Dari Selebrasi Krida Duta Bahasa

Selebrasi Krida Duta Bahasa menjadi puncak dari rangkaian kegiatan pengembangan dan pelestarian bahasa yang digelar Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan ini melibatkan siswa SMP, SMA, serta mahasiswa dari berbagai sekolah dan universitas di Kalimantan Tengah.
DHEA UMILATI, Palangka Raya
SALAH satu tujuan utama kegiatan ini adalah melibatkan generasi muda dalam pengembangan dan pelestarian bahasa Indonesia, serta bahasa daerah yang saat ini menghadapi tantangan di era digitalisasi.
Kepala Balai Bahasa Kalimantan Tengah Muhammad Muis, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam pembinaan bahasa dan sastra. Menurutnya, pelestarian bahasa Indonesia maupun bahasa daerah membutuhkan kontribusi aktif generasi muda, yang sehari-hari akrab dengan teknologi dan media sosial.
“Generasi muda adalah garda depan dalam pembinaan bahasa. Mereka yang aktif dan terbiasa dengan teknologi informasi serta media sosial bisa memberikan kontribusi nyata. Misalnya, melalui pembuatan konten digital terkait bahasa dan sastra, termasuk bahasa daerah. Konten-konten ini bisa disebarkan di media sosial yang bisa diakses banyak orang, sehingga upaya pelestarian bahasa makin masif,” ujarnya, Senin (23/9).
Kegiatan ini telah berlangsung sejak Februari 2024. Tim dari Balai Bahasa Kalteng mengunjungi sejumlah sekolah dan universitas untuk memberikan bimbingan teknis (bimtek) selama tiga hari. Para siswa dan mahasiswa diajarkan bagaimana membuat konten digital, berlatih pidato, serta ikut serta dalam lomba-lomba terkait bahasa dan sastra. Sebagai puncaknya, para peserta terbaik diumumkan dalam Selebrasi Krida Duta Bahasa.
Selebrasi Krida Duta Bahasa ini tak hanya sekadar perayaan, tetapi juga wadah bagi generasi muda untuk berkarya dan berkontribusi dalam pengembangan bahasa dan budaya pada era digitalisasi. Melalui lomba-lomba seperti pembuatan film pendek, pidato, dan konten digital, para siswa dan mahasiswa ditantang untuk berkreasi dalam melestarikan bahasa dan sastra, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
Muis menekankan, kegiatan seperti ini penting untuk mendorong generasi muda mengisi keseharian dengan hal-hal positif. “Kami ingin para siswa dan mahasiswa memiliki aktivitas yang bermanfaat. Dengan membuat konten digital terkait bahasa, mereka tidak hanya melestarikan bahasa dan budaya, tetapi juga berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Dengan makin maraknya penggunaan media sosial dan teknologi digital, generasi muda memiliki potensi besar untuk melestarikan bahasa dan budaya melalui berbagai platform online. Konten-konten kreatif yang dibuat tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menajdi sarana edukasi dan pelestarian budaya yang sangat diperlukan di era modern ini.
Selebrasi Krida Duta Bahasa menjadi contoh nyata bagaimana kegiatan berbasis kebahasaan dapat dikolaborasikan dengan teknologi modern, melibatkan generasi muda untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya, sekaligus mengembangkan bahasa Indonesia di kancah global.
Ahmadin Supianto, salah satu peserta lomba film pendek, mengungkapkan antusiasmenya dalam mengikuti lomba ini. Ia memiliki hobi membuat video cinematik, berkolaborasi dengan Sudrajat, temannya yang memiliki keahlian dalam penulisan naskah. Bersama-sama mereka menciptakan film pendek bertema tampung tawar, tradisi lokal Kalteng yang melambangkan penyambutan dan perlindungan dari mara bahaya.
“Temanya adalah tampung tawar, kebudayaan lokal yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Kalteng. Kami hanya butuh empat hari untuk menyelesaikan proyek ini. Dua hari untuk menulis naskah, satu hari untuk pengambilan gambar, dan malam terakhir untuk proses editing,” jelasnya.
Bagi mahasiswa yang berkuliah di Universitas Palangkaraya itu, mengikuti perlombaan film pendek ini bukan hanya soal kompetisi, tetapi juga merupakan cara untuk menyalurkan hobin dalam dunia editing. “Biasanya saya bikin video cinematik motor, tapi saya tidak tahu mau dibawa ke mana hobi ini. Dengan adanya lomba dari Balai Bahasa, saya merasa terbantu, karena bisa menyalurkan bakat sekaligus melestarikan budaya lokal. Ini memberikan kepuasan tersendiri, dan saya berharap lomba-lomba seperti ini terus diadakan,” tambahnya.
Pemenang lomba film pendek itu juga berharap ke depannya lomba-lomba serupa bisa terus diadakan, sehingga generasi muda yang memiliki bakat di bidang editing, pembuatan konten, dan karya kreatif lainnya mendapatkan wadah untuk mengekspresikan diri.
“Kami berharap lomba-lomba ini terus ada, karena banyak teman yang memiliki bakat di bidang editing dan pembuatan film, tetapi belum tahu mau diarahkan ke mana. Dengan adanya lomba ini, kami bisa mengasah kemampuan dan siap menghadapi era globalisasi yang makin menuntut kreativitas,” tutupnya. (*/ce/ala/kpfm)