Perbanyak Amal di Bulan Muharam

PALANGKA RAYA – Pemerintah sudah menetapkan tanggal 1 Muharram 1446 Hijriah jatuh pada Minggu (7/7). Penetapan oleh pemerintah itu sama dengan versi Muhammadiyah, tetapi lebih cepat sehari dari Nahdlatul Ulama (NU) yang menetapkan tanggal 1 Muharam pada Senin (8/7). Umat Islam menyambut dengan sukacita dan penuh harapan momen tahun baru Islam 1446 H ini. Sejumlah amal ibadah pun dapat dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan memperkuat keimanan di momen tahun baru Islam.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Tengah (Kalteng) Prof H Khairil Anwar mengatakan, bagi yang mengikuti 1 Muharam, maka amalan yang bisa dilakukan adalah membaca doa akhir tahun dan awal tahun. Saat magrib bisa membacakan doa awal tahun, karena merupakan batasan akhir dan awal tahun.

“Banyak-banyak bertobat terhadap perjalanan setahun ke belakang. Memohon maaf. Pas magrib bacalah doa awal tahun yang isinya meminta perlindungan selama tahun 1446 Hijriah, sehingga bisa mengatasi godaan setan, nafsu, dan amarah, kemudian mohon disibukkan dengan beribadah kepada Allah Swt,” kata Prof Khairil Anwar, Minggu (7/7).

Umat muslim juga bisa melaksanakan salat hajat, membaca surah yasin tiga kali, membaca selawat, kemudian berdoa meminta petunjuk dan arahan untuk mengarungi tahun baru 1446 H. Menurut Khairil, Nabi Muhammad saw menyuruh umat Islam untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharam.

“Secara spesifik Nabi Muhammad itu menyuruh kita agar berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharam. Hari Tasu’a itu hari ke-9 Muharam dan hari Asyura itu hari ke-10 Muharram,” tuturnya.

Dalam sejarah, menurut hadis Nabi, Rasullullah pertama kali datang ke Madinah dan bertemu banyak orang Yahudi yang berpuasa. Puasa itu mereka lakukan untuk memperingati Nabi Musa yang lepas dari kejaran Firaun. Itulah sebabnya pada hari Asyura atau hari ke-10 itu umat Islam berhak berpuasa.

“Puasa pada hari Asyura itu adalah puasa yang nomor dua setelah Ramadan. Kalau Ramadan wajib, maka nomor duanya walaupun sunnah tapi besar pahala puasanya adalah puasa pada hari Asyura,” ujarnya.

Lalu, sejarah anjuran berpuasa pada tanggal 9 Muharram, Khairil menyebut, Nabi Muhammad pernah bercita-cita berpuasa pada hari ke-9 untuk membedakan dengan puasa Yahudi. Lalu digandeng dua hari, yakni hari ke-9 dan hari ke-10.

“Jadi yang dianjurkan itu adalah puasa hari ke-9 dan ke-10. Bulan Muharam itu secara umum bagus untuk berpuasa karena bulan yang dihormati, sebab banyak sekali kelebihannya, di bulan ini juga tidak boleh berperang, karena bulan yang dihormati,” jelasnya.

Mantan Rektor IAIN Palangka Raya itu mengatakan, ada empat bulan yang dihormati dalam setahun kalender Islam, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah atau Bulan Haji, Muharam, dan Rajab.

“Itulah empat bulan yang dihormati, karena di bulan itu kita tidak boleh berbuat dosa, dosanya dilipatgandakan oleh Allah Swt, tetapi kebaikannya juga dilipatgandakan oleh Allah Swt. Makanya kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan, bisa berupa puasa, sedekah, termasuk menyantuni anak yatim,” jelasnya.

Hari Asyura menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu umat muslim tiap tahun. Umat muslim bersukacita menyambut hari Asyura dengan membuat bubur asyura. Dijelaskan Khairil, bubur asyura memiliki sejarah yang penting. Sebab, selama berada dalam bahtera besar, Nabi Nuh dan umatnya makan bubur itu untuk bertahan hidup selama banjir bandang.

“Karena terlalu lama bencana banjirnya dan stok makanan sudah mau habis, tinggal ada biji-bijian, lalu Nabi Nuh menyuruh untuk kumpulkan semua biji-bijian itu, lalu diolah menjadi makanan, ditambah banyak airnya karena sisa-sisa, akhirnya jadilah bubur, kini dikenal sebagai bubur asyura yang sering dimasak dan dimakan umat muslim pada 10 Muharam,” ujarnya. (dan/ce/ala/kpfm)

190 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.