
MEMBANGGAKAN: Keluarga Lindu Anugraha Putra memperlihatkan penghargaan silver play button dari YouTube karena memiliki lebih dari 500 ribu subscriber pada channel YouTube-nya.
Lindu Anugraha Putra; YouTuber Kalteng Mengusung Kearifan Lokal
LINDU Anugraha Putra adalah warga Kalimantan Tengah (Kalteng) yang berasal dari Kabupaten Lamandau. Pria tinggi besar ini tinggal di Nanga Bulik –ibukota Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat ini sukses membangun channel YouTube Fayz Fishing Adventure.
Mengandalkan konten menangkap ikan khas suku pedalaman Kalimantan dia sudah meraup 600-an subscriber. Hasilnya tentu saja lebih dari lumayan. Bahkan tergolong fantastis. Pria berusia 37 tahun yang dahulunya hidup dalam keterbatasan, kini sudah bisa menikmati hasil kerja kerasnya. Bukan hanya sekadar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Ia juga mengaku, penghasilannya bahkan pernah menembus angka Rp100 juta dalam sebulan. “Kalo penghasilan dari YouTube sih tergantung ya, karena kita dibayarnya dari jumlah pengunjung yang menonton video kita. Kalau rata-ratanya Rp20 jutaan per bulan,” bebernya.
Angka pendapatan Rp 100 juta dalam sebulan itu berkat salah satu videonya yang sempat viral. Jumlah tersebut belum termasuk penghasilan dari halaman Facebook Fayz Fishing Adventure yang pernah menghasilkan hingga Rp14 juta per bulan. Juga belum termasuk endorse (sponsor) yang memasang iklan pada video YouTube-nya.
“Pendapatan tertinggi pernah tembus seratus jutaan. Enggak nyangka juga ya, karena satu video viral ditonton lebih dari 13 juta kali, menghasilkan pendapatan yang cukup besar,” jelasnya.
Berkat channel YouTube-nya ini, Putra juga sudah bisa memberdayakan warga lokal untuk bekerja sama membuat konten maupun menjadi model dalam konten YouTube-nya.
“Alhamdulillah sekarang ini kami juga sudah bisa membantu mempekerjakan warga sekitar dengan sistem freelance. Penghasilan mereka dibayar berdasarkan video yang diperankan. Kalau videonya viral, hasilnya dinikmati oleh pemeran itu sendiri,” tukasnya.
Buah dari kerja kerasnya dalam mengembangkan channel YouTube, saat ini keluarga Fayz sudah bisa menikmati hidup berkecukupan, mampu membeli mobil dan sepeda motor, serta memiliki sejumlah aset tanah. Peralatan camera serta perahu yang digunakannya saat ini sudah terbilang layak untuk keperluan membuat konten. Semuanya dibeli dari pendapatan sebelumnya.
“Alhamdulillah untuk kebutuhan keluarga saat ini sudah bisa terpenuhi. Sebenarnya yang paling penting bagi saya yakni bagaimana bisa mengenalkan budaya lokal kita melalui channel YouTube ini. Karena itu saya selalu konsisten untuk membuat konten, menangkap ikan dengan cara tradisional khas suku pedalaman,” bebernya.
JATUH BANGUN
LINDU merintis channel YouTube-nya sejak 2012 lalu. Namun kala itu tidak berpikir menjadi usaha yang meraup banyak keuntungan. Apalagi dia sempat nyambi jadi karyawan hotel, hingga berwirausaha sendiri sampai menjadi pengrajin batu akik, khususnya kecubung yang sempat booming, beberapa tahun silam.
Akan tetapi, semua usahanya itu gagal. Akhirnya pada Desember 2018 ia memutuskan kembali mengembangkan channel YouTube-nya. “Sebenarnya channel YouTube Fayz Fishing Adventure sudah dibangun sejak tahun 2012-an, tapi baru aktif digunakan akhir 2018,” ujarnya saat dibincangi awak media di rumahnya, Jumat (3/7).
Aktif menggarap kontennya sejak akhir 2018, awalnya sederhana saja berupa memancing ikan endemik Kalimantan seperti gabus, toman, baung, hingga lele lambat. Perlahan tapi pasti. Papa Fayz menemukan jalan usahanya di jalur ini. Seperti YouTuber lainnya, Papa Fayz juga sempat merasakan jatuh bangun. Ketika channel YouTube-nya belum menghasilkan uang, ia bahkan harus menjual dua unit sepeda motornya untuk memenuhi keperluannya.
Sembilan bulan tidak ada penghasilan dari YouTube. “Modal awal saya bikin video YouTube itu, saya beli dulu camera action harga Rp500 ribu. Itu pun beli second. Sedangkan joran pancing saya beli pakai uang pinjaman dari istri. Gak langsung menghasilkan juga. Malah sebaliknya, saya sampai jual motor, karena hanya mengandalkan penghasilan dari channel YouTube,” jelasnya.
Kendati demikian, ia bersyukur karena sang istri terus mendukungnya, sehingga ia tetap bersemangat mengisi konten YouTube-nya. “Dulu saya dikira orang gila, karena suka ngomong sendiri saat membuat video mincing. Apalagi dulu masih tidak punya penghasilan dari hobi memancing. Jadi, orang beranggapan kalau saya ini tidak punya masa depan,” kata Putra.
Nama channel YouTube, Fayz Fishing Adventure, diambil dari nama panggilan anaknya Fayz. Muhammad Fayz Al-Rauhy (7) merupakan anak semata wayang buah pernikahannya dengan sang istri Ismiah. “Alhamdulillah berkat kerja keras, saat ini channel YouTube sudah bisa menghasilkan uang. Saya juga bisa membuktikan kepada orang-orang bahwa mengelola channel YouTube itu bisa memberikan penghasilan kalau ditekuni dan konsisten,” pungkasnya. (bersambung/kaltengpos-KPFM-101)