Mantan Honorer Dispora Ikut Persembahkan Emas untuk Indonesia

Indra Tri Setiawan, Pedayung Kalteng Memperkuat Timnas di Asian Games 2023

TAMU REDAKSI: Indra Tri Setiawan (kiri) menerima suvenir dari Wapemred Kalteng Pos Vinsensius GL di lobi Kalteng Pos, kemarin (10/10). Foto: ERIK/KALTENG POS

Indra Tri Setiawan, atlet dayung kelahiran Desa Tumbang Habaon, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas mengharumkan nama Kalimantan Tengah dan Indonesia di kancah internasional. Ia bersama tim dayung nasional berhasil meraih 1 medali emas, 1 perak, dan 1 perunggu pada ajang Asian Games 2023 di Hangzhou, Zhejiang, Tiongkok.

DHEA UMILATI, Palangka Raya

BERMULA dari sang ayah yang senang membeli koran yang menampakkan wajah-wajah para atlet berprestasi, seperti atlet dayung senior Kalteng, Silo dan lainnya yang memperkuat timnas di berbagai event internasional, membuat Indra termotivasi untuk mengikuti jejak mereka. Siapa sangka, kemauan yang muncul pada diri anak ketiga dari pasangan (alm) Mujarab dan Belly itu saat masih duduk di bangku sekolah dasar, kini telah terwujud. Bahkan ia turut menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia di event olahraga internasional.

Tempat tinggal Indra waktu kecil tak jauh dari sungai. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, ia telah terbiasa dengan kegiatan mendayung. “Karena rumah saya juga berada di pinggir sungai,” kata pria kelahiran 16 Juli 1997 itu dalam Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos, Selasa (10/10).

Mantan pegawai honorer di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kalteng itu menceritakan, minatnya pada cabang olahraga (cabor) dayung merupakan sebuah mimpi yang ingin diwujudkannya. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA 3 Palangka Raya, ia mulai tinggal di asrama dan bergabung dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP).

“Saya pertama kali ikut dalam ajang Pra Pekan Olahraga nasional (Pra-PON) memperkuat Kalteng ketika berusia 18 tahun. Saat itu baru lulus SMA dan dapat medali perunggu,” tuturnya.

Setelah itu, Indra terus mengikuti berbagai kompetisi olahraga. Dia selalu berusaha menampilkan performa terbaik tiap kali tampil. Pasalnya, tim pencari bakat selalu mengamati para atlet di tiap event. “Akan dilihat siapa yang memiliki potensi untuk bersaing di tingkat nasional,” kata pria yang mengaku saat ini belum mendapat pekerjaan tetap setelah kontrak honorer di Dispora oleh Pemerintah Provinsi Kalteng dihentikan.

Indra juga menekankan bahwa tidak semua yang masuk dalam program pelatihan nasional (pelatnas) akan berhasil masuk timnas. Seleksi lebih ketat akan diadakan untuk memilih yang berkualitas. Bagi yang berkualitas, akan ada pemanggilan. Biasanya dari pelatih timnas menghubungi pelatih dan pengurus cabor di Kalteng, barulah disampaikan kepada atlet. “Untuk pemanggilan itu banyak, sekitar 40-an lebih, tetapi yang dicari hanya 14 orang untuk memperkuat timnas,” akuinya.

“Dalam cabor dayung, tidak ada yang spesial hanya karena status, semuanya harus melewati ujian sesungguhnya. Saya berkomitmen untuk tidak pulang sebelum berhasil masuk timnas,” ungkapnya dengan semangat.

Terlebih lagi, persiapan untuk seleksi sebelum Asian Games 2023 di Tiongkok sangat intens. “Kami menjalani sekitar empat kali seleksi yang harus dilalui dengan kondisi fisik yang prima dan performa terbaik, karena pesaing yang akan dihadapi bukanlah tim biasa,” katanya.

“Setelah berhasil masuk timnas dan dipilih untuk mewakili Indonesia dalam ajang Asian Games 2023, kami langsung menjalani latihan persiapan selama sekitar dua bulan,” tambahnya. Sebelumnya, Indra tergabung dalam timnas mengikuti SEA Games di Kamboja dan kejuaraan dunia.

Menurut anak ketiga dari tiga bersaudara itu, dalam pertandingan final Asian Games yang diadakan di Hangzhou, Tiongkok, tim Indonesia berhadapan dengan tim dayung Tiongkok, Myanmar, serta tim kuat lainnya. “Target kami sejak awal adalah meraih medali emas dalam final dragon boat 1.000 meter,” katanya.

Strategi yang matang harus disusun untuk mencapai tujuan tersebut. Indra menjelaskan, strategi mereka adalah membiarkan Tiongkok unggul di awal lomba, dan baru memacu kecepatan di akhir perlombaan agar tidak kelelahan. Meskipun perbedaan dengan Myanmar sangat tipis, Indra menyebut bahwa mereka telah berhadapan dengan Myanmar dalam babak penyisihan, sehingga sudah mengenal cara bermain mereka. Karena itu, fokus utama adalah mengalahkan Tiongkok.

Setelah perlombaan berakhir, tim dayung langsung pulang dari Tiongkok ke Indonesia dengan membawa 1 medali emas nomor dragon boat 1.000 meter, 1 perak dari dragon boat 500 meter dan 1 perunggu nomor dragon boat 200 meter. “Setelah itu saya segera kembali ke Palangka Raya,” katanya.

Indra merasa kecewa karena tidak ada sambutan atau ucapan selamat ketika ia kembali ke tanah kelahirannya. “Tidak ada ucapan selamat dari tokoh-tokoh atau pejabat pemerintahan. Hanya ada ucapan selamat dari ketua PODSI, teman-teman, dan pelatih. Meski saya merasa sedih, saya memahami,” ungkap pria yang pernah bercita-cita jadi anggota TNI dan Polri itu.

Indra berharap pemerintah dapat memberikan lebih banyak perhatian kepada para atlet. “Terutama dalam hal fasilitas, karena Kalteng masih jauh tertinggal dibandingkan daerah lain yang sudah memiliki fasilitas berstandar internasional, seperti Jawa Barat,” akuinya.

Menurutnya, fasilitas seperti tempat gym, perahu, asrama, makanan, serta suplemen atau vitamin masih sangat kurang. “Saya harap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada para atlet berprestasi. Karena bagi kami, dukungan pemerintah lebih berarti daripada bonus finansial,” tegasnya.

Loyalitas Indra pada Kalteng patut diacungi jempol. Walaupun pernah mendapat tawaran untuk menjadi atlet daerah lain, ia tetap memilih untuk memperkuat tim dayung Kalteng. “Bagaimana pun saya ingin terus berkontribusi untuk memperkuat tim dayung Kalteng,” tambahnya.

Saat ini Indra menganggur sembari menunggu ajang Pra-PON yang akan digelar di Jawa Barat pada November mendatang, sebelum tampil pada ajang PON 2024 di Aceh dan Sumatera Utara. Padahal ia merupakan tulang punggung untuk keluarganya yang masih tinggal di Gumas.

“Sebelumnya saya bekerja sebagai tenaga honorer di Dispora, tetapi kontrak saya dicabut karena adanya aturan baru dari pemerintah provinsi,” ungkapnya.

Meskipun telah membuktikan prestasi di tingkat nasional dan internasional, Indra merasa pentingnya dukungan pemerintah untuk para atlet berprestasi. “Kami berharap pemerintah lebih memperhatikan para atlet yang telah mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional. Lebih baik diberi pekerjaan dibandingkan bonus uang,” pungkasnya. (*/ce/kpfm)

385 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.