Menghafal tanpa Paksaan, Sehari Mampu Setor Tiga Halaman

Kisah Iin Normainah, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an yang Penuh Inspirasi (16)

Iin Normainah

Dalam proses menghafal Al-Qur’an, tiap orang punya cara tersendiri. Namun yang terpenting dalam proses tersebut adalah niat dan kemauan. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Itulah yang diungkapkan Iin Normainah, penghafal 30 juz Al-Qur’an asal Kabupaten Katingan. 

DHEA UMILATI, Palangka Raya

NIAT yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Itulah prinsip yang dipegang Iin Normainah. Gadis asal Kabupaten Katingan itu memang berkeinginan menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Tekad tersebut mulai ditanam sejak ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren.  

“Dari awal memang pengen menghafal Al-Qur’an, bukan karena dorongan dari orang tua, tetapi keinginan menghafal ini dari diri sendiri. Orang tua menyarankan untuk sekolah umum, tetapi saya pengennya tahfiz,” ungkap Iin Normainah kepada Kalteng Pos, Senin (18/3).

Sekalipun memulai menghafal tidak mudah, tetapi ia tetap yakin dengan kemampuan dirinya untuk mewujudkan impian itu. 

“Awalnya disuruh setoran sepojok, tapi saat itu saya belum bisa,” ujarnya. 

Menurut Iin, ada beberapa surah yang ayatnya sukar untuk diingat, sehingga membuatnya harus lebih bersabar dalam menghafal. 

“Surah An-Naba contohnya, itu banyak ayatnya, terus pendek-pendek pula. Jadi saya coba menghafal per 10 ayat. Lama-kelamaan bisa setengah pojok, lalu meningkat lagi, hingga akhirnya bisa setoran 1 halaman,” ungkapnya. 

Iin mengaku, selama proses menghafal Al-Qur’an aada banyak tahap yang ia lalui. Hingga akhirnya bisa memgkhatamkan hafalan 30 juz.

Anak pertama dari tiga bersaudara itu mengatakan, walaupun menghafal Al-Quran tidaklah mudah, tetapi akan dipermudah jika ada niat dan tekad yang kuat. Prinsipnya, jangan menjadikan menghafal sebagai suatu beban.

“Saya paling ingat waktu naik kelas VIII, teman-teman saya sudah bisa 10 juz hafalan, tetapi saat itu saya belum hafal 10, bisa dibilang saya tertinggal 3 juz dibandingkan teman-teman,” terangnya.

Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya. Setelah duduk di kelas VIII, ia tetap melanjutkan hafalan. Bahkan lebih semangat dari sebelumnya. 

“Tidak tergesa-gesa, hanya saja saya lebih menikmati proses menghafal dan menjalaninya dengan enjoy, hingga akhirnya bisa mengejar ketertinggalan dan tuntas menghafalkan 30 juz Al-Quran berbarengan dengan yang lain,” katanya. 

Selama menjalani itu, Iin tidak memikirkan target. Menjalaninya sesuai kemampuan. Tanpa terasa, 30 juz Al-Quran ia hafalkan dalam kurun waktu tiga tahun. 

“Pastinya saya bangga sama diri saya sendiri, karena sebelumnya saya sempat tertinggal, tetapi akhirnya bisa mengejar tanpa terburu-buru dan menjalaninya dengan sepenuh hati,” ungkapnya sembari terkekeh.

Untuk mengejar ketertinggalan dalam menghafal, gadis kelahiran tahun 2009 itu mengaku sering memperbanyak setoran hafalan. Yang semula 1 halaman, naik menjadi 2 halaman, bahkan hingga 3 halaman per hari. Hal tersebut ia lakukan tanpa adanya paksaan. Ia melakukan itu berdasarkan dorongan dari dalam diri. 

Iin terus berceloteh mengenai pengalamannya. Ketika ia berhasil mengkhatamkan hafalan, orang tuanya justru tidak menyangka. 

“Mereka kaget, tapi juga senang, sempat menangis pas tahu kalau saya bisa menghafalkan 30 juz,” tuturnya.

Orang tua Iin bukan dari kalangan penghafal Al-Quran. Karena itu, mereka begitu bangga dan bersyukur ketika tahu anak mereka telah menjadi hafizah.

Buah hati pasangan Junaidi dan Sirah itu juga mengkau telah beberapa kali mengikuti perlombaan yang cukup mengharumkan namanya dan membanggakan orang tua.

 “Beberapa kali saya ikut lomba cabang fahmil Qur’an, walaupun bukan di cabang hafiz Qur’an, saya tetap bangga karena sedikit banyak ilmu yang saya pelajari selama menghafal Al-Qur’an bisa tersalurkan,” ucapnya. 

Ditanya mengenai cita-cita, Iin menyebut berkeinginan menjadi seorang pengacara. 

“Saya maunya itu, tapi orang tua menyarankan untuk kuliah tafsir saja. Kata mereka biar makin mendalami ilmu itu. Saya masih bingung, mungkin akan dipertimbangkan lagi yang mana baiknya,” tuturnya.

Menurutnya, yang terpenting adalah tetap menjaga hafalan agar tidak mudah hilang dari ingatan. (*bersambung/ce/ala/kpfm)

276 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.