Berdayakan Masyarakat Lokal Mengolah Tanaman Kalakai Bernilai Ekonomi Tinggi

Tanaman kalakai tumbuh subur di tanah Kalimantan Tengah (Kalteng). Umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman ini untuk diolah menjadi sayur pendamping nasi. Namun di mata seorang Novita Puspa Kencana, kalakai justru dapat mempercantik wajah.
MUTOHAROH, Palangka Raya
KALTENG merupakan provinsi yang memiliki potensi alam yang begitu melimpah. Dengan adanya inovasi dan pemanfaatan potensi alam yang maksimal, Kalteng dapat menjadi provinsi yang berkembang. Salah satu potensi yang bisa dikembangkan ialah tanaman kalakai.
Perempuan yang akrab disapa Nova itu bercerita banyak tentang produk inovasinya saat opening ceremony dan harvesting Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GBBI) dan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI) Kalimantan Tengah Tahun 2024 di GPU Tambun Bungai, Rabu (15/8).
Ia mengatakan, sekitar dua juta hektare lahan Kalteng merupakan gambut. Di lahan tersebut terdapat purun dan kalakai yang biasa dimasak dan dijadikan makanan oleh masyarakat. Ia mengetahui bahwa kalakai di daerah perdesaan biasanya dibuat menjadi pupur basah atau digosok langsung ke wajah yang terdapat flek. Melihat adanya potensi alam yang melimpah serta manfaat kandungan kalakai, ia pun mencoba untuk berinovasi, membuat kalakai menjadi sabun.
“Kalakai yang biasa kita masak jadi sayur, kalau di daerah desa-desa, selain dimasak biasanya dibuat menjadi pupur basah atau digosok ke muka ketika ada flek, itu fakta empirisnya, saya sebagai apoteker pun tergugah untuk bikin inovasi, supaya orang-orang di luar sana tidak perlu ke Kalteng untuk mencari kalakai, cukup dengan dijadikan sabun kalakai, akan sangat bermanfaat bagi masyarakat,” kata Nova.
Sabun kalakai karya Nova ini efektif untuk mencerahkan, melembabkan, dan menghaluskan kulit. Sabun ini tersedia dalam dua varian, yaitu sabun kalakai dan sabun madu. Varian kalakai cocok digunakan untuk mengatasi flek pada wajah, sedangkan varian madu efektif untuk melembapkan kulit.
Nova mengatakan, sabun ini diproses secara higienis dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya seperti SLS, alkohol, ataupun pengawet. Bahkan sangat aman digunakan untuk bayi. The Bawi merupakan produk yang 100 persen alami dan sangat aman. Sabun ini juga sudah mengantongi sertifikasi CPKB dari BPOM serta telah mendapatkan izin industri dari Kementerian Kesehatan. Produk ini telah ada sejak 2012, dan pada 2016 telah didistribusikan hingga Australia dan negara lain. Sabun ini dapat dipesan melalui Instagram owner Bawi Bakena. Sejauh ini telah ada delapan distributor di Indonesia dan dua di luar negeri.
“Semua produk yang berhubungan dengan farmasi, seperti obat atau skincare harus melewati uji praklinis yang dilakukan pada hewan seperti kelinci, kalau aman maka kami akan coba pada manusia untuk mendapatkan kepastian lebih lanjut, dan itu sudah kami lakukan, bedanya sabun Bawi Bakena dengan sabun lainnya adalah tidak menggunakan SLS, akohol, pengawet, atau bahan lainnya, artinya bebas bahan kimia dan 100 persen dijamin aman,” tuturnya.
Tidak hanya fokus pada kualitas produk, Nova juga berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal melalui pembentukan kelompok tani. Kelompok tani ini awalnya hanya mengolah purun menjadi sedotan. Namun kini telah berkembang dengan menyetor kalakai yang kemudian diolah menjadi produk bernilai tinggi.
“Kalakai ini kami dapat dari masyarakat lokal, jadi memang ada kelompok tani yang kami bina, masyarakat kita itu punya tanah yang di bawahnya berair, sehingga secara potensial ekonomi tidak ada, mau dijual juga tidak laku, makanya kami bentuk kelompok tani, kalau mereka punya purun, bisa setor ke kami, kalau punya kalakai, silakan antar ke kami, semua itu bisa berpenghasilan, jadi bisa mandiri secara finansial, kami hanya bagian proses pemasaran saja, di belakang itu semua, kami lebih utamakan pada memberdayakan masyarakat,” jelas Nova.
Saat ini, produksi handmade sabun Bawi Bakena dapat mencapai 100 pcs per hari. Meski demikian, Nova mengakui bahwa produksi itu masih terbatas. Ia berharap bisa meningkatkan kapasitas dengan penambahan alat dan sumber daya manusia (SDM). Namun, seleksi SDM tetap dilakukan secara ketat, untuk memastikan keamanan dan kualitas produk. Nova berharap sabun Bawi Bakena makin dikenal di pasar nasional maupun internasional, sekaligus mengenalkan potensi daerah ini ke masyarakat luas.
“Kalteng memiliki sumber daya alam yang melimpah. Potensi ini harusnya bisa membuat kita lebih kaya dan dikenal di mata dunia,” tutupnya. (*/ce/ala/kpfm)