujarnya. Maka dari itu, motivasi terbesarnya untuk menghafal Al-Qur’an adalah karena orang tuanya.
Hana menyebut, sang kakak juga seorang penghafal Al-Qur’an dan telah lebih dahulu mengkhatamkan hafalan. Ia juga sempat bertanya dan berdiskusi dengan sang kakak perihal metode menghafal Al-Qur’an.
“Sedikit-sedikit juga belajar dari kakak cara-cara menghafalnya. Pokoknya kakak selalu berpesan agar sering-sering murajaah, diulang-ulang saja gitu,” tuturnya.
Saat berhasil mengkhatamkan hafalan, ada rasa bangga terhadap diri sendiri. “Sudah pasti senang saat berhasil menghafalkan 30 juz Al-Qur’an. Campur aduk sebenarnya, karena setelah menghafal juga harus menjaga hafalan,” ujarnya.
Hana menyadari, dengan menghafal Al-Qur’an, ia juga harus mengembangkan diri sesuai ajaran yang termuat dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an. Baginya, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar menghafal, tetapi juga memperdalam ilmunya. (*bersambung/ce/ala/kpfm)