Kisah Rahmadina, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an yang Penuh Inspirasi (17)

Tidak ada yang menyangka Rahmadina bisa menjadi penghafal Al-Qur’an. Orang tuanya sangat terharu ketika mengetahui ia bisa menuntaskan hafalan 30 juz. Kini, gadis kelahiran 30 April 2008 itu menjajal kemampuan kaligrafi.
MUTOHAROH, Palangka Raya
RAHMADINA merupakan salah satu santri di Pondok Pesantren Tahfiz Putri Bani Ibrahim, yang berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Tiap penghafal Al-Qur’an, kata Rahmadina, memiliki cara masing-masing dalam menghafal. Ada yang menghafal saat malam hari dan ada juga yang menggunakan waktu setelah salat Subuh.
Demi mencapai target hafalan, Rahmadina menerapkan sistem jadwal. Ia membiasakan per jam harus mencapai target hafalan yang telah ditetapkan. Faktor lain yang membuatnya makin semangat menghafal adalah lingkungan sekitar. Menurut Rahmadina, ada nuansa berbeda yang dirasakan ketika menghafal di rumah dan menghafal di pondok pesantren.
“Tiap orang beda-beda sistemnya, kalau saya terbiasa per jam ada target, misalnya dalam 3 jam saya harus bisa hafal 2 atau 3 ayat, jadi lebih tertata aja sih, dan yang paling penting yakni faktor lingkungan, kalau di rumah kurang fokus karena ada saja yang harus diurus dalam keluarga, tetapi kalau di pondokan bisa lebih fokus menghafal,” ucapnya.
Rahmadina kadang merasakan bahwa orang tuanya, M Wahyudin dan Ida Safitri, akan mengira dirinya tidak menghafal Al-Qur’an selama berada di rumah kala liburan. Sebab, ia kerap membantu pekerjaan rumah. Namun Rahmadina memanfaatkan waktu pada malam hari untuk menghafal.
Sebagai seorang ibu, Ida Safitri kerap kali tanpa sengaja melihat anak pertamanya itu menghafal Al-Qur’an saat memiliki waktu luang. Hal itu membuat dirinya bangga memiliki putri yang seperti Rahmadina. Ida berharap keberhasilan anaknya itu dalam menghafal Al-Qur’an dapat diikuti anak-anaknya yang lain.
“Kalau saya sebagai seorang ibu membebaskan dia mau besarnya jadi apa atau cita-citanya apa, cuman kalau berharap bisanya mendalami Al-Qur’an, alhamdulillah sekarang dia sudah berhasil menghafal 30 juz, harapan kami itu bisa memotivasi adik-adiknya,” ungkap Ida.
Rahmadina mengatakan, orang tuanya tidak pernah menuntut atau memaksanya untuk mengikuti keinginan mereka. Namun ada harapan besar dalam hati orang tuanya. Sebagai anak, Rahmadina ingin mencoba mewujudkan keinginan orang tua. Hingga sekarang masih diusahakannya, tanpa membebani keluarga.
Selain terus mengulang hafalan, Rahmadina juga mulai menekuni kaligrafi. Baginya, menggambar merupakan salah satu cara yang ampuh untuk merileksasi diri usai menghafal Al-Qur’an. Tak jarang ia meminta izin untuk menggambar untuk menyegarkan pikiran usai fokus menghafal. Kegemaran dalam menggambar diturunkan melalui darah sang ibu yang juga memiliki hobi yang sama.
“Kebetulan punya hobi menggambar, bebas aja gambar apa, yang penting gambar, sebagai upaya relaksasi di sela-sela hafalan, dan kadang juga sering pas hafalan, minta waktu ke ustazah buat break untuk menggambar, kalau hobi menggambar itu emang diturunkan dari ibu, kebetulan keluarga ayah juga ada yang hobi ngelukis, jadi kayanya emang sudah ngalir aja,” ungkapnya.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu menambahkan, hingga saat ini ia baru mempelajari hal-hal dasar kaligrafi. Menurutnya, menekuni kaligrafi merupakan hal yang sulit, karena kaligrafi memiliki keunikan tersendiri dan teknik yang berbeda. Keunikan itu juga yang menjadi alasan baginya untuk makin menekuni kaligrafi, di samping kewajibannya dalam menghafal.
“Tiap kaligrafi itu beda, ada teknik tersendiri, itulah yang membuat kaligrafi unik, dan saya juga sedikit banyak belajar, cuman belum sampai ke kaligrafi kontemporer, masih yang dasarnya aja,” pungkasnya. (*bersambung/ce/ala/kpfm)