
jpnn.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) gerah dengan isu amendemen UUD 1945 yang belakangan semakin melebar ke mana-mana. Bahkan suami Iriana menilai ada yang ingin menjerumuskannya.
Ekspresi ini disampaikan Jokowi saat berdialog dengan media di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12), salah satunya soal jabatan presiden tiga periode. Saat itu, dia ditanya apakah mau menjadi menjadi presiden lagi.
“Sejak awal, sudah saya sampaikan, karena saya ini produk dari pemilihan langsung. Sehingga, saat itu waktu ada keinginan untuk amendemen, apa jawaban saya; apakah bisa yang namanya amendemen berikutnya dibatasi? Untuk urusan haluan negara?” ungkap Jokowi.
Apa yang dikhawatirkan mantan gubernur DKI Jakarta itu sekarang terbukti. Rencana menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) melalui amendemen UUD, tidak terkendali.
Hal itu terbukti dengan munculnya ide mengubah masa jabatan presiden dari dua periode menjadi tiga periode. “Apakah tidak melebar ke mana-mana. Sekarang kenyataannya seperti itu kan. Ada yang lari, presiden dipilih MPR, ada yang lari presiden tiga periode, ada yang lari presiden satu kali delapan tahun. Kan ke mana-mana seperti yang saya sampaikan. Jadi, lebih baik, tidak usah amendemen,” tutur Jokowi.
Saat ini, katanya, dia ingin pemerintahannya konsentrasi saja ke tekanan-tekanan eksternal yang bukan sesuatu yang mudah untuk diselesaikan.
Di akhir tanggapannya, Jokowi kembali menyinggung soal adanya pihak yang mengusulkan agar presiden bisa dipilih tiga periode.
“Ada yang bilang presiden dipilih tiga periode. Itu ada tiga (maknanya) menurut saya; satu ingin menampar muka saya, yang kedua ingin cari muka, padahal saya sudah punya muka. Dan yang ketiga ingin menjerumuskan. Itu saja,” tandas presiden ketujuh itu. (fat/jpnn)