
Pengelolaan Membaik, Jumlah Sampah Terus Berkurang
PAGI itu, hujan sedang deras-derasnya. Namun truk-truk pengangkut sampah tampak keluar masuk ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bukit Tunggal. Jembatan timbang menunggu di samping pintu gerbang yang sudah dipersolek. Tanaman bunga hias tumbuh subur. Ban bekas dijejer rapi. Dicat warna-warni.
Pemandangan itu jauh berbeda dengan setahun lalu. Truk-truk pengangkut sampah langsung nyelonong ke zona pembuangan tanpa ditimbang terlebih dahulu. Namun kini para sopir truk wajib menghentikan kendaraan di lokasi penimbangan. Truk harus melewati jembatan timbang agar petugas bisa mencatat berat sampah yang diantar. Pada tembok pos timbang terdapat papan tertulis laporan sampah masuk per hari dan per bulan.
Pada kunjungan kali ini ke TPA Bukit Tunggal, wartawan Kalteng Pos didampingi Kepala UPTD TPA Bukit Tunggal Cebyanto. Kebetulan saat itu ia sedang memantau pekerja memisahkan sampah anorganik pada limbah organik. Sampah-sampah organik ini bisa diolah menjadi pupuk kompos. “Sampah-sampah yang diambil oleh petugas kebersihan dari sampah dedaunan di taman, kami proses kembali untuk diolah menjadi pupuk kompos,” ucapnya.
Setelah diproses menjadi pupuk, selanjutnya akan diambil kembali oleh petugas kebersihan taman kota, dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman-tanaman di lingkungan perkotaan. “Jadi mereka kasih daun ke kami, lalu kami olah menjadi pupuk kompos, selanjutnya kami kasih lagi daun yang sudah jadi (pupuk kompos, red) ke mereka,” tuturnya.
Pria kelahiran 1977 itu juga menjelaskan terkait pembuatan kompos. Sampah-sampah organik dipilah, kemudian dikumpulkan di lokasi pengolahan pupuk kompos. “Proses pemilahan ini membutuhkan waktu paling tidak satu hari,” ucapnya.
Setelah sampah organik dipisahkan dari sampah anorganik, selanjutnya akan diproses untuk diolah menjadi pupuk kompos melalui proses penggilingan hingga menjadi halus. “Setelah digiling itu kompos masih belum jadi, tapi akan disiram pakai air yang mengandung zat M4, kemudian dibiarkan hingga satu minggu,” jelasnya. “Jadi total waktu pengolahannya sekitar 10 hari-an,” tambahnya.
Pupuk kompos yang sudah selesai diproses, kemudian dikemas dalam karung berukuran 10 kilogram. “Karung-karung itulah yang kemudian diambil oleh petugas kebersihan sekali dalam seminggu,” bebernya.
Cebyanto menyebut, kondisi UPTD TPA Bukit Tunggal saat ini sudah jauh berubah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tumpukan sampah ditutup terpal agar gas metana tak mengudara. Air lindi ditampung dan disaring di kolam-kolam, sebelum dialirkan ke saluran pembuangan.
Jumlah sampah pun sudah makin berkurang. Tahun-tahun sebelumnya, sehari bisa masuk 150 ton per hari, tapi tahun ini rata-rata 110 ton per hari.
“Jauh berkurang sampah yang masuk, hal ini karena bank-bank sampah atau depo sampah di wilayah kota sudah dikelola dengan baik,” ungkapnya.
Sejauh ini fasilitas pengelolaan sampah di Kota Palangka Raya sudah mumpuni. Tercatat ada empat bank sampah dan lima fasilitas pengelolaan sampah, baik itu TPS 3R maupun depo sampah. (ram/ce/bersambung/kpfm101)