Minim Perhatian dari Perusahaan

PT KMJ, PT KRS, dan PT WCJU, Tiga PBS Beroperasi di Sekitar Desa

DESA Kaburan merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasak Telawang, Kabupaten Kapuas yang masih merangkak berkembang. Padahal, desa tersebut dikelilingi perusahaan perkebunan sawit.

Ada tiga perusahaan besar sawit (PBS) beroperasi di wilayah desa itu. PT Kapuas Maju Jaya (PT KMJ), PT Kalimantan Ria Sejahtera (PT KRS), dan PT Wana Catur Jaya Utama (PT WCJU). Namun, sampai saat ini infrastruktur jalan di desa itu jauh dari kata memadai. Fasilitas pendidikan dan kesehatan belum layak. Jaringan listrik pun belum ada.

Kepala Desa Kaburan, Metro menerangkan, awalnya pemukiman warga Desa Kaburan, termasuk warga Dusun Tumbang Onah terletak di tepian Sungai Kapuas. Akibat sering terjadi banjir, permukiman warga dipindahkan pemerintah melalui program relokasi pada 2018 lalu.

“Kami pindah dari pinggir sungai ke kampung baru sekitar tahun 2016-2018,” ujarnya.

Meski termasuk kategori desa baru berkembang, Desa Kaburan masih memerlukan pembangunan, terutama prasarana fasilitas umum. Selain kebutuhan akan pembangunan fasilitas sekolah, warga Desa Kaburan juga masih menghadapi kesulitan akses kesehatan, akses jalan, dan jaringan listrik.

Untuk akses kesehatan misalnya, Metro mengatakan, saat ini di desa belum memiliki petugas tenaga kesehatan (nakes) yang siap melayani masyarakat. Dua bangunan puskesmas pembantu (pustu) di Desa Kaburan sebagai desa induk maupun di Dusun Tumbang Onah sudah lama kosong. Tidak ada kegiatan pelayanan kesehatan.

“Perawat atau bidannya tidak ada lagi, karena sudah pindah,” terang Metro, menambahkan bahwa sudah sekitar satu tahun belakangan kedua pustu di desa yang dipimpinnya itu tidak aktif.

Guna mendapatkan pelayanan kesehatan, warga Desa Kaburan harus mendatangi puskesmas di Desa Jangkang, yang juga merupakan pusat dari Kecamatan Pasak Telawang. Apalagi, Desa Kaburan dan Desa Jangkang letaknya bersebelahan.

“Untungnya dekat jarak dari Desa Jangkang ke pusat Kecamatan Pasak Telawang, jadi semua warga di sini berobat ke puskesmas di sana,” bebernya, seraya berharap dua pustu di desanya itu bisa segera aktif kembali.

“Supaya bidang kesehatan di desa ini bisa terkelola dengan baik, kami harap pemerintah bisa menyediakan tenaga kesehatan agar pustu bisa berfungsi lagi, warga yang sakit pun bisa cepat dilayani,” harap Metro.

Selain fasilitas kesehatan, masalah lain yang dihadapi adalah adalah infrastruktur jalan yang menghubungkan Desa Kaburan dan desa-desa lain di wilayah Kecamatan Pasak Telawang. Satu lagi adalah kebutuhan jaringan listrik.

Terkait sarana fasilitas jalan, Metro mengatakan, saat ini akses jalan menuju desanya masih perlu perbaikan. Terutama akses jalan dari Desa Kaburan menuju Dusun Tumbang Onah. “Jalannya masih hancur, hujan sedikit saja bisa sulit dilewati,” katanya.

Selain itu, akses jalan menuju Desa Kaburan dari arah Kecamatan Pasak Telawang maupun dari Kota Pujon masih berupa jalan pasir dan belum diaspal. Meski belum beraspal, warga setempat sudah sangat bersyukur dengan adanya jalan itu. Mengingat beberapa tahun lalu kondisi jalan menuju Desa Kaburan jauh lebih parah dibandingkan saat ini.

“Sekitar dua tahun lalu, parah sekali kondisi jalannya, sekarang jauh lebih bagus,” tuturnya.

Seiring kondisi jalan makin baik, berpengaruh pula terhadap biaya transportasi warga yang ingin bepergian dari atau menuju Desa Kaburan.

“Dulu karena jalannya rusak, ongkos mahal, tetapi sekarang lumayan murah,” kata Metro dengan nada bersyukur.

Sebagai kades, Metro sangat mengharapkan agar rencana Pemkab Kapuas melakukan perbaikan dan pengaspalan jalan dari Desa Dandang menuju Desa Batu Sambung, yang melewati Desa Kaburan, bisa segera direalisasikan.

Hal penting lain yang sangat diperlukan bagi warga desa adalah kebutuhan penerangan listrik. Terkait itu, Metro menyebut selama ini warga Desa Kaburan rata-rata sudah mengandalkan listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mandiri.

Warga desa tetap mengharapkan agar jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) bisa segera masuk desa. Dengan begitu, warga bisa menggunakan listrik untuk keperluan di luar penerangan, terutama pada siang hari.

“Kalau pakai tenaga matahari, kan daya baterainya terbatas, tidak terlalu tahan kalau dipakai untuk menghidupkan peralatan elektronik,” kata Metro, sembari menambahkan bahwa warga harus menggunakan mesin genset bila ingin menghidupkan peralatan elektronik seperti televisi atau peralatan elektronik lain.

Saat warga masih tinggal di pinggir Sungai Kapuas, sekitar 90 persen penduduk desa memiliki mata pencaharian sebagai petani karet dan pencari rotan di hutan. Seiring perkembangan zaman, terutama setelah harga rotan dan karet anjlok, banyak warga yang beralih pekerjaan.

“Dulu banyak yang mendulang emas, tapi karena menyedot juga makin susah, apalagi sekarang sudah dilarang, jadi banyak yang cari pekerjaan lain, seperti jadi buruh perusahaan,” terangnya.

Di sekitar Desa Kaburan terdapat tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit. PT KMJ, PT KRS, dan PT WCJU. Namun, dari ketiga perusahaan itu, hanya PT KRS yang punya perhatian, dengan menyiapkan lahan plasma bagi masyarakat.

“Kalau perusahaan yang membantu itu cuma PT KRS saja lewat 20 persen plasma, itu juga dibagi melalui koperasi,” terang Metro, seraya menyebut hasil pembagian dari PT KRS itu nilainya masih sangat kecil bagi warga desa.

Terkait pemenuhan kebutuhan barang, terutama sembilan bahan pokok, Metro mengatakan, suplai barang diperoleh dari Pujon atau Buntok, yang letaknya lebih dekat dibandingkan ibu kota kabupaten di Kapuas. Harga barang-barang, termasuk bahan kebutuhan pokok, masih jauh lebih mahal daripada harga di daerah lain.

“Kami harap pemerintah bisa lebih memperhatikan kami, kami juga siap mendukung tiap program pembangunan dari pemerintah untuk memajukan daerah kami ini,” tutupnya. (sja/ce/ram/kpfm)

448 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.