
PALANGKA RAYA – Seluruh umat Katolik di dunia saat ini sedang merayakan Minggu Palma melalui perayaan ekaristi kudus, Minggu (24/3). Minggu Palma untuk mengenang kembali awal kisah sengsara Yesus yang dimulai dari perjalanan Yesus masuk Kota Yerusalem. Kisah kedatangan Yesus dengan menaiki seekor keledai itu disambut gembira oleh umat yang memadati sisi kiri dan kanan jalan dalam Kota Yerusalem kala itu.
Peringatan Minggu Palma merupakan peristiwa yang sangat penting bagi umat Katolik. Masuknya Sang Juru Selamat ke Kota Yerusalem itu dinilai hal yang sangat istimewa, karena terjadi sebelum sengsara, kematian dan kebangkitan-Nya. Dimana kebangkitan Yesus Kristus pada hari ketiga itu dikenang umat Kristiani sedunia sebagai Hari Raya Paskah.
Itulah sebabnya Minggu Palma dalam tradisi gereja Katolik disebut sebagai pembuka pekan suci. Dalam liturgi Minggu Palma, umat dibagikan daun palma dan ruang gereja pun dipenuhi dengan ornamen palma.
Minggu Palma itu juga dirayakan umat Katolik Paroki Yesus Gembala Baik (YGB) Palangka Raya yang dipimpin Pastor Cornelius Fallo SVD yang juga merupakan Pastor Paroki YGB didampingi Pastor Dr Alexander Jebadu SVD.
Dalam kotbahnya pada perayaan ekaristi Minggu Palma di Gereja YGB Jalan Tjilik Riwut Km 9 Palangka Raya, Pastor Alexander Jebadu mengatakan bahwa Minggu Palma yang dilaksanakan Minggu (24/3) itu, dimana Tuhan memberikan kasih yang besar untuk umat manusia.
“Kita menyiapkan diri dengan berpuasa dan pantang. Juga berdoa, pendalaman iman dan lainnya. Melalui karya penyelamatan Yesus, kita diingatkan bukan untuk diri sendiri tapi juga orang lain,” kata Pater Alex.
Puasa dan pantang yang dilewati dapat membantu membaharui panggilan sebagai pengikut Yesus dalam perayaan Paskah yang akan dilaksanakan nanti. Sehingga menusia menjadi baru seperti Yesus. Berusaha menjadi gambaran Allah adalah kasih menurut iman umat Katolik sedunia.
“Agar kita tidak menjadi manusia yang sering menjadi akar dari segala dosa. Perayaan Minggu Palma mengingatkan umat Tuhan terhadap sambutan meriah Yerusalem akan kedatangan Kristus. Ini juga mengingatkan bahwa Yesus yang semula dielu-elukan, jadi dituntut untuk disalibkan,” tambahnya.
Dalam perayaan Minggu Palma itu, umat membawa daun palma dan melakukan perarakan keliling gedung gereja, layaknya umat menyambut Yesus di Yerusalem, dan misa yang diisi dengan pembacaan kisah sengsara Yesus Kristus.
Sejarah Minggu Palma dimulai ketika peristiwa datangnya Yesus ke Yerusalem sebelum Ia diadili, dan disalibkan hingga mati di kayu salib dan dikuburkan serta bangkit lagi di hari ketiga yang disebut Hari Raya Paskah tersebut. Saat itu, Yesus menaiki keledai dan banyak orang mengelu-elukan-Nya dengan membawa daun palma.
Perayaan Minggu Palma mempunyai makna untuk mengenang datangnya Yesus ke Yerusalem sebelum disalibkan dan dielu-elukan oleh orang banyak. Penetapan Minggu Palma sebagai pembuka Pekan Suci berdasar pada pekan terakhir Yesus berada di Yerusalem. Sedangkan makna daun palma yang dilambaikan, yaitu bentuk pujian kemuliaan atas kemenangan Yesus Kristus yang telah bangkit mengalahkan kematian.
Oleh sebab itu, saat ini daun palma juga bermakna sebagai bentuk pengingat umat Kristiani terhadap kemenangan Tuhan Yesus melawan kematian untuk menebus dosa manusia.
Minggu Palma atau secara resmi disebut Hari Minggu Palma mengenang sengsara Tuhan Yesus adalah hari peringatan dalam liturgi Gereja Katolik, terutama gereja-gereja Kristen Timur dan Gereja Katolik Roma, yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Hari Paskah. (nue/ens/kpfm)