Atur P Demen, Guru SDN 2 Kaburan Lintas Generasi

SDN 2 Kaburan, sekolah yang viral karena tenda daruratnya itu, menyimpan banyak kisah menarik. Kali ini, tuturan menarik datang dari sosok Atur P Demen, guru senior yang mengajar sejak pertama kali maktab itu berdiri. Suami dari kepala sekolah itu menceritakan momen haru saat dirinya harus mengajar anak-anak dari mantan muridnya.
AKHMAD DHANI, Kuala Kapuas
SENIN (29/7) sekira pukul 10.00 WIB, aktivitas belajar mengajar di bawah tenda sudah hampir selesai. Siswa kelas rendah mulai beranjak untuk pulang. Berselang lima sampai enam menit, kelas yang lebih tinggi menyusul bubar, hingga tersisa guru-guru yang tengah berbincang soal proses belajar mengajar hari itu. Para murid pun menyalami Atur P Demen, ketika berpapasan dengannya menuju jalan pulang.
Atur, sapaan akrab pria berusia 56 tahun itu, merupakan guru kelas rangkap mapel. Seluruh mapel umum dia ajarkan kepada murid dari berbagai kelas. Ia sendiri merupakan wali kelas V SDN 2 Kaburan. Di lingkungan sekolah, keberadaan Atur sangat dihormati. Ayah empat anak itu sudah tiga dasawarsa lebih mengabdi untuk dunia pendidikan di Desa Kaburan.
“Dahulu namanya SDN 1 Tumbang Onah, berganti nama jadi SDN 2 Kaburan baru-baru ini, bangunan sekolah pertama dibangun masyarakat secara gotong royong,” ungkap Atur saat berbincang-bincang dengan Kalteng Pos.
SDN 1 Tumbang Onah dibangun sejak tahun 1991. Letaknya persis di pinggir Sungai Kapuas, sebelum berubah menjadi bangunan sekolah SDN 2 Kaburan sebelumnya yang sudah ditinggalkan masyarakat.
“Bangunan SDN 2 Kaburan yang ditinggalkan itu dibangun tahun 2010, sebelum akhirnya ditinggalkan sepenuhnya karena masalah banjir,” kata pria kelahiran 9 November 1968 itu.
Atur mengenang masa-masa sulit ketika dirinya merintis karier sebagai pengajar di kampung hulu begawan Kapuas itu, 33 tahun lalu. Kala itu, gaji yang ia terima per bulannya Rp44 ribu.
“Mulai gaji saya Rp44 ribu sebagai guru, hingga alhamdulillah bisa menerima gaji layak seperti sekarang, pangkat saya sekarang IV B,” bebernya.
Namun baginya, semangat mengajar dan mengabdi di pelosok tidak terpamrihkan oleh uang. PNS kelahiran Desa Tumbang Habaun, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gumas ini mengaku baru bisa merasakan bahagia sebagai seorang guru, ketika melihat murid-muridnya tumbuh menjadi orang-orang sukses.
Pria 56 tahun itu mengusap air mata ketika mengingat detik-detik pertemuannya dengan orang tua siswa yang merupakan mantan muridnya. Aura ketegasan dan wibawa Atur seketika runtuh berganti haru, ketika mengingat perjalanan panjang dirinya bersama SDN 2 Kaburan sampai detik ini.
“Saya dengan ibu (istri, red) senang kalau melihat murid-murid kami dulu mengantar anak-anak mereka ke sekolah, memang waktu itu tak terasa,” tutur Atur, sejurus kemudian mengelap air matanya yang mulai menetes.
Dunia pendidikan mempertemukan Atur dengan Nani, sang istri. Waktu itu atau tahun 1997, sang istri baru lulus dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan langsung mengajar di SDN 1 Tumbang Onah, tempat Atur mengabdi.
“Di antara para guru, termasuk istri saya, saya yang paling lama di sini, asam garam dunia pendidikan di sini saya cukup tahu,” ucapnya.
Melihat keadaan SDN 2 Kaburan yang proses belajar mengajarnya berpindah-pindah, serta mengingat bagaimana dirinya bisa membersamai suka duka proses pendidikan di sekolah tersebut, Atur berharap pemerintah bisa segera mendirikan bangunan sekolah yang baru dan layak bagi murid-murid SDN 2 Kaburan.
“Masyarakat di sini sangat berharap bangunan sekolah baru segera dibangun pemerintah, supaya anak-anak punya bangunan sekolah yang layak, seperti anak-anak pada umumnya yang menikmati fasilitas sekolah yang memadai,” ungkap Atur. (*/ce/ala/kpfm)