
Angka positif Covid-19 kemarin memang bertambah menjadi 34 kasus. Meski demikian, harapan baru mulai muncul. Sebab, dua pasien yang terinfeksi virus korona dinyatakan sembuh.
Kepastian sembuhnya dua pasien itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yuriawan di kantor presiden kemarin (11/3). Pasien yang sembuh itu disebut dengan kasus 06 dan kasus 14.
Kasus 06 adalah kru kapal pesiar Diamond Princess yang tertular saat masih bekerja di kapal itu. Sedangkan kasus 14 adalah WNI yang baru pulang dari luar negeri.
”Pasien 06 dan 14 ini sudah dua kali diperiksa (virusnya) negatif,” terang Yuri. Dua kali pemeriksaan virus itu adalah standar yang berlaku di semua negara sebelum menyatakan pasien Covid-19 sembuh. Selama dirawat, keduanya semakin minim keluhan. Hasil tesnya akhirnya negatif.
Perawatan terhadap pasien positif Covid-19 bukan perawatan medis gawat sebagaimana dibayangkan beberapa pihak. Para pasien itu sebetulnya hanya menjalani terapi untuk memperkuat imunitas. Termasuk dengan mengonsumsi vitamin. Dengan cara itu, virus akan mati dengan sendirinya karena imun pasien sudah kuat. Mayoritas pasien juga tidak menggunakan infus maupun oksigen.
Meski hanya diterapi, mereka tetap diisolasi. Tujuannya, mencegah interaksi dengan siapa pun yang berpotensi membuat virus-nya pindah. Pengecualian dilakukan terhadap pasien dengan penyakit bawaan. Mereka harus mendapat perawatan ekstra karena penyakit bawaan itu membuat kondisinya menjadi berat.
Kedua pasien tersebut boleh pulang kemarin. Sebelumnya, mereka dibrifing oleh tim dari Kemenkes dan RSPI. Keduanya diminta melaksanakan isolasi diri selama dua pekan ke depan. Baik dari keluarga maupun lingkungan sosialnya. ”Meskipun sudah negatif, masih kita harapkan mereka berhati-hati,” lanjutnya.
Selama masa isolasi diri, mereka diminta tetap mengenakan masker saat beraktivitas. Kemudian, sebisanya menghindari kontak dekat dengan keluarga. Mereka juga diminta tidak menggunakan alat makan dan minum bersama. Ditambah, mengurangi aktivitas di luar rumah ataupun bertemu dengan orang lain. Mereka juga masih dipantau dinas kesehatan.
Di saat hampir bersamaan, kemarin dini hari, sekitar pukul 02.00, satu pasien meninggal dunia. Dia adalah kasus 25, WNA perempuan berusia 53 tahun. Sebelum meninggal, dia dirawat di RS Sanglah, Denpasar, Bali. ”Pasien ini masuk rumah sakit sudah dalam keadaan sakit berat,” tutur Yuri. Sebab, sebelum terpapar Covid-19, dia mengidap sejumlah penyakit berat.
Mulai diabetes, hipertensi, hipertiroid, hingga penyakit paru obstruksi menahun yang cukup lama diderita. Penyakit-penyakit itu membuat daya tahan tubuh penderitanya melemah. Makin berisiko tatkala dia tertular Covid-19. Sebab, Covid-19 akan memperburuk kondisi penyakit-penyakit tersebut.
Hingga saat ini, contact tracing terhadap kontak-kontak dekat para pasien masih dilakukan. Namun, kendala utamanya adalah kemampuan pasien untuk mengingat. Selama 14 hari terakhir dengan siapa saja dia berinteraksi jarak dekat. Penelusuran sangat bergantung pada keterangan pasien.
Mengenai kasus positif Covid-19 yang bertambah tujuh orang lagi, menurut Yuri, semuanya imported case (tidak tertular di dalam negeri alias tertular dari WNA). Tujuh orang itu WNI. Dengan demikian, saat ini pasien Covid-19 yang masih dirawat berjumlah 31 orang.
Tujuh kasus baru itu didapat dari penelusuran dengan menggunakan kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card). Mereka sudah mengisinya saat tiba di bandara. Lalu, saat timbul gejala flu, mereka memeriksakan diri dengan menunjukkan kartu tersebut. Dari situlah Kemenkes mengambil tindakan sehingga akhirnya mereka dinyatakan positif Covid-19. Rata-rata gejala yang tampak saat dinyatakan positif adalah sakit ringan menjurus sedang. Mereka saat ini sudah diisolasi di sejumlah RS di beberapa kabupaten/kota untuk mencegah penularan.
Yuri menjelaskan, Covid-19 di Indonesia diterjemahkan sebagai bencana nonalam. Karena itu, pemerintah juga melakukan aksi tanggap darurat. Beberapa bentuknya adalah mengisolasi pasien dan mencari kontak-kontak dekat pasien untuk diperiksa. Gejala awal klinisnya adalah flu.
”Delapan puluh persen panas. Kemudian, sekitar 60 persen adalah munculnya batuk dan sekitar 50 persen pilek,” urainya. Munculnya selalu dari tiga gejala itu. Ada yang mengalami salah satunya, ada pula yang mengalami ketiganya. Bila kondisi tersebut dibiarkan menjadi berat, yang terjadi berikutnya adalah kesulitan bernapas. Itu ditandai dengan adanya pneumonia. Selanjutnya, yang terjadi adalah kekurangan oksigen. Bila sudah demikian, akibatnya kompleks pada tubuh. Dimulai dengan gagal ginjal, lalu gagal jantung dan liver, sehingga jatuh pada kondisi multiorgan failure. ”Ini yang menyebabkan kematian,” jelasnya. Pneumonia juga mengakibatkan sepsis karena daya tahan tubuh menjadi lemah. Bakteri dalam tubuh yang jumlahnya selama ini terkontrol akan berkembang menjadi tidak terkendali. Timbullah sepsis bakteri.
Disinggung mengenai kasus 27 yang disebut sebagai kasus lokal, Yuri menyatakan, pihaknya masih terus menelusuri sumbernya. Sebab, kasus 27 sama sekali tidak terkait dan tidak pernah berinteraksi dengan seluruh kasus lainnya. Pihaknya juga menelusuri kontak dekat kasus 27 untuk mengetahui apakah dia sudah menularkan virusnya.
Pemprov Bali Isolasi Suami Pasien Meninggal
Menurut Sekdaprov Bali yang juga Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 Bali Dewa Made Indra, Pemprov Bali malah baru mengetahui pasien WNA itu positif korona setelah meninggal pada pukul 02.45 kemarin.
Dia menjelaskan, WNA tersebut adalah imported case. Dia datang ke Bali bersama suaminya pada 29 Februari. Kemudian, jatuh sakit dengan gejala demam hingga dibawa ke rumah sakit swasta pada 3 Maret. Karena tidak kunjung sembuh, dia dirujuk ke RS Sanglah pada 9 Maret. Dia menjelaskan, jenazah pasien tidak dibawa balik ke negaranya, tetapi langsung dikremasi di pemakaman Taman Mumbul, Badung, pukul 12.30 kemarin (11/3).
Kenapa pasien tersebut bisa lolos di pemeriksaan bandara? Dewa Indra menjelaskan, kala itu suhu tubuh WNA tersebut normal, di bawah 38 derajat Celsius. Karena itu, tidak ada pemeriksaan medis lainnya. ”Artinya, pada saat itu belum masa inkubasi,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Bali.
Pemprov Bali sudah melacak orang-orang yang pernah berinteraksi dengan WNA itu. Hasilnya, ditemukan 21 orang. Mereka sudah diisolasi di rumah masing-masing. Semua sudah menjalani pemeriksaan kesehatan dengan swab untuk diuji di Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan). Suami pasien juga diisolasi di RS Sanglah pada 9 Maret. ”Suami korban dalam keadaan sehat,” tambahnya.
KBRI Riyadh Pantau Mukimin Saudi
Pemerintah Arab Saudi masih memberlakukan isolasi untuk Kota Qatif. Kota di sisi timur Arab Saudi itu diisolasi karena menjadi pusat persebaran virus korona. Kota tersebut juga menjadi salah satu kantong WNI alias mukimin.
Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) KBRI Riyadh Djoko Sulastomo mengatakan, WNI yang ada di Kota Qatif sebanyak 472 orang. ”Alhamdulillah, WNI di sana (Kota Qatif, Red) baik-baik saja. Untuk saat ini belum ada WNI di seluruh Arab Saudi yang terkena korona,” katanya kemarin (11/3).
Menurut Joko, pekerjaan WNI yang berada di Kota Qatif beragam. Ada yang bekerja di salon, restoran cepat saji, dan pembantu rumah tangga (PRT). Namun, mayoritas bekerja di restoran. Dia juga mengatakan, sampai saat ini kondisi Kota Qatif masih diisolasi. Akses keluar masuk kota tersebut dibatasi.
Data dari pemerintah Arab Saudi, jumlah pasien virus korona di sana 20 kasus. Jumlah itu bertahan sejak beberapa hari lalu. Pusat persebarannya ada di Kota Qatif. Di kota basis Syiah tersebut, ditemukan 14 kasus positif korona. Kasus korona lain berada di Riyadh dan kota lain.(jpc)