
PALANGKA RAYA – Menjelang hari raya Idulfitri 1445 Hijriah, harga sejumlah komoditas pangan disinyalir rentan mengalami kenaikan. Hal itu sejalan dengan potensi permintaan yang tinggi karena animo masyarakat menyambut hari besar keagamaan. Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menggencarkan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas harga, melalui pasar murah dan sidak pasar, menyasar komoditas-komoditas yang permintaannya melonjak.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kalteng, Rangga Lesmana mengatakan, sejauh ini pihaknya terus menggelar pasar murah. Tujuannya untuk meringankan masyarakat dan menyeimbangkan harga pasar. Sebab, berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat, harga beras premium naik Rp20.000-Rp24.000 per kilogram (kg).
“Pemprov di bawah arahan Pak Gubernur memberikan harga Rp17.500 per kg, lalu kami subsidi kembali Rp155.000, jadi masyarakat hanya bayar Rp20.000,” beber Rangga kepada Kalteng Pos, Minggu (31/3).
Sejak awal Ramadan, pemprov terus mengadakan pasar murah. Hingga kini, sudah 1.500 ton atau 150.000 paket beras yang disebarkan ke seluruh wilayah Kalteng. Kemudian, ada 500 ton beras lagi yang akan disebar sebelum Lebaran, sehingga totoalnya 2.000 ton.
“Setelah Lebaran kami tetap melaksanakan kegiatan serupa, karena target kami setidaknya tersebar hingga satu juta paket se-Kalteng untuk membantu masyarakat, setelah Lebaran kami akan keluarkan paket yang nilainya Rp150.000, di dalamnya ada beras 5 kg, gula, minyak goreng, sarden, atau mi goreng,” bebernya.
Selain beras, bahan pokok yang harganya rentan naik adalah minyak goreng (migor). Sebab, suplai minyak goreng dengan merek Minyak Kita yang memiliki harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000, sampai saat ini sebarannya belum maksimal karena kapasitas produksi yang terbatas. Karena itu, pemprov memanfaatkan minyak goreng komersial, mempertimbangkan kuantitas untuk disebar ke masyarakat.
“Dua komoditas yang perlu dijaga stoknya adalah beras dan minyak goreng, karena suplai Minyak Kita belum tersebar merata dampak keterbatasan produksi, sehingga larinya masih ke minyak goreng komersial yang harganya Rp17.000-Rp19.000, itu yang lumayan memberatkan masyarakat,” ujarnya.
Rangga menyebut ada sanksi bagi pedagang yang menjual harga Minyak Kita di atas HET. Sebab, ketetapan harga itu sudah termasuk biaya distribusi, transportasi, dan biaya operasional para penjual. Itu sudah diperhitungkan pemerintah pusat.
“Kalau terkait sanksi, sejauh ini kami sudah memberikan surat atau teguran lisan,” ujarnya.
Selain pasar murah, pemprov juga rutin memantau harga pangan melalui inspeksi dadakan (sidak). Seperti di Kotim dan di Palangka Raya. Tim sidak juga terus bergerak untuk memantau harga pangan di daerah-daerah lain. “Per Senin kami sudah mulai bergerak lagi, hari Rabu dan Kamis kami adakan sidak di Palangka Raya khususnya di Pasar Besar,” tambahnya.
Pemerintah terus berupaya melakukan intervensi pasar demi menjaga kestabilan harga. Karena itu, jangan sampai terjadi panic buying sembako di pasaran.
Berdasarkan pantauan di lapangan, harga sejumlah bahan pokok (bapok) di Pasar Besar, Jalan Ahmad Yani, Palangka Raya masih normal menjelang Idulfitri. Harga jual beberapa bapok seperti cabai, bawang merah dan bawang putih, daging sapi, daging ayam, beras, serta telur masih relatif sama dan belum menunjukkan adanya gejolak.
Seorang pedagang cabai, Rahmawati, mengungkapkan harga cabai rawit saat ini justru turun menjadi Rp60 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya dijual seharga Rp80 ribu per kilogram. Sedangkan cabai merah keriting saat ini dijual Rp50 ribu per kilogram.
“Harga cabai sedang naik turun, kemarin sempat mahal karena stok menipis, tapi sekarang sehabis panen raya, harga justru menurun, tidak tahu nanti bagaimana, tetapi biasanya mengalami kenaikan harga di H-2 Lebaran, tapi aya belum berani mengambil banyak, secukupnya saja, yang penting habis terjual,” ucapnya, Minggu (31/3).
Rahmawati juga menyebut, harga bawang putih masih tetap Rp43.000 per kilogram, sementara bawang merah Rp35.000 per kilogram. Menurutnya, yang sedang mengalami kelangkaan saat ini ialah minyak goreng, sehingga harganya naik. Yang awalnya Rp15.000 per liter, kini dijual Rp16.000 per liter.
Terpisah, Rahma yang merupakan penjual daging sapi menyebut harga daging sapi saat ini masih stabil seperti awal Ramadan, yakni Rp135.000 per kilogram. Sedangkan daging sapi kualitas super dijual Rp140.000 per kilogram. Harga tersebut terbilang normal. Namun diprediksi akan mengalami kenaikan pada hari-hari mendekati Lebaran.
Harga telur ayam justru sedang mengalami penurunan, meski tidak banyak. Pedagang telur, Subahan mangaku harga jual saat ini turun seratus rupiah per butir. Yang semula dijual Rp2.200 per butir, kini menjadi Rp2.100 per butir. Sedangkan harga per tabak turun dari Rp66.000 menjadi Rp63.000 per tabak.
“Sudah seminggu ini harga telur turun. Permintaan masyarakat masih normal, meski kemarin merupakan hari Paskah. Selama bulan Ramadan masih belum terlihat peningkatan permintaan. Belum tahu apakah nanti saat Lebaran akan ada kenaikan harga atau tidak,” tuturnya.
Di sisi lain, harga daging ayam broiler naik dari Rp38.000 per kilogram menjadi Rp40.000 per kilogram. Hal itu diungkapkan seorang pedagang bernama Sunartiah. Menurutnya harga daging ayam belum stabil. Meski demikian, pembelian selama pekan Paskah meningkat dari hari biasanya.
“Ini sudah mau memasuki bulan April, mendekati hari raya Idulfitri. Saat ini saja sudah mengalami kenaikan. Bisa saja nanti H-2 Lebaran harga melambung karena permintaan yang banyak. Itu sudah menjadi hal biasa tiap tahun. Daging ayam paling banyak dicari masyarakat. Berapa pun harganya, mereka tetap beli,” tukasnya.
Berdasarkan pantauan Kalteng Pos, harga beras di pasar masih terbilang normal. Beras lahap dijual Rp83.000 per lima kilogram, beras siam lokal Rp18.000 per kilogram, beras mayang Rp25.000 per kilogram, beras karang dukuh Rp22.000 per kilogram, dan beras pangkoh Rp15.000 per kilogram. Selanjutnya harga gula Rp17.500 per kilogram, tepun terigu segita biru Rp13.000 per kilogram, tomat Rp25.000 ribu per kilogram, cabai rawit hijau Rp50.000 per kilogram, dan bawang bombai Rp33.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian (DPKUKMP) Kota Palangka Raya Samsul Rizal melalui Sekretaris DPKUKMP Hadriansyah SH MAP mengatakan, pihaknya akan rutin memantau perkembangan harga bapok selama Ramadan hingga selepas Lebaran. Selain itu, akan selalu dilakukan upaya untuk mengendalikan inflasi dan harga bapok melalui operasi pasar, gerakan pangan murah, subsidi ongkos angkut, serta kerja sama antardaerah.
“Mudah-mudahan program akan terus berkelanjutan. Saat ini harga bapok masih terkendali. Kenaikan juga dalam taraf wajar. Menjelang hari besar keagamaan, tentu harga akan bergejolak, yang penting masih dalam taraf kewajaran. Ketersediaan stok juga masih aman, meski harga daging, minyak goreng, tepung, dan telur diprediksi naik mendekati Lebaran,” pungkasnya. (dan/ovi/ce/ala/kpfm)