Simpan Sejarah tentang Berdirinya Kota Cantik, Bisa Jadi Destinasi Wisata Unggulan

Mengunjungi Tege Museum yang Baru Diresmikan di Palangka Raya

Satu lagi tujuan destinasi wisata sejarah di Kota Palangka Raya. Namanya Tege Museum. Bangunan ini merupakan cagar budaya eks rumah jabatan wali kota Palangka Raya. Ada banyak cerita sejarah dan budaya kota yang tersimpan di museum ini.

MUTOHAROH, Palangka Raya

kpfmpalangkaraya.com – PENJABAT (Pj) Wali Kota Palangka Raya Dr Hera Nugrahayu meresmikan Tege Museum yang berlokasi di Jalan PM Noor, Kamis (5/12). Bangunan yang dahulunya menjadi kediaman resmi wali kota ketiga Palangka Raya, Letkol Infanteri Waldus Sandy, yang menjabat 13 Agustus 1967 hingga 6 September 1975, kini bertransformasi menjadi museum yang menyimpan berbagai cerita sejarah dan budaya kota. Hera menegaskan pentingnya bangunan berusia kurang lebih 57 tahun ini sebagai bagian dari warisan sejarah yang harus dilestarikan.

“Bangunan ini memiliki nilai historis yang tinggi, selain itu lokasinya sangat strategis dan cocok untuk dijadikan destinasi yang dapat dinikmati masyarakat luas,” ungkap Hera kepada media.

Hera mengatakan, Tege Museum ini nantinya akan menjadi rumah bagi berbagai barang peninggalan sejarah dan budaya khas masyarakat setempat. Dengan diresmikannya Tege Museum, diharapkan masyarakat Palangka Raya dan sekitarnya memiliki tempat untuk belajar dan mengenang sejarah lokal. Selain itu, museum ini diharapkan dapat menjadi salah satu destinasi wisata edukasi unggulan di Palangka Raya, karena di museum ini tersimpan barang peninggalan serta foto-foto berdirinya Kota Cantik –julukan Palangka Raya.

Dyah, pegawai Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kota Palangka Raya menceritakan sejarah berdirinya Kota Palangka Raya, yang berawal dari sebuah desa kecil bernama Dukuh Pahandut. Desa ini dipilih menjadi lokasi ibu kota baru setelah melalui berbagai pertimbangan, termasuk masukan tokoh lokal seperti Tjilik Riwut. Nama Pahandut akhirnya menjadi dasar cikal bakal Kota Palangka Raya, mengalahkan opsi lain seperti Jekan Raya.

Proyek besar ini mencerminkan semangat pembangunan nasional pada era Presiden Soekarno, yang bermimpi menjadikan Palangka Raya sebagai kota modern sekaligus simbol persatuan bangsa. Pembangunan dimulai dari membuka hutan primer, termasuk pembangunan Jalan Tangkiling, yang saat itu masih ditumbuhi pepohonan lebat.

Proses pembangunan Kota Palangka Raya juga mendapat dukungan dari insinyur-insinyur Rusia. Mereka mendirikan camp dan membangun infrastruktur penting seperti Jalan Tangkiling. Salah satu momen bersejarah adalah peletakan tiang pancang pertama oleh Presiden Soekarno, yang disambut antusias oleh masyarakat.

“Bahkan saking antusiasnya masyarakat, mobil Presiden tidak dinyalakan mesinnya, melainkan ditarik dan didorong oleh masyarakat, sebagai simbol semangat gotong royong membangun ibu kota baru,” kaya Dyah.

Menurut catatan sejarah, tata kota dirancang dengan konsep simbolis yang menyerupai pola sumbu di Yogyakarta, berpadu dengan pola spiderweb atau jaring laba-laba seperti kota-kota di Eropa. Menurut buku karya Wijanarka, desain ini menunjukkan visi besar pembangunan kota yang modern, tetapi tetap kaya akan nilai filosofis.

Sebagai kota modern pertama yang dibangun dari nol, rencana pembangunan Kota Palangka Raya juga dilengkapi dengan infrastruktur lengkap sejak awal. Seperti kompleks perkantoran, sekolah (SD Batu—sekarang dikenal sebagai SDN 1 Langkai, SMP 1, SMA 1), dan fasilitas umum lainnya.

Dyah menurutkan, salah satu simbol penting dalam pembangunan kota adalah penyerahan kunci emas, yang melambangkan pembukaan rumah baru bagi masyarakat.

“Selayaknya rumah yang memerlukan kunci untuk dibuka, sehingga ada peristiwa penyerahan kunci emas. Kalau tidak salah, hanya ada dua kota yang mendapat kehormatan itu, salah satunya Kota Palangka Raya,” ungkapnya.

Setelah selesai digunakan sebagai tempat tinggal insinyur Rusia, rumah tersebut menjadi kediaman wali kota pertama, Yanti Saconk, yang menjabat 18 September hingga 18 Oktober 1965, diikuti oleh Agus Ibrahim dan Letkol Infanteri Waldus Sandy. Kemudian, rumah wali kota itu diserahkan ke pihak keluarga Letkol Infanteri Waldus Sandy, lalu diserahkan kembali ke Pemerintahan Kota Palangka Raya.

Karena nilai sejarahnya itu, Kepala Disparbudpora Kota Palangka Raya Iin Hendrayati Idris mengusulkan agar rumah itu untuk dijadikan cagar budaya. Setelah melalui proses kajian, usulan ini mendapat respons positif dari Penjabat Wali Kota Palangka Raya Dr Hera Nugrahayu.

“Rumah ini bukan hanya saksi sejarah pembangunan Palangka Raya, tetapi juga bagian dari semangat bangsa untuk membangun dari nol. Dengan menjadi cagar budaya, rumah ini akan menjadi pengingat bagi generasi mendatang tentang perjalanan panjang dan visi besar pendiri kota,” ujar Iin Hendrayati.

Ia menambahkan, rencana pembangunan museum ini dirancang dengan mempertahankan keaslian karakter bangunan, terutama pada fasadnya. Museum ini tidak hanya akan menjadi tempat penyimpanan koleksi sejarah dan budaya, tetapi juga menawarkan pengalaman modern dengan memanfaatkan teknologi terkini. Ini dilakukan untuk memberikan kesan yang segar dan menghilangkan citra museum sebagai tempat yang membosankan atau terkesan horor.

“Kami berkomitmen untuk menjaga bangunan agar tetap sesuai dengan karakter aslinya. Namun, di sisi lain, kami juga menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar museum ini relevan dan menarik bagi pengunjung,” kata Iin Hendrayati.

Tak hanya itu, museum ini juga dirancang menjadi ruang edukasi yang ramah bagi kaum muda. Rencana akan disediakan kafe dan panggung kebudayaan sebagai tempat untuk bersantai sekaligus mengekspresikan kreativitas seni.

“Kami ingin museum ini menjadi ruang yang inklusif, di mana para pelaku seni dapat menampilkan karya mereka dan pengunjung dapat menikmati suasana yang menyenangkan. Namun ini bertahap, ini rencana kami ke depan,” tambahnya.

Proses perencanaan pembangunan museum ini masih berlangsung. Pemerintah Kota Palangka Raya berharap proyek ini dapat menjadi ikon baru, yang tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Palangka Raya.

Dengan konsep modern dan berwawasan budaya ini, museum baru di Palangka Raya ini diharapkan menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik dan memberikan pengalaman yang berkesan bagi masyarakat dan wisatawan. (*/ce/ala/kpfm)

229 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.