Empat Parpol Belum Tentukan Arah Dukungan

Pengamat Sebut PKB Berpotensi Dukung Agustiar-Edy

Demokrat Resmi Usung Koyem-SKY untuk Pilkada Kalteng

PALANGKA RAYA – Perburuan tiket maju pemilihan kepala daerah (pilkada) makin sengit dan ketat. Sejauh ini sudah muncul poros-poros yang akan bertarung pada 27 November mendatang. Setidaknya lima partai politik (parpol) dengan total 34 kursi sudah menerbitkan rekomendasi untuk para jagoannya. Tersisa empat parpol yang belum menentukan arah dukungan, yakni NasDem, PKB, PKS, dan Perindo.  

Dua hari terakhir secara berturut-turut pasangan H Nadalsyah (Koyem) dan Sigit K Yunianto (SKY) mendapatkan rekomendasi parpol. Setelah mengantongi rekom PDIP, pasangan yang dikenal dengan sebutan Koyem-SKY itu mendapat lagi rekomendasi dari Partai Demokrat. Total sudah 16 kursi DPRD Kalteng yang dikantongi sebagai syarat untuk maju ke Pilkada Kalteng.

Rekomendasi Partai Demokrat untuk pasangan Koyem-SKY diberikan langsung oleh Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di Kantor DPP Demokrat, Jakarta, Kamis (15/8). “Untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur Kalteng, (rekomendasi, red) diberikan kepada H Nadalsyah dan Sigit K Yunianto,” kata pria yang biasa disapa AHY itu.

Saat ini, pasangan Koyem-SKY resmi diusung PDIP dan Demokrat dengan total 16 kursi. Jumlah tersebut sudah memenuhi syarat untuk maju ke pilkada, karena syarat minimal adalah 9 kursi. Seperti diketahui, Koyem merupakan Bupati Kabupaten Barito Utara (Batara) dua periode yang juga merupakan anggota DPR RI terpilih periode 2024-2029. Koyem juga menjabat Ketua Umum DPD Demokrat Kalteng. Sedangkan Sigit K Yunianto atau SKY merupakan Sekretaris Umum DPD PDIP Kalteng. SKY juga merupakan Ketua Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi)

Jauh sebelum PDIP dan Demokrat, Partai Gerindra lebih dahulu mengumumkan pasangan jagoannya di Pilkada Kalteng, Agustiar Sabran dan Edy Pratowo. Golkar menerbikan rekom untuk pasangan Abdul Razak dan Perdie M Yoseph, kemudian Supian Hadi mendapat rekomendasi dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) Farid Zaki mengatakan, pada pembentukan koalisi, tiap poros kecuali Koyem-SKY akan mencari koalisi secukupnya untuk memenuhi persyaratan 20 persen dukungan kursi.

Perebutan koalisi kali ini akan berlangsung ketat, karena poros-poros yang ada ingin membentuk koalisi yang proposional. Hal ini juga karena strategi menit-menit akhir, ditambah ada rencana KIM Plus yang akan dibawa ke daerah.

Menurut Farid, saat ini Partai Golkar Kalteng hanya membutuhkan tambahan satu kursi. Apalagi partai ini sedang berada di atas angin, karena hampir 50 persen kepala daerah di Kalteng merupakan kader Golkar. Apalagi pengaruh ketokohan Abdul Razak.

“Golkar butuh satu kursi lagi, itu bisa diselesaikan nanti dengan mengajak Perindo atau PKS yang saat ini siap diajak berkoalisi. Setelah di KPU tuntas, akan ada saja partai yang ikut bergabung,” tutur Farid.

Sedangkan Partai Gerindra, menurutnya, bisa saja punya pilihan yang sama dengan Partai NasDem. Namun sampai saat ini Partai NasDem belum saja menjatuhkan pilihan. Selain itu, apabila pihak Agustiar mampu menggaet Habib Ismail, tidak tertutup kemungkinan PKB akan bergabung ke pasangan Agustiar-Edy yang akan berkoalisi dengan Partai Gerindra.

“Namun persoalannya, apabila Habib Ismail dan PKB bergabung, apa timbal balik yang diberikan oleh pihak Agustiar, tidak mungkin tidak memberikan tawaran,” tegasnya.

Karena Agustiar telah dipasangkan dengan Edy Pratowo, menurut Farid, partai politik lainnya harus bisa menerima pasangan tersebut, tanpa harus memberikan opsi wakil yang akan mendampingi Agustiar.

Sedangkan sejauh ini yang siap mendaftarkan KPU secara dukungan partai adalah pasangan Koyem-SKY. Mengingat pasangan ini baru saja direkomendasi oleh PDIP yang memiliki kursi melebih 20 persen threshold atau 10 kursi dan Demokrat dengan 6 kursi.

Menurut Farid, tidak tertutup kemungkinan partai lain akan ikut bergabung dengan Koyem-SKY. Ia memperkirakan partai dengan perolehan kuris di bawah lima akan ikut merapat. “Sangat mungkin partai dengan raihan lima kursi akan ikut merapat. Bisa saja PAN dan PKB atau lainnya,” tuturnya.

Kontroversi terjadi saat Edy Pratowo diusung Partai Gerindra untuk mendampingi Agustiar Sabran. Edy yang merupakan kader Partai Golkar menjadi sorotan, karena Partai Golkar telah mengusung Abdul Razak. Bahkan Sekretaris DPD Partai Golkar Kalteng Suhartono Firdaus berharap Edy Pratowo tetap konsisten terhadap apa yang telah diutarakan kepada Abdul Razak.

“Saya harap beliau konsisten terhadap apa yang telah disampaikan kepada Bapak Abdul Razak maupun saya sendiri, untuk tetap patuh terhadap apa yang menjadi keputusan partai, itu yang pernah disampaikan beliau kepada saya maupun Pak Razak,” bebernya.

Sebelum rekomendasi DPP Partai Golkar diberikan kepada Abdul Razak, isu perebutan rekomendasi partai berlambangkan pohon beringin itu makin kuat disebarkan. Bahkan beberapa kalangan menyebut rekomendasi akan diberikan kepada Edy Pratowo untuk mendampingi Agustiar Sabran. Namun isu tersebut sering ditepis Sekretaris DPD Partai Golkar Kalteng Suhartono Firdaus. Hingga pada akhirnya rekomendasi dikeluarkan kepada Abdul Razak dan Perdie M Yoseph.

Farid berpendapat bahwa dinamika politik sudah terbiasa dengan istilah ‘pagi kawan malam jadi lawan.’ “Implikasinya bahwa koalisi di tingkat nasional belum tentu bisa diterapkan di daerah,” kata Farid.

Ia juga menilai peluang poros keempat makin mengecil, karena Supian Hadi harus berbesar hati. Kader PDIP yang merupakan mantan Bupati Kotawaringin Timur dua periode itu dipaksa untuk mencari perahu lain. Selain itu, Supian Hadi yang diisukan berpasangan dengan Habib Ismail terancam gagal, karena ada gerakan politik yang dilakukan oleh kubu lain.

“Yang berkemungkinan adalah Supian Hadi masih mencari upaya. Salah satunya dengan melobi Habib Ismail. Namun itu sudah dibaca oleh pihak istana, sehingga mereka mengangkat Said Salim sebagai Pj Bupati Lamandau yang merupakan adik kadung Habib Ismail,” ungkapnya.

Dikatakan Farid, melantik Said Salim merupakan langkah politik keluarga istana. Sehingga terbuka kemungkinan PKB merapat ke Partai Gerindra untuk mengusung Agustiar Sabran.

“Pengangkatan Said Salim merupakan langkah politik untuk menghambat Supian Hadi. Penempatan pj itu tidak bisa dibaca dalam ruang hampa, tetapi harus dalam kacamata politik, itu salah satu sinyal untuk merayu Habib Ismail merapat ke istana,” pungkasnya. (irj/ce/ala/kpfm)

166 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published.