Cegah Karhutla di Tiga Daerah yang Memiliki Gambut Terluas
PALANGKA RAYA-Kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meningkat sejak beberapa minggu terakhir. Ancaman bencana kabut asap menghantui lagi Kalimantan Tengah (Kalteng). Perlu ketersediaan sarana prasarana (sarpras) serta personel yang disiagakan dalam upaya mencegah dan menangani karhutla. Pencegahan diperlukan agar bencana kabut asap tidak mengepung Kalteng seperti musim kemarau empat tahun lalu.
BMKG memperkirakan musim kemarau tahun ini lebih panjang dan kering akibat fenomena El Nino. Puncak dari kemarau dan fenomena alam ini diperkirakan terjadi pada bulan Agustus dan September.
“Kewaspadaan terhadap ancaman karhutla harus benar-benar ditingkatkan. Dalam periode dua bulan terakhir, jumlah titik api dan kejadian karhutla cenderung meningkat,” kata Edy dalam upacara bendera peringatan HUT RI ke-78 di halaman Kantor Gubernur Kalteng, Kamis pagi (17/8).
Berdasarkan data posko karhutla, pada bulan Juliterdeteksi 722 titik api (hotspot), 333 kejadian karhutla, dan 1.311 hektare (ha) luas lahan terbakar. Kemudian bulan Agustus hingga saat ini, sudah terpantau 1.838 hotspot, 372 kejadian karhutla, dan 803,59 ha lahan terbakar.
“Kita tidak boleh main-main. Semua pihak, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota, forkopimda, instansi terkait, serta elemen masyarakat harus bersatu padu menanggulangi karhutla di Kalimantan Tengah,” tegasnya.
Menurut Edy, sinergi satuan tugas (satgas) karhutla provinsi dan kabupaten/kota harus diperkuat, berikut personel, sarana prasarana, dan sumber daya lain harus disiapsiagakan.
“Upaya itu harus dilakukan bersama-sama agar dapat mewujudkan Kalteng bebas kabut asap,” tandasnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Ahmad Toyib mengatakan, sebanyak 35 pos lapangan (poslap) sudah diaktifkan, tersebar di delapan kabupaten/kota.
“Teman-teman di lapangan bersinergi dengan seluruh unsur yang terlibat dalam penanganan karhutla, seperti dinas kehutanan, TNI, Polri, dan pihak terkait lain,” ujar Toyib kepada wartawan usai upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI di halaman kantor gubernur, kemarin.
Berdasarkan catatan BPBPK Kalteng per tanggal 16 Agustus 2023, ada 423 hotspot dan 49 kejadian karhutla, dengan luas lahan terbakar seluas 97,283 ha. Personel pemadaman darat maupun satuan tugas (satgas) udara selalu siaga untuk memantau titik api dan memadamkan kebakaran. Namun, Toyib tidak menampik bahwa ada beberapa kendala yang dialami personel darat dalam memadamkan api.
“Kendala utama saat ini adalah susahnya akses menuju titik api dan sumber air yang sulit ditemukan. Karena itu, tim darat bisa berkoordinasi dengan satgas udara untuk melakukan water bombing,” tambahnya.
Selain water bombing, BPBPK juga menerapkan teknik modifikasi cuaca (TMC). Dikatakan Toyib, TMC sudah dilakukan sejak 10 hari lalu. Satu unit helikopter dikhusukan untuk melakukan TMC. Pembasahan lahan dapat dilakukan dengan TMC jika masih ada awan yang berpotensi hujan. Namun, ujar Toyib, saat ini awan potensial hujan sangat sulit ditemukan.
“Pada saat kami mengajukan usulan ke BNPB kemarin, kami meminta untuk melakukan patroli dan water bombing. Selain itu meminta BNPB untuk melakukan TMC. Sekarang TMC diterapkan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM),” bebernya.
Ada satu unit helikopter patroli dan tiga helikopter water bombing yang digunakan untuk memadamkan karhutla di wilayah Kalteng. Di Palangka Raya disiagakan tiga helikopter, sementara satu lagi disiagakan di Sampit.
“Helikopter water bombing yang terakhir didatangkan satu unit jenis Black Hawk, kapasitasnya cukup besar, sekali angkut 4.000 liter air, rencananya ditempatkan di Sampit untuk meng-cover pemadaman di wilayah Sampit dan sekitar,” jelas Toyib.
BPBPK Kalteng berharap ada lagi bantuan helikopter dari BNPB untuk Kalteng. Sebab, sebelumnya pihaknya telah mengajukan usulan untuk menambah empat unit helikopter, dengan rincian satu unit helikopter patroli dan tiga unit helikopter water bombing. Satu unit helikopter yang ada saat ini stand by di Palangka Raya untuk melakukan patroli se-Kalteng. Sedangkan dua unit lainnya meng-cover daerah ring satu, yakni Palangka Raya, Pulang Pisau, dan Kapuas.
“Kenapa kami prioritaskan daerah-daerah itu, karena merupakan daerah yang memiliki lahan gambut, sehingga rawan terjadi kebakaran yang bisa menyebabkan kabut asap tebal,” jelasnya.
Tidak hanya itu, tambah Toyib, pihaknya juga mengantisipasi dampak arah angin dari wilayah tenggara Kalteng, seperti Kapuas dan Pulang Pisau, agar kabut asap tidak menyebar ke daerah-daerah lain.
“Kapuas dan Pulang Pisau merupakan dua daerah yang menjadi prioritas kami untuk dilakukan penanganan, mengantisipasi agar Kalteng tidak terkepung kabut asap,” tandasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim Multazam melalui Sekretaris BPBD Kotim Arief mengatakan, akhir-akhir ini kebakaran hutan dan lahan makin meningkat. Bahkan BPBD kekurangan personel untuk melakukan pemadaman serentak, walau telah dibantu oleh personel Barisan Relawan Pemadam Kebakaran (Balakar), TNI, polisi, dan Manggala Agni.
“Beberapa hari belakangan intensitas kebakaran lahan cukup meningkat, baik jumlah titik api maupun luasannya. Bahkan tak jarang kebakaran terjadi di beberapa titik secara bersamaan, sehingga kami kesulitan untuk membagi tim pemadaman, mengingat jumlah personel terbatas,” kata Arief kepada Kalteng Pos, Rabu (16/8).
Menurutnya, selain jumlah personel yang terbatas, kesulitan lain yang dihadapi BPBD adalah peralatan pemadaman yang tidak memadai untuk intensitas kebakaran lahan yang cukup tinggi. Yang paling sering dihadapi adalah sulitnya menemukan sumber air untuk pemadaman.
“Saat ini kita masih kekurangan personel untuk pemadaman karena kebakaran terjadi serentak, kedala lainnya yakni sumber air yang cukup jauh,” ungkapnya.
Ia menambahkan, saat ini titik panas di wilayah Kotim yang terdeteksi satelit makin banyak. Tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, Mentaya Hilir Utara, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kota Besi, Telawang, Cempaga Hulu, dan Parenggean.
“Titik panas terbanyak di Mentaya Hilir Selatan dengan jumlah 18. Kami berharap masyarakat tetap waspada. Jangan melakukan kegiatan yang dapat menambah jumlah titik panas,” tegas Arief.
Sementara Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Kotim Hawianan menyebut pihaknya menerima laporan terkait dua titik kebakaran lahan di lingkar utara atau Ir Soekarno dan lingkar selatan atau HM Hatta yang merupakan wilayah Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
“Saat ini kami menerapkan piket ganda untuk petugas sehingga mereka siap siaga 24 jam, sehingga kalau ada laporan masuk bisa langsung ditindaklanjuti,” kata Hawianan.
Kesulitan yang dihadapi pihaknya adalah akses jalan, karena ada beberapa titik lokasi yang tidak mudah dijangkau, sekalipun menggunakan selang. Hal lain yang juga dihadapi petugas lapangan adalah kesulitan menemukan sumber air di sekitar lokasi kebakaran.
“Kami baru bisa melakukan pemadaman kalau selang terjangkau dengan sumber air, karena biasanya titik api berada di tengah dan sangat jauh dari sumber air,” ujarnya.
Menurutnya, dari sebagian besar kebakaran lahan dan hutan yang terjadi diduga karena disengaja alias ulah manusia.
“Yang terbakar memang belukar, tetapi itu kan ada pemiliknya. Nah, siapa yang membakar, itu yang perlu ditindaklanjuti. Namun kami menduga sebagian besar lahan-lahan itu memang sengaja dibakar,” pungkas Hawianan.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotim, Umar Kaderi mengatakan saat ini kualitas udara di Kota Sampit menurut Indikator Standar Pencemaran Udara (ISPU), tingkat kualitas udara angkanya sudah melewati batas udara normal. Artinya tingkat kualitas udara sudah tidak sehat akibat imbas dari meningkatknya kasus karhutla yang terjadi belakangan ini.
“Kita sudah memasuki musim kemarau beberapa bulan terakhir. Menurut ISPU, kualitas udara kita ada di angka 105. Artinya kita harus sangat hati-hati karena udara tidak bagus untuk pernafasan kita,” ujar Umar Kaderi.
Kualitas udara yang buruk tersebut ditandai dengan kabut asap yang melanda Kota Sampit sejak Senin (14/8) lalu. Di pagi hari, aroma asap sudah mulai tercium. Penampakkan kabut asap dapat dilihat di beberapa ruas jalan seperti kawasan Terowongan Nur Mentaya (TNM) Jalan Tjilik Riwut. Jarak pandang yang terbatas membuat pengendara harus menyalakan lampu kendaraan.
Asap yang tebal juga membuat pengendara harus memakai masker untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari kabut asap. Bahkan, jurnalis Kalteng Pos yang melakukan peliputan, sempat merasakan sesak nafas saat menjalankan tugas.
“Kabut asap ini bisa kita minimalisir dengan memakai masker. Jadi jika ingin keluar rumah gunakanlah masker dan jika tidak ada keperluan, hindari keluar rumah untuk sementara waktu,” imbau Umar.
Kabut asap yang terjadi beberapa hari terakhir selalu terlihat saat pagi hari. Penampakan tersebut berlangsung hingga sekitar pukul delapan pagi. Saat matahari sudah semakin tinggi, kabut asappun berangsur hilang dari pandangan. Namun, aroma asap masih tercium hingga siang hari.
Penyakit saluran pernafasanpun bisa menghantui masyarakat akibat kualitas udara tersebut. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) kerap terjadi akibat kualitas udara yang buruk. Meski begitu belum ada kasus kenaikan penyakit ISPA yang signifikan di Kabupaten Kotim saat ini.
“Kalau kita melihat data dari bulan Juni dan Juli itu masih standar dan signifikan. Meski ini penyakit ringan, namun kita harus berhati-hati apalagi tingkat ISPU yang sudah mengkhawatirkan seperti ini,” sampai Umar Kaderi.
Untuk menghindari kenaikan penyakit ISPA tersebut, Dinkes Kotim telah menginstruksikan kepada seluruh kepala puskesmas yang ada di Kabupaten Kotim untuk bisa melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan untuk menghindari penyakit yang ditimbulkan akibat polusi udara yang terjadi.
“Kita telah menginstruksikan kepada kepala puskesmas untuk melakukan penyuluhan kesehatan selama pencemaran udara ini,” ucap Umar.
Dia juga menyampaikan masyarakat masih bisa menjalankan aktifitas seperti biasa. Namun perlu kehati-hatian lebih saat beraktifitas diluar ruangan. Ia juga menghimbau kepada masyarakat agar bisa menerapkan pola hidup sehat seperti melakukan olahraga minimal 30 menit sehari, konsumsi air putih yang cukup, mengonsumsi vitamin dan buah-buahan. Ditambah dengan penggunaan masker diluar ruangan saat kabut asap terjadi, dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara.
“Masyarakat masih bisa beraktifitas. Pola hidup sehat harus diterapkan seperti berolahraga minimal 30 menit sehari, mencukupi kebutuhan air, mengonsumsi vitamin dan buah-buahan agar daya tahan tubuh bisa meningkat saat kondisi seperti ini,”pungkasnya. (dan/bah/ce/ala/kpfm)