Kalteng Perketat Pegawasan di Bandara dan Pelabuhan

Thermal Scanner mendeteksi semua penumpang yang datang dari Bandara Tjilik Riwut, kemarin. (SOLIHIN UNTUK KALTENG POS)

PALANGKA RAYA-Dunia sedang heboh serangan virus corona, virus yang pertama kali menyerang warga di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Virus yang diduga bersumber dari kelelawar dan ular itu pun kini sudah menyebar ke beberapa negara di asia. Di Indonesia ada 19 daerah termasuk Kalteng yang waspada dan harus memperketat pengawasan, karena di Kalteng sendiri ada salah satu jalur lautnya langsung dari Tiongkok.    

Pengawasan di pelabuhan udara dan laut di Kalteng pun semakin diperketat. Di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Palangka Raya memasang alat deteksi thermal scanner di pintu kedatangan Bandara.

Menurut Kepala KKP Kelas III Palangka Raya Solihin, untuk mengatisifasi wabah corona masuk ke Palangka Raya, salah satunya memasang alat thermal scanner, cara kerja alat ini dengan mendeteksi suhu tubuh manusia, yang dimana apabila ada penumpang yang mengidap demam maka akan terlihat dari monitor petugas, dan selanjutnya petugas akan melakukan interogasi terhadap penumpang tersebut.

Ia menambahkan petugas KKP Palangka Raya, bersama instansi terkait terus memperketat pengawasan, agar penumpang yang datang dan memasuki Kota Palangka Raya, harus benar-benar dilakukan pemeriksaan yang lebih ketat.

“Selanjutnya apabila ada yang mengidap demam atau gejala lainya akan ditanya perjalanan dari mana, dan apakah ada riwayat penyakit sebagainya, sehingga masyarakat yang terpapar virus corona bisa kita deteksi lebih lanjut,”ungka Solihin kepada Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co), via telpon Minggu (26/1).

Thermo Scaner di Bandara Tjilik Riwut, jelasnya, apabila ada suhu di atas 38 ° C  alarm akan berbunyi  dan segera dilakukan tindakan observasi penyebab demam dan riwayat perjalanan yang bersangkutan  apakah berasal dari negara terjangkit.

Apabila penumpang yang terpapar dari virus ini maka akan dilakukan masa inkubasi tergantung dari penyakit yang alami dan apabila terkena virus corona maka masa inkubasinya 2-14 hari, jadi masa inkubasi itu dimana masa seseorang sudah terpapar suatu penyakit yang diman dia menimbulkan gejala.

“Seperti kita ketahui virus Corona ini merupakan virus yang baru jadi kita update penyebarannya dimana saja, termasuk tentang virus ini bagaiman cara penyebarannya sehingga kami pihak Kesehatan Pelabuhan bersama dengan Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan yang ada di Wilayah Kalteng mengantisifasi dalam penangan virus ini, sehingga kita bisa segera mengambil tindakan,”tutupnya.

Sementara itu, di Sampit pengawasan di pintu pelabuhan laut dan udara juga diperketat. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit Agus Yordani mengatakan faktor yang menyebabkan Sampit menjadi salah satu daerah yang rawan virus corona karena ada kapal Tiongkok pengangkut hasil tambang.

“Bukan kapalnya yang rawan virus, tapi anak buah kapal (ABK). Ini yang perlu diantisipasi. Jumlah ABK ini diperkirakan berkisar 20 orang,” jelasnya kepada Kalteng Pos, Minggu (26/1).

Agus menambahkan untuk jalur laut memang potensi dan rawan, sebab kapal Tiongkok itu langsung ke pelabuhan Sampit. “Kapal dari Cina itu sudah lama, tapi pihak pelabuhan tidak membolehkan ABK ini turun langsung ke daratan. Mereka hanya berada di kapal, hal ini menjaga dari masalah negatif tentunya,”paparnya.

Rencana kapal Cina ini datang hari ini, Senin (27/1). Pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait masalah kasus ini.

Terpisah, Kepala Bandara H Asan Sampit melalui Kasi Pelayanan dan Kerjasama Yogi Suradiningkrat mengatakan, sudah mengetahui Sampit ini salah satu daerah di Indonesia yang menyatakan kewaspadaan tinggi menghadapi virus corona ini.

“Informasi ini sudah kami terima sejak Jumat (24/1) yang lalu. Oleh sebab itu, kami bersama KKP Sampit melakukan pengawasan lebih insentif lagi,” jelasnya Kepada Kalteng Pos, Minggu (26/1).

Dirinya mengatakan Kotim ini merupakan salah satu kota maju, selain itu pula faktor lain misalnya saja pimpinan perusahaan di Kotim ini banyak yang berasal dari luar negeri. Kemungkinan hal ini bisa juga terjadi karena faktor tersebut.

“Saat ini kedatangan atau keberangatan penumpang itu dari Surabaya, Jakarta, Palangka Raya dan Pangkalan Bun. KKP juga sudah di tempatkan di bandaran ini. Terkait peralatan yang seperti di bandara di daerah jawa atau kota maju terkait alat pendeteksian virus ini kebetulan tidak ada. Ini berdasarkan dari pihak KKP menyatakan demikian,”paparnya.

Meski tidak ada terindikasi virus tersebut, dirinya juga mengimbau kepada petugas ataupun warga yang melakukan penerbangan agar menggunakan masker. “Kami bersama KKP juga akan selektif dan meningkatkan kewaspadaan masalah keberadaan virus ini. Meski sampai saat ini tidak ada indikasi virus ini, tetap kita lebih hati-hati dan waspada lagi,”akuinya.

Ditambahkannya pula, memang keberadaan virus ini kan berasal dari Negara Cina. “Makanya setiap bandara yang ada di Indonesia ini meningkatkan kewaspadaan. Karena bandara ini gerbang lintasan internasional, makanya lebih dioptimalkan di bandara,”pungkasnya.

Sementara itu, pengawasan juga diperketat kepada warga negara asing baik di pelabuhan maupun di bandara. Seperti di Pelabuhan Panglima Utar Kecamatan Kumai dan Bandara Iskandar/

Kepala Kesyahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kumai Kapten wahyu menegaskan, bahwa saat ini dunia internasional tengah mewaspadai penyebaran wabah penyakit pneumoni berat akibat virus corona. Oleh karenanya, perlu dilakukan langkah pencegahan dan pengawasan khususnya di pintu gerbang masuknya penumpang internasional seperti bandara dan pelabuhan. 

“Semua penumpang yang datang dilakukan pemeriksaan untuk mencegah masuknya virus corona ke Indonesia. Begitu juga beberapa pelabuhan yang ada di daerah untuk melakukan antisipasi,”katanya.

Sementara itu Kepala Bandara Sultan Iskandar Pangkalan Bun Zuber mengatakan, pihaknya juga melakukan upaya dan tindakan. Dengan melakukan antisipasi datangnya wisatawan yang dikwatirkan terkena serangan virus tersebut. Walaupun Bandara Iskandar Pangkalan Bun bukan penerbangan internasional, tetapi para penumpang sudah di thermo scanner di bandara Internasional  seperti Bandara Soetta jakarta, Bandara Juanda Surabaya dan bandara Internasional lainnya.  Tetapi Bandara Iskandar Pangkalan Bun punya alat Thermal Scanner di tempatkan di terminal kedatangan yang berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh seseorang.

“Kami ada pemantauannya sendiri menggunakan alat deteksi suhu tubuh, apabila suhu lebih dari 38 derajat celicius di anggap ada masalah dengan kesehatan dilakukan tindakan. Kami juga berkoordinasi dengan  Karantina Kesehatan Pelabuhan ( KKP ) untuk teknisnya,”ujarnya. (*yud/fir/son/ala/dar)

272 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.