Waspada, Karhutla Mulai Marak

PALANGKA RAYA-Kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai marak terjadi akhir-akhir ini. Kondisi ini disinyalir dampak musim kemarau yang mulai melanda Kalteng. Jumlah titik api atau hotspot mulai meningkat sejak awal Juni lalu.

Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Ahmad Toyib mengungkapkan, berdasarkan pantauan patroli dan kegiatan pemadaman water bombing yang dilakukan beberapa waktu belakangan, kejadian kebakaran di wilayah Kalteng sejauh ini lebih banyak melanda lahan, bukan hutan.

“Yang terbaru ini di Palangka Raya, kemudian ada juga hotspot di Pulang Pisau dan Sampit, daerah-daerah itu yang terpantau dari udara dan langsung dilakukan water bombing,” kata Toyib kepada Kalteng Pos, Rabu (14/6).

Toyib menyebut, hasil analisis pihaknya berdasarkan laporan yang disampaikan tim patroli darat, sebagian besar lahan yang terbakar merupakan lahan bekas tebasan. Yang ditemukan di lapangan, lanjut Toyib, kebakaran lahan terjadi di lahan-lahan bekas bukaan atau yang dibersihkan.

“Kalau lahan bekas tebasan, berarti sebelum itu ada yang membersihkan, lalu terbakar, tetapi kami tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa itu sengaja dibakar, karena bukan ranah kami,” tuturnya seraya menyebut kewenangan itu ada di kepolisian.

Meski demikian, Toyib tidak menampik bahwa kebakaran lahan juga terjadi di lahan semak belukar. “Tidak bisa kami simpulkan penyebab kebakaran itu, karena memang tidak ditemukan tersangka di lokasi,” imbuhnya.

Toyib menyebut kebakaran lahan itu sebagian besar terjadi di atas lahan dengan karakteristik gambut. Karena merupakan lahan gambut, sambung Toyib, kebakaran sangat sulit dipadamkan. Kalaupun berhasil dipadamkan, lanjutnya, api masih bisa muncul jika tidak dilakukan pendinginan secara intens.

“Ada lahan bekas kebakaran yang kami lakukan pendinginan dua sampai tiga kali, misalkan kejadian hari ini dan sudah dipadamkan, besok hampir pasti muncul lagi titik panas, kemudian kami lakukan pendinginan lagi,” bebernya.

Ia menjelaskan, berdasarkan protap yang dijalankan, saat mengambil tindakan pemadaman, pihaknya akan terlebih dahulu memperhatikan karakteristik lahan yang terbakar.

“Kalau misalkan karakteristik lahannya gambut, ketika sudah selesai kami dipadamkan, protapnya adalah besok paginya kami datangi lagi ke lokasi itu untuk melakukan pendinginan, karena dalam banyak kejadian, setelah dipadamkan, asap atau api bisa muncul kembali,” terangnya.

Kendati demikian, lanjut Toyib, sejauh ini kebakaran lahan di Kalteng tidak termasuk kategori parah. Karena saat ini sering turun hujan, sehingga kebakaran lahan yang terjadi tidak sulit untuk diatasi.

“Dalam beberapa hari terakhir, memang ditemukan sejumlah hotspot, tapi setelah petugas kami turun ke lokasi, malah sudah padam karena adanya hujan,” tandasnya. (dan/ce/ala/kpfm)

229 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.