PALANGKA RAYA-Ramai di media sosial Instagram para pemain Kalteng Putra mem-posting surat tuntutan kepada manajemen Kalteng Putra untuk membayar gaji dan bonus. Para pemain mengancam bahwa jika tak dibayarkan maka mereka enggan atau akan mogok untuk bermain lagi pada laga selanjutnya.
Menanggapi tersebut, Manajer Kalteng Putra, Sigit Widodo, menyampaikan, surat pernyataan seperti yang disebar di medsos itu seharusnya tidak perlu. Pasalnya gaji pemain pasti dibayarkan oleh klub. Dia mengungkapkan, setiap tanggal 7 setiap awal bulan gaji pemain dibayarkan oleh manajemen.
“Masalah pembayaran gaji ini masih rentang waktu dalam bulan berjalan. Dari tanggal 7, mereka bertanding terkahir tanggal 22, itu baru 15 hari. Tapi mereka sudah melakukan tuntutan-tuntutan yang seolah-olah memaksa manajemen. Padahal gaji itu tanpa diminta pun pasti dibayar oleh manajemen. CEO sudah menyatakan pasti bertanggung jawab,” ujar Sigit, Selasa (23/1).
Dia menerangkan, dalam aturan sudah jelas, kalau manajemen tak membayar gaji pemain maka klub tidak bisa mendaftarkan pemain pada kompetisi selanjutnya. “Sanksi sudah jelas bagi klub, jadi tidak mungkin tidak dibayarkan. Menegnai mekanisme keterlambatan pembayaran gaji itu ada mekanisme dan tahapanya, seperti wanprestasi. Pemain bisa bersurat kepada manajemen meminta penjelasan,” ucapnya.
Selain itu, dia meminta pemain jangan hanya menuntut hak saja, tapi kewajibannya sebagai pemain harus dijalankan sepenuh hati. “Mereka cari makan di Kalteng, digaji orang Kalteng, seharusnya mereka fight bermain untuk Kalteng Putra,” katanya.
Dijelaskannya, dalam kontrak itu ada aturan bahwa pemain wajib melaksanakan pertandingan, kewajibannya sebagai pemain dengan menampilkan performa terbaik setiap pertandingan. Artinya pemain tidak boleh bermain asal-asalan. “Pemain harus fight. Harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” ucapnya.
“Kenapa tidak dibayarkan? Ini sebenarnya bukan karena faktor financial, tapi ini punishment dari CEO Kalteng Putra atas ferforma tim yang jauh dari harapan beliau,” tambah Sigit.
Dikatakannya, Manajemen Kalteng Putra awal musim serius menyiapkan tim dengan menghadirkan pemain-pemain berkualitas dan punya nama.
“Itu harapannya Kalteng Putra bisa lolos. Tapi ternyata dalam perjalannya waktu di pertandingan pertama, kami ada misscomunication terkait masalah bonus. Pemain berharap bonus besar. Mulai dari situ, ada faktor mental dan kami mengidentifikasi mainnya pemain kurang sepenuh hati. Terbukti dengan hasil laga perdana yang hanya draw. Laga kedaua menang susah payah dengan 1-0. Laga ketiga kalah,” terangnya.
Dia menegaskan, bonus itu merupakan kebijakan klub. Bonus tidak tertuang dalam kontrak. “Yang tertuang di kontrak itu gaji. Jadi masalah bonus berapa pun itu harusnya disyukuri krna masing-masing klub punya kebijakan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, masalah keterlambatan ini juga tidak ada kaitan dengan politik. CEO Kalteng Putra H Agustiar Sabran hanya ingin menampilkan hiburan untuk warga Kalteng. Tak ada keuntungan elektoral dari memegang tim ini.
“Jadi masyarakat juga harus fair melihat ini. Jangan mnyamakan dengan yang ada di jawa sana yang atmosfirnya sudah besar. Dana sponsor hanya bisa untuk 4 bulan. Sisanya diambil dari uang pribadi CEO,” tukasnya. (uni/kpfm)