Arsitektur UPR
GPOP– Ni Made Bulan Purwani, salah satu arsitektur Universitas Palangka Raya (UPR), ketika ditanya lebih banyak perasaan suka atau duka saat menjadi mahasiswa arsitektur? Jawabannya sama aja. Apalagi jika sedang berhadapan dengan tugas kuliah bisa-bisa dalam seminggu lebih banyak begadang untuk nugas yang menurutnya cukup berat.
Salah satu alasan Bulan memilih arsitektur, karena nggak terlalu suka dengan angka. Walau ternyata banyak angka dan hitungan di jurusannya tapi nggak terlalu spesifik kok kata Bulan.
”Ambil jurusan arsitektur karena materi angkanya nggak terlalu dalam. Selain itu juga ngerasa tertantang karena katanya arsitektur itu berat,” ucap volunteer Heart Of Borneo Architecture dan Urbanism Week 2023 ini.
Nah sekarang coba pembaca G-POP perhatikan bangunan di sekitar deh, pasti punya desain yang berbeda kan? Contohnya kalo rumah jaman dulu cenderung punya halaman yang luas dan bangunan rumah memanjang ke belakang. Sedangkan rumah modern punya halaman dan bangunan rumah yang compact atau minimalis. Semua itu terjadi karena adanya perbedaan selera dari tiap generasi.
Lalu seleranya mahasiswi arsitek satu ini apa ya? Kalo Bulan menjadikan negara Jepang sebagai kiblat desainnya. Punya gaya minimalis yang modern dengan konsep kayu-kayuan atau bisa disebut Japandi bikin Bulan jatuh hati. Selain itu ia juga menyukai konsep arsitektur hijau.
”Kalo aku lebih senang ke Japandi style dan arsitektur hijau. Aku suka kayu-kayuan dan rumah kayu gitu apalagi kan sesuai dengan potensi di Kalteng. Kebetulan juga suka dan setelah belajar lebih dalam makin tertarik,” tuturnya.
Menurutnya arsitektur yang menggunakan material kayu dapat memberi kesan lebih klasik dan mewah. Apalagi menggunakan kayu ulin, wah daya tariknya nggak usah diragukan!
”Selain pake kayu ulin yang cukup mahal bisa kok disiasati dengan material lainnya, kan udah banyak inovasi barunya. Emang nggak seapik ulin, tapi material pengganti nggak kalah baik,” tutup penggemar konsep Japan ini. (ayu/abw/kpfm)
