
PALANGKA RAYA-Selain Covid-19, sebenarnya ada penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak, yaitu Tuberkulosis (TB) atau yang sering disebut TBC. Dan setiap tahun, ribuan orang meninggal dunia akibat penyakit ini. Dan, pemerintah terus berupaya eliminasi TB di Indonesia.
Kebiasaan masyarakat, pasien TB mencari pengobatan awal di apotek, toko obat dan juga di pelayanan kesehatan masyarakat atau puskesmas. Untuk itu, tenaga kefarmasian menjadi garda terdepan. Maka, diperlukan standarisasi kefarmasian agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada pasien.
Menurut Pelaksana Sie Prodis dan Yanfar Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, Neny Neolova S. farm., Apt, peningkatan kapasitas tenaga kefarmasian dalam penanggulangan TB sangat strategis dalam upaya peningkatkan penemuan kasus dan kualitas layanan atau pengobatan.
“Yang dimaksud standar kefarmasian adalah pedoman yang digunakan tenaga kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian,” ungkap Neny saat talkshow di Kalteng Pos Radio, belum lama ini.
Sedangkan tujuan pengaturan standar pelayanan kefarmasian, menurut Neny adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien
Dikatakanya, peran Apoteker Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM) dalam kesehatan masyarakat melalui upaya PIS PK, yaitu Apoteker bisa sebagai pembina keluarga yang berperan dalam program KB, jumlah bayi yang mendapat imunisasi, penderita TB, penderita hipertensi dan OGDJ.
“Peran Apoteker dalam eliminasi TB adalah aspek manajemen pengelolaan logistic, seperti penyediaan, penyimpanan dan distribusi obat TB serta pengamatan mutu obat,” ucapnya.
Menurutnya, aspek pelayanan farmasi klinik untuk kasus TB meliputi pengkajian reset TB, pemberian informasi obat TB ,konseling obat TB, pemantauan kepatuhan minum obat TB, pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB.
Lantas seperti apa pelayanan kefarmasian TB di masa pandemi. Menurut Neny adalah dengan menggunakan media telekomunikasi dalam memberikan pelayanan informasi obat TB. “Kepatuhan minum obat merupakan kunci keberhasilan TB. Seain itu, banyaknya efek samping dari obat TB yang kadang menyebabkan putus obat,” pungkasnya. (bud)