ASPIRASI

PALANGKA RAYA – Hapakat Dayak Bersatu menggelar lagi unjuk rasa dan aksi damai lanjutan di Tugu Soekarno, Jalan S. Parman, Kota Palangka Raya, Senin (29/7). Berbagai acara diadakan dalam aksi tersebut, termasuk ritual adat Dayak. Itu merupakan aksi ketiga dari serangkaian aksi untuk menyuarakan aspirasi mereka yang menginginkan agar kursi kepala daerah di Kalimantan Tengah (Kalteng) diduduki oleh putra atau putri daerah atau orang Dayak asli.
Koordinator lapangan sekaligus pimpinan aksi, Panjung A Silai menjelaskan bahwa aksi itu dilanjutkan setelah Hapakat Dayak Bersatu mengadakan aksi damai pada 18 Juli lalu, kemudian dilanjutkan dengan audiensi bersama DPRD provinsi yang diwakilkan oleh Komisi I.
“Kami tidak akan berhenti sampai di sini saja. Besok atau kapan pun kami akan melakukan aksi lagi dalam bentuk lain, entah pagelaran seni budaya ataupun diskusi publik,” ujarnya.
Aksi ini didasari oleh kekhawatiran masyarakat adat Dayak Kalteng yang merasa mulai tersingkirkan dari berbagai bidang kehidupan, khususnya politik. Diharapkan aksi tersebut menjadi salah satu cara ampuh agar masyarakat adat Dayak tetap menjadi pemimpin di tanah sendiri.
Dalam acara inti, Menteng Yasmin menyatakan bahwa kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun wali kota, haruslah orang Dayak asli. Ia beralasan bahwa itu dapat berdampak pada efektivitas kinerja pemimpin dalam mengayomi masyarakat Kalteng.
“Kalau orang Dayak yang memimpin tanah ini, otomatis mengetahui persoalan yang menyangkut orang Dayak, sehingga akan terus memperjuangkan kepentingan masyarakat Dayak,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan agar partai politik memprioritaskan kader-kader yang memiliki darah Dayak untuk didorong menjadi kepala daerah di wilayah Kalteng.
Sementara itu, Bobowanto selaku anggota Hapakat Dayak Bersatu, dalam orasinya menyampaikan harapan pihaknya agar seluruh masyarakat adat Dayak tidak menyebut nama calon siapa pun, partai apa pun, serta tidak mengucapkan kata-kata hujatan atau sumpahan, agar tidak terjadi kesimpangan dalam aksi itu.
“Demi terlaksananya aksi yang aman, nyaman, serta bertanggung jawab, diharapkan hadirin tidak melakukan ketiga hal itu. Ini bisa menjadi bukti bahwa orang Dayak adalah orang yang berbudaya dan beradat. Jangan sampai orang lain menyebut kita sebagai orang yang tidak beradat. Kita, orang Dayak, harus menjadi contoh,” tegasnya.
Dengan diadakannya aksi tersebut, Hapakat Dayak Bersatu berharap masyarakat adat dapat lebih menunjukkan eksistensi, tidak ragu dalam mengambil keputusan, dan makin kuat bersatu. Dengan begitu, orang Dayak dapat membangun kesejahteraan yang lebih merata, adil, dan tanpa ketimpangan di tanah sendiri. (bak/ce/ala/kpfm)